Tiga Puluh Lima: Petunjuk

124 18 0
                                    

Ariana pada akhirnya tidak tahan jika terus berada di sekolah. Ia pergi sebelum jam pulang tiba. Kali ini tujuannya adalah kediaman Hadinata. Ia ingin menenangkan diri dengan berdiam disana, memikirkan beberapa petunjuk yang memungkinkan akan didapatkan.

Ada satu tempat yang belum ia datangi setelah kematian Vinara, lokasi yang sebagian besar dapat memberikan sebuah petunjuk padanya.

"Mama!" Panggil Ariana dengan senyum merekah kala sampai pada kediaman Hadinata yang sangat besar itu.

"Eh anak Mama. Kok tumben kesini? Belum jam pulang sekolah kan," balas Narava bingung.

"Hehehe kabur aku." Narava hanya bisa tertawa dengan ucapan Ariana. Ia benar-benar merasakan bahwa Ariana adalah sosok yang dapat mengobati rasa rindunya pada sang anak kandung, Vinara.

"Aku mau ke kamar Vinara, boleh?"

"Boleh dong. Kamarnya gak disentuh sama sekali setelah kematian dia, dibiarkan seperti terakhir ditinggalkan."

Ariana tersenyum kemudian berpamitan untuk segera pergi menuju kamar seseorang yang sudah ia anggap sebagai adik itu.

Ariana mengambil nafas dalam-dalam sebelum akhirnya membuka pintu bercat putih tersebut. Kamar yang sudah bertahun-tahun tidak ia sambangi itu masih sama seperti kala terakhir ia datang.

Ariana memasuki nya, ia tersenyum melihat potret dirinya dan Vinara yang banyak tertempel disana. Kedekatan mereka memang tak bisa diragukan. Tak sadar Ariana meneteskan air matanya.

"Andai kamu bisa masuk mimpi Kakak dan bilang siapa yang lakukan ini ke kamu," ujar Ariana dengan senyum yang dipaksakan.

Ariana lalu terduduk pada sebuah kursi belajar yang sering digunakan Vinara. Pada meja belajarnya, masih terdapat beberapa buku dan kertas yang terbuka. Benar kata Narava, semua tidak dipindahkan. Masih sama seperti terakhir kali ditinggalkan sang pemilik.

Ariana membuka laci meja belajar itu satu persatu, berharap menemukan beberapa petunjuk yang bisa ia pakai untuk menemui pelaku dari kasus kematian Vinara.

Sampai di laci terakhir, Ariana tidak menemukan sama sekali petunjuk. Gadis itu lalu beralih mengambil sebuah figura yang memperlihatkan foto dirinya dan Vinara.

Sebuah buku note kecil terjatuh kala ia mengangkat figura tersebut. Ariana lalu membaca sampulnya.

-DITULIS SEBAGAI BUKTI BESAR CINTA VINARA-

Ariana tersenyum, ia sadar bahwa buku itu adalah sebuah buku harian yang Vinara tulis untuk seseorang yang dicintainya. Ia tidak menyangka bahwa adik kecilnya itu ternyata sudah besar.

Ariana membuka buku tersebut, membacanya satu persatu.

15 menit kemudian, ia sadar bahwa buku itu adalah salah satu bukti besar tentang seseorang yang selama ini dicintai oleh Vinara. Seseorang yang berstatus ayah bagi anak yang dikandung Vinara.

Ariana dengan cepat menutup buku tersebut dan berusaha mencari petunjuk lainnya yang kemungkinan disembunyikan oleh Vinara.

Ariana sampai melihat kebawah tempat tidur atau bagian-bagian terpencil yang memungkinkan untuk Vinara menyembunyikan sesuatu yang berharga dalam hidupnya.

"Dimana kamu simpen semuanya Vinara," ujar Ariana sambil mengigit kukunya.

Gadis itu lalu menyatukan beberapa teori yang masuk akal sampai akhirnya melihat sebuah laci yang samar tidak terlihat dibawah sofa yang berada dikamar milik Vinara.

"Jangan bilang kamu sembunyikan disana," ujar Ariana lagi lalu dengan cepat membuka nya.

Ternyata benar, ada sebuah kotak yang tersimpan. Ariana membukanya dan disana terdapat beberapa bungkus coklat, tiket menonton film, tiket booking hotel, sebuah polaroid foto punggung seorang laki-laki, dan foto USG yang masih belum berbentuk dengan tulisan 4MG dibelakangnya yang ditulis dengan spidol.

KAMUFLASE [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang