Lima: Bullying

203 24 3
                                    

Ariana memperhatikan kakinya yang sudah selesai diobati oleh perawat ruang kesehatan disekolahnya. Kaki-kaki nya berjalan dengan tanpa sadar menuju area belakang sekolah.

"Eh ini dimana," ujar Ariana kepada dirinya sendiri. Merasa bahwa sudah terlalu jauh dari area sekolah seharusnya ia berada, gadis itu berkeliling mencari apakah ada seseorang yang bisa ia mintai tolong untuk menunjukkan arah kembali ke area sekolah.

"DASAR CULUN!"
"LO TUH SEHARUSNYA SADAR DIRI! MAU MATI?!"

Ariana mendengarkan suara yang cukup keras terdengar beberapa langkah darinya. Dengan segera ia menghampiri, berharap ada seseorang yang akan menolong nya.

Tepat saat sampai disumber suara, ia melihat ada satu orang yang sedang mencengkeram kuat baju satu orang yang lain dan sampai dipojokkan. Wajah orang yang dipojokkan sudah penuh luka, rambut yang acak-acakan dan air mata yang mengalir.

"Gue akan pastikan lo pergi dari sekolah ini!" Umpat orang yang mencengkram.

Ariana sempat terkejut melihat. Ini adalah tindakan bullying. Dan yang membuatnya tak habis pikir adalah, pelakunya ada perempuan yang dengan tega menyakiti perempuan lainnya. Apakah dia tidak punya rasa kemanusiaan?

"Gue gak akan pergi! Lo harus masuk penjara!" Teriak seseorang yang sudah babak belur.

"Kurang ajar ya lo!" Ujar pelaku bullying tersebut kemudian hendak melayangkan pukulan. Dengan cepat Ariana berlari dan menahannya.

"Lo sadar gak sih? Lo bisa bunuh dia," ujar Ariana memberitahu. Yang diberitahu hanya bisa menghempaskan tangan Ariana dan menatapnya sengit, "lo anak baru itu kan?" Tanyanya.

"Kenapa emangnya kalo gue anak baru?" Ariana menantang gadis dihadapannya yang ia baca pada name tag bernama Yosina. "Songong ya lo! Lo salah nyari perkara sama gue!" Ujar Yosina dengan kesal.

"Ariana. Gue gak pernah suka kegiatan gua di usik. Apalagi sama anak baru seperti lo," ujar Yosina kemudian berusaha memukul Ariana yang berhasil ditahan lagi oleh seseorang yang tiba-tiba saja datang.

"Pergi!" Ujar orang itu dengan nada dingin dan mengintimidasi. Bahkan tatapannya tajam seperti seseorang yang akan membunuh musuhnya saat itu juga.

"Pengganggu! Bangsat. Awas lo Ariana, dan lo culun!" Ujar Yosina sambil menunjuk Ariana dan seseorang gadis lainnya lalu pergi.

"Makasih, ya Mahatma." Ariana tersenyum pada cowok yang sudah menolongnya itu. Ia tidak tau dari mana Mahatma datang, tapi ia bersyukur sekali bisa ditolong. "Lo gak apa-apa?" Tanya Ariana pada gadis yang sudah dibully oleh Yosina. Gadis tersebut mengangguk perlahan, "ayo kita ke ruang kesehatan. Nanti lukanya bisa infeksi," ujar Ariana dengan lembut sambil membawa gadis itu pergi.

Mahatma hanya memperhatikan tanpa ada niat untuk mengikuti. Sampai akhirnya, Ariana bersuara lagi tanpa menoleh ke arah cowok itu, "Mahatma! Gue gak tau jalan!" Ujarnya yang membuat Mahatma tersenyum simpul tanpa sadar, "Dia tau." Jawaban Mahatma diangguki Ariana. Ia lupa bahwa gadis yang bersamanya itu bukan murid baru seperti dirinya.

Keduanya berjalan dengan Ariana yang memapah gadis tersebut, sepanjang jalan Ariana penasaran dengan apa yang dimaksud sang gadis kala mengatakan bahwa Yosina harus masuk ke dalam penjara.

"Nama lo siapa?" Ariana bertanya dengan senyum yang sangat ramah, "Ralien." Ariana mengangguk mengerti dengan jawaban yang didengarnya.

"Ralien, lo sering dibully sama Yosina?" Pertanyaan Ariana diangguki oleh Ralien, "gak mau coba lawan?" Pertanyaan Ariana lagi dibalas senyum oleh Ralien, "Kalau gue lawan, gue udah pasti kalah. Toh juga ada seseorang yang pernah bilang sama gue kalau kejahatan gak perlu dibalas dengan kejahatan. Justru bales dendam terbaik yang bisa kalahin lawan itu dengan kebaikan," jelas Ralien. Ariana benar-benar tidak menyangka bahwa Ralien memiliki hati yang sangat baik.  Menurut Ariana, Ralien itu tidak culun. Wajahnya saja cantik dan gayanya juga normal seperti anak lain.

KAMUFLASE [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang