Hembusan angin musim gugur membawa terbang dedaunan kering, menjatuhkannya tanpa pandang arah di sepanjang jalanan Kota Seoul. Beberapa pengemudi yang mempercepat laju kendaraan, sedikitnya juga turut mengambil andil dalam memupuk beban kerja para petugas kebersihan di jalanan.
Menapaki akhir musim gugur di bulan penuh teka-teki ini, suhu udara di Seoul dan sekitarnya pun turut mengirimkan sinyal akan persiapan kedatangan musim dingin. Dan tentu saja, penurunan suhu beberapa derajat ini, nyata dirasakan oleh wanita cantik bersurai brunette yang tengah menutup kelopak mata, menyembunyikan manik cantiknya.
"Zee ... T-Taehyung mencintaiku, Zee. Selama ini Taehyung selalu mencintaku. Dia melakukan semuanya hanya untuk menjaga hatiku agar tidak terluka. Dia bahkan rela menjalin hubungan dengan Lisa demi diriku, Zee. T-Taehyung telah menyiapkan kejutan untukku, tapi aku mengacaukannya. Zee, aku yakin anak yang ada dalam kandungan Lisa bukan anak Taehyung. Aku akan memastikan itu, Zee. Aku tidak akan membiarkan siapapun mengambil Taehyung dariku. A-aku tidak mau berpisah dengan Taehyung. Aku akan membatalkan gugatan ceraiku dan akan kukatakan padanya bahwa aku sangat mencintainya."
Satu bulir kristal lolos dari netra Rosie yang terpejam. Sekeras apapun wanita brunette itu menahannya, rasa sakit di dada tetap menarik paksa air mata itu untuk meluncur turun dari kelopak mata yang tertutup rapat. Bukan sebab kecewa dengan sikap keluarganya ataupun Taehyung yang menjadi penyebab cairan lakrimalis itu meluruh, melainkan empati yang teramat besar pada hati dan perasaan pria yang dicintainyalah, kausa dari rintihan hati seorang Park Chaeyoung dalam diam.
"Bagaimana caramu bertahan selama ini? Bagaimana mungkin kau bisa terus tersenyum di depanku? Dan bagaimana caraku mengingat dirimu seutuhnya, Taehyung?" Rosie meremas ujung dress yang dikenakan guna mengunci ledakkan emosinya dalam batin.
Pertemuan tak terduga wanita brunette itu dengan Namjoon dan Irene memang bukanlah kebetulan semata. Pertemuan itu adalah salah satu takdir Tuhan yang tertulis dengan guratan tinta ajaib-Nya, yang tersembunyi di tempat suci di atas sana.
Setelah kilasan ingatan tentang Irene dan Namjoon memenuhi bilik otaknya, Rosie mulai menata kepingan puzzle dari memorinya yang tercerai berai, hingga ingatan baru akan pertemuan dirinya dengan Zaara menariknya untuk membuka isi benda serupa silinder yang diberikan Zaara saat mereka berada di Hail Mary. Benda silinder yang baru Rosie ketahui ternyata adalah sebuah voice recorder itu menyimpan curahan hatinya dengan luapan emosi yang menggebu.
Kini Rosie yakin bahwa Kim Taehyung adalah suaminya. Namun kenyataan yang ia ketahui justru membuat batinnya semakin teriris. Lantaran sampai detik ini, ingatan akan pernikahannya dengan Taehyung maupun perjalanan rumah tangga mereka, belum sedikit pun kembali dalam benak Rosie.
"Eonnie." Vokal Rosie menginterupsi percakapan Jisoo dan Jennie.
"Ya, ada apa Rosie?" Jisoo menoleh ke kursi belakang tempat Rosie duduk.
"Maaf, mungkin aku akan merepotkanmu, tapi, aku ingin makan sushi di restoran Jin oppa."
"Restoran kakak ipar?" Jennie yang memegang kemudi, menatap Rosie dari spion tengah. "Tapi kita hampir sampai di Sora, dan itu akan membutuhkan waktu sekitar 45 menit untuk sampai di restoran kakak ipar."
Rosie menunduk sedih sembari menggumamkan kata maaf. Jisoo yang melihat hal itu tentu saja tidak tega. Seketika dia teringat kala mengandung si kembar. Dia harus mati-matian menahan makanan yang diidamkan karena Jin tidak mau membelikannya.
"Tenang saja, Rosie, kami akan mengabulkan keinginanmu," ujar Jisoo, mengulas senyum.
Sementara Jennie yang duduk di sampingnya menoleh lalu bergumam tanpa suara. "For real?" yang selanjutnya ditanggapi oleh anggukan kepala Jisoo.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNDENIABLE LOVE
FanfictionApa jadinya jika seorang Kim Taehyung dijodohkan dengan Park Chaeyoung? Yang notabene adalah sahabat dari kekasihnya sendiri, Lalisa! Akankah keduanya dapat menjaga hati pasangan masing-masing? ** "Aku tahu ini mungkin terdengar gila, tapi kalian bi...