12

897 173 47
                                    

Dinginnya angin yang menusuk kulit membuat Rosie semakin merapatkan tubuhnya ke arah Taehyung. Dia beringsut ke dada atletis Taehyung, menyamankan posisinya, dan pria yang mendekapnya pun tidak keberatan dengan apa yang Rosie lakukan.

Tidak ada satu pun dari keduanya yang memecah kesunyian diantara suara guyuran hujan. Keduanya tenggelam dalam pikiran masing-masing, seolah mengikuti skenario yang diciptakan hujan untuk saling merenung. Hingga beberapa menit terlewati, akhirnya kesunyian pun pecah.

"Tae ..." Vokal Rosie mengalun lirih.

Jika saja posisi mereka tidak sedekat itu, mungkin Taehyung tidak mendengar suara Rosie yang memecah kebisuan diantara mereka.

"Hmm?" jawab Taehyung dengan nada yang sama lirihnya, namun masih bisa ditangkap pendengaran Rosie.

"Aku bertengkar dengan Jungkook," tutur Rosie mengawali percakapan.

Gadis brunette itu bahkan tidak berpikir ulang apakah dia harus menceritakan semuanya pada Taehyung.

Tidak, bukan seperti itu, yang benar adalah, Rosie memang tidak pernah ragu atau merasa tidak enak hati untuk menceritakan keluh kesahnya pada Taehyung. Sejak awal pertemanannya dengan pria ravenette itu, dia memang selalu nyaman untuk berbagi cerita, tanpa harus merasa risih ataupun khawatir jika pria yang diajak bicara itu akan memberikan penghakiman sepihak.

"Dia memintaku untuk menceraikanmu." Vokal lirih Rosie kembali melanjutkan.

Pria ravenette yang masih mendekap sang istri tidak langsung menjawab. Dia justru mengusap lembut surai brunette sang istri, merapikan anak rambut yang tampak sedikit berantakan.

"Kau ingin kita bercerai sekarang, Chae?" tanya Taehyung lembut, tanpa menghentikan aktivitas jemarinya menyibakkan helaian rambut yang menutupi wajah cantik sang istri.

Rosie menggeleng sebelum kembali bersuara. "Aku tidak ingin mengecewakan kakek, Tae."

"Aku yakin kakek akan mengerti. Dia mungkin akan sedih. Dan bohong besar jika aku bilang dia tidak akan peduli, karena aku tahu kau telah mendapatkan tempat spesial di hatinya, tapi aku akan mencoba memberikan pengertian pada kakek kalau—"

"Tidak, Tae." Potong Rosie sembari menggelengkan kepala. "Kita sudah sepakat akan mengakhiri ini saat kondisi kakek benar-benar sudah membaik."

"Jika itu membuatmu tenang, aku akan menurut," ujar Taehyung meyakinkan.

"Tapi, bagaimana dengan Lisa?"

"Dia bisa menunggu."

Kalimat terakhir Taehyung membuat Rosie merasa bersalah pada sahabatnya. Rosie tidak bermaksud untuk membuat sahabatnya menderita karena harus merelakan kekasihnya untuk menjadi suami Rosie sementara waktu. Tapi Rosie tidak bisa membohongi dirinya kalau dia sungguh mengkhawatirkan kakek Kim.

Walau bagaimanapun, sosok kakek Kim membuat Rosie teringat akan mendiang kakeknya yang sudah lebih dulu pulang ke sisi Tuhan saat ia masih kecil, lalu disusul sang nenek yang meninggal satu bulan setelah keberangkatan Taehyung ke Inggris.

Jadi, apakah dengan alasan ini seseorang akan mengatakan bahwa Rosie egois? Egois karena menginginkan kesembuhan kakek Taehyung dengan mengorbankan perasaan Lisa, sahabatnya?

"A-apa aku menjadi egois karena menunda perceraian kita, Tae? A-aku hanya ingin melihat kakek kembali sehat dan—" Rosie menekan kepalan tangannya di dada.

UNDENIABLE LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang