Dua Puluh Tujuh: Kerja Sama

116 18 0
                                    

Ariana menatap buku tulisnya dengan serius. Saat ini tengah jam kosong dikelasnya, banyak teman-teman dia yang pergi untuk ke kantin atau manapun. Tapi, masih ada juga yang dikelas seperti dia. Melakukan aktivitas yang di inginkan.

"Lo ngapain?" Tanya Rea tiba-tiba, membuat Ariana mengelus dadanya. Berteman dengan Rea benar-benar menguji jantungnya, "Gue kayanya bakalan sakit jantung kalau lo terus-menerus ngagetin gue," ujar Ariana yang dibalas kekehan ringan Rea.

"Lagian gue tinggal makan sama Salman, balik-balik lo bengong gitu. Kata Firlie lo udah ngelamun sejak gue tinggal, lama banget. Ngapain sih?" Ujar Rea, "Gue lagi mikir."

"Mikir apa?"

"Mikir nanti siang mau makan apa. Udah ah, gue mau keluar cari seseorang." Ariana tiba-tiba berdiri. Membuat Rea tambah bingung,"Cari siapa?"

"Yosina. Lo tau gak dia dimana?"

"Yeh pake nanya lo, dia dikelas lah. Ini kan jam pelajaran, yakali tuh anak berkeliaran. Dia tuh termasuk pinter," ujar Rea. Ariana mengangguk paham, "Tapi dia sekarang jam olahraga kan?"

"Dari mana Lo tau?" Tanya Rea bingung,"Gue ngintip tadi keluar jendela." Ariana menjawab asal. Padahal ia tahu dari informasi yang Abelia cari.

Ariana kemudian pergi keluar kelas, menuju lapangan tempat kelas Yosina melangsungkan jam olahraga.

"Abelia keren juga nyari info," ujar Ariana memuji pathner nya. Ia melihat Yosina sedang berada di lapangan bersama teman-teman sekelasnya. Terdapat Jerga juga disana.

Ariana berjalan menghampiri mereka, tidak ada guru olahraga disana. Sebuah kesempatan yang baik. Beberapa mata memandang dia bingung. Jelas, karena Ariana bukan bagian dari kelas mereka. Selain itu juga ia tidak kenal deket orang-orang yang berada dikelas tersebut. Sementara Jerga walau bukan bagian kelas mereka namun semua tau bahwa cowok itu adalah kekasih Yosina. Tidak ada yang berani juga mengusir Jerga.

"Yosina!" Teriak Ariana dari kejauhan. Yang dipanggil pun menoleh dengan bingung.

"Woi anak baru! By one basket sama gue!" Ujar Jerga dari arah lain. Ariana menatapnya sebentar, menghela nafas lalu berucap, "Males. Lo pasti kalah dengan cepet," jawabnya asal. Ariana bisa mendengar umpatan dari mulut Jerga, "Gue ada urusan sama cewek lo. Nanti aja kita duel nya." Kalimat Ariana selanjutnya membuat Yosina mempercepat langkahnya untuk menghampiri Ariana.

"Ada perlu apa?" Yosina bertanya saat sudah berhadapan langsung dengan Ariana, "Kita jangan ngobrol disini." Ariana menjawab dengan serius.

Keduanya berjalan beriringan menuju tempat yang lebih privat.

"Cepetan ada perlu apa? Gue gak punya banyak waktu," ujar Yosina sambil bersidekap dada.

"Gue langsung intinya aja kalau gitu. Gue tau seberapa deket hubungan lo sama Vinara dulu. Dan itu yang menjadikan lo tersangka utama dari kematian Vinara. Seperti yang lo tau, Hadinata bawa kasus itu kembali ke hukum. Dan gue bisa pastikan cepat atau lambat lo bakal di periksa," ujar Ariana.

Yosina yang mendengar itu pun terkejut, "Lo ngancem gue? Lo siapa sih?"

"Lo gak perlu tanya tentang gue. Karena disini, lo seharusnya khawatirkan diri lo. Gue tau reputasi yang baik sangat lo butuhkan sekarang, karena lo mau ambil kuliah keluar negeri kan? So, jejak digital lo jelas menentukan semuanya. Lo bisa bayangin gak? Kalau berita soal kematian Vinara yang dibawa Keluarga Hadinata, ada Lo didalam nya? Secara lo jelas banget menjadi orang yang suka bully Vinara semasa hidup. Lo tau? Satu sekolah bahkan bisa buka mulut sebagai saksi atas itu." Ariana tersenyum puas ketika melihat perubahan wajah Yosina yang takut.

Ariana benar-benar senang dengan informasi yang diberikan oleh Abelia tentang Yosina. Ia diberitahu bahwa Yosina akan mengambil kuliah keluar negeri. Dan reputasi sangat dibutuhkan dalam pengantar pengajuan tersebut.

KAMUFLASE [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang