"yang itu edit buat jadi berita forum sekolah," perintah Mahatma pada anggota ekskul photography lainnya.
Seluruh anggota ekskul photography sengaja berkumpul saat istirahat berlangsung. Mereka akan langsung mengolah foto yang ada untuk dijadikan berita terbaru di platform milik sekolah.
"Istirahat dulu aja kali, lo gila? Itu mereka kelaparan," ujar Ariana tidak tega melihat beberapa anggota ekskul photography yang wajahnya pucat.
"Dikit doang," balas Mahatma tetap dengan pendiriannya. Ariana yang mendengar itu hanya bisa berdecak kesal. Gadis itu bangkit dan menyuruh seluruh anggota ekskul photography untuk makan siang terlebih dahulu.
Mahatma yang melihat itu pun menatap Ariana tajam. Selepas semua telah pergi dan tinggal mereka berdua, Ariana sudah siap akan mendengar omelan dari Mahatma.
"Iya omelin gue aja, jangan mereka." Ariana berucap sambil mengerjakan pekerjaan yang diberikan Mahatma kepada beberapa anggota ekskul photography tadi.
"Mau jadi pahlawan lo?" Sindir Mahatma.
"Mau jadi manusia yang berlaku manusiawi ke sesama manusia. Lo bisa buat anak orang pingsan karena kelaparan." Ariana menjawab, "lebay." Balasan singkat Mahatma membuat Ariana kesal.
"Lo boleh kasar, lo boleh tegas dan lo boleh bilang gitu ke gue. Tapi, tolong jangan bilang kayak gitu ke mereka. Lo tau alasan ekskul photography dikit yang ikut? Mereka takut sama lo! Lagipula, bangun lingkungan kerja yang menyenangkan tuh bikin bahagia, dibandingkan suasana yang menegangkan begini. Lo bukan lagi ngedidik militer." Ariana berucap panjang lebar lalu melanjutkan pekerjaannya.
Mahatma diam. Ia melihat jam sudah benar-benar memasuki jam makan siang, semua ucapan Ariana tentu benar adanya. Ia sadar juga kalau salah. Tapi, entah kenapa sikap seperti ini sering keluar dengan sendirinya.
"Lo gak makan?"
"Diet." Balasan singkat Ariana hanya dibalas keheningan oleh Mahatma.
Cowok itu kemudian pergi entah kemana. Meninggalkan Ariana yang sibuk dengan pekerjaannya.
Sepeninggal Mahatma, Ariana sibuk dengan editan berita acara pekan Olahraga AHS yang akan di upload pada platform sekolah hari itu juga.
"Ariana!" Panggil seseorang dengan sedikit berbisik. Ariana menoleh dan membuka matanya lebar-lebar kala melihat Gantara dan Abelia yang memakai seragam karyawan bersih-bersih Anthurium High School.
"Anjir lo berdua ngapain kesini?" Ariana bertanya dengan panik. Ia melihat ke arah koridor dekat ruangan photography dan ternyata tidak ada satu orang pun yang berlalu lalang.
"Kita nyari informasi juga dengan nyamar." Gantara menjawab. Ariana melihat penampilan mereka, "Boleh juga lo nyamarnya. Kenapa gak nyamar jadi guru?" Tanya Ariana.
"Guru di AHS pake seleksi ketat, ngalahin CPNS." Jawaban Abelia dibalas anggukan paham Ariana, "Mahatma kalau tau ada kalian berabe."
"Kita liat lo lomba, jadi kangen jalanin misi di Macau waktu itu, kita banyak lari." Gantara membuat mereka mengingat masa lalu yang menyenangkan.
"Yang namanya Mahatma sama Barraham suka sama lo. Asli," ujar Abelia yakin, "Gila lo! Gue ada Tana. Gue gak akan berpaling."
"Tapi hati-hati, pelet berondong beneran meresahkan. Hati lo bisa goyah kapan aja. Tebel iman, inget Tana." Abelia memberikan peringatan kepada Ariana yang diangguki gadis itu.
"Lo berdua udah dapet info apaan aja?" Ariana bertanya serius, "Gue dapet kabar kalau semisal kemungkinan besar pelaku nya adalah satu angkatan sama lo. Bukan senior atau junior." Abelia mengeluarkan hasil pencariannya.
"Lo tau dari mana?" Gantara bertanya penasaran, "Dari penjaga dan tukang bersih-bersih AHS. Rata-rata berita atau gosip yang ada dikalangan anak-anak murid itu masuk ke mereka. Termasuk perihal lo ciuman sama Mahatma, tadi pada bahas juga. Dan berita tentang Vinara juga cukup besar sampai mereka tau banyak hal." Ariana mengangguk paham, sementara Gantara mulai mengeluarkan laptopnya.
"Gila lo! Hati-hati keluarin laptop. Semua orang akan curiga ketika tau tukang bersih-bersih laptopnya mahal sama kayak murid." Ariana mengingatkan dan diangguki Gantara, "Gue tadi coba bobol sistem keamanan AHS. Data-data anak murid ada di perpustakaan, gua tadi sempat masuk ruang kepala sekolah. Pas gua buka komputer kepsek, gua gak nemuin apa-apa. Dan fix data semua di komputer penjaga perpustakaan." Gantara menjelaskan.
"Kok aneh? Biasanya data murid dipegang kepsek atau nggak bagian umum," balas Abelia bingung.
"Itu yang jadi pertanyaan gue juga pas tau. Kayak sengaja kepsek tuh gak mau pegang atau ikut campur, jadi sebisa mungkin dijauhkan dari jangkauan atau hal yang berhubungan dengan dia." Gantara berucap.
"Terus? Lo udah bisa bobol data murid?"
"Belum. Sistemnya gak semudah itu dibobol. Gue harus pake alat yang kita pakai waktu kasus Macau itu. Sistem mereka mirip ternyata."
Ariana mengerutkan keningnya bingung. Sistem yang sama dengan kasus Macau? Kasus penggelapan dana ekspor impor batu bara yang dilakukan pesaing bisnis Hadinata Corp yaitu ATMAJA Corp. Perusahaan itu memang saat itu menyembunyikan data penggelapan dana di Macau, menggunakan sistem keamanan yang sangat canggih. Dan itu salah satu kasus besar serta sulit yang mereka tangani.
"Coba lo semua cek keluarga ATMAJA siapa aja dan apa ada yang sekolah disini," perintah Ariana dan diangguki Rabella serta Gantara.
"Gila sih kalau sampai ATMAJA Corp ikut andil dalam kasus ini. Vinara beneran deh, kenapa bisa kenal sama orang-orang se-berbahaya ini." Abelia mengeluarkan opininya, "Ini adalah dampak dari Hadinata yang gak mau jelasin siapa musuh-musuh nya ke Vinara. Gue udah bilang sama dia untuk jelasin, biar Vinara bisa waspada." Ariana menjawab.
Sedang asik berbincang, tiba-tiba Mahatma muncul dengan segala wajah bingung nya. Abelia dengan cepat mengambil kain pel yang kebetulan ia bawa dan mulai membersihkan lantai ruang Photography. Sementara Gantara langsung menyembunyikan laptop miliknya pada tong sampah yang ia bawa. Ariana pun yang terkejut mulai berusaha bersikap santai agar
Mahatma tidak menaruh curiga."Lo ngapain sama tukang bersih-bersih sekolah?" Tanya Mahatma penasaran, "Gua minta tolong mereka bersihin ruang Photography karena motor banget. Lo, dari mana?" Tanya Ariana berbasa-basi.
"Beli ini. Nih, lo harus makan." Mahatma menyerahkan sebuah roti dan jus buah kepada Ariana. Gadis itu melirik Abelia sekilas yang tengah berusaha menahan tawanya. Sementara Gantara mulai menggelengkan kepalanya kuat. Tidak habis pikir dengan Mahatma yang sepertinya tertarik pada Ariana. Apakah jika cowok itu tau umur asli Ariana masih akan tetap memberikan perhatian seperti itu?
"Buat gue? Ma-makasih." Ariana yang mendadak gugup pun merutuki dirinya sendiri. Pasti saat ini Mahatma sedang menertawakan dirinya dalam hati.
"Udah kelar editannya?"
"Bentar lagi."
"Gue duluan," ujar Abelia yang keceplosan. Gantara dan Ariana membulatkan matanya sempurna. Sementara Mahatma menatap mereka bertiga curiga. Gantara dengan cepat membawa Abelia pergi. Meninggalkan Ariana dan Mahatma berdua.
"Seakrab itu kalian?" Tanya Mahatma penasaran.
"Iyalah. Bergaul tuh sama siapa aja. Lagian juga umur mereka tadi gak jauh dari kita, terus seru diajak ngobrol." Penjelasan Ariana untungnya dipercaya oleh Mahatma.
Mahatma juga memilih untuk tidak bertanya lebih lanjut. Walau sebenarnya ia tadi sempat mendengar nama Vinara disebutkan beberapa kali tanpa tau konteksnya apa.
To be continue.....
KAMU SEDANG MEMBACA
KAMUFLASE [COMPLETE]
Novela JuvenilKedatangan seorang murid baru pada Anturium High School membuat beberapa fakta dan kebenaran terkuak. Sekolah yang terkenal dengan segala hal elite nya menyimpan rahasia yang mengejutkan. Semua orang bertanya-tanya siapakah gadis bernama Ariana Kaia...