BAB 1 "Pandangan Pertama"

461 14 2
                                    

"Jangan keliru saat kamu melihat cinta
Kamu harus hati-hati saat memilih cinta
Tapi apakah kamu memakai hatimu
Saat kamu memilih cinta di hatimu"

Revan seorang laki-laki tampan, yang ketampanannya menebus galaksi. Tiada tandingannya. Dia baru saja kembali ke dunia nyata, setelah semalaman berlayar ke dunia mimpi.

Dengan semangat ia memulai aktivitas di pagi yang cerah ini. "Selamat pagi dunia." ucap Revan dengan senyum yang tepancar di wajah tampannya. Semakin mempesona.

"Saatnya berkelana mencari cinta." ucap Revan lagi. Dia sudah rapi dengan kemeja hitam berlengan panjang, sedikit menggulung lengan bajunya ke atas. Revan siap untuk berangkat ke kampus.

Revan menuruni anak tangga menuju ruang makan. Menemui orang tuanya yang sedang sarapan di sana.

"Hai mama. Hai papa. Selamat pagi." sapa Revan dengan senyumnya.

"Pagi juga anak mama yang paling ganteng." ucap Mama Revan tersenyum. Beliau lalu memeluk anaknya yang ganteng itu.

"Pa, pinjem mobil dong." pinta Revan pada papanya. Dengan sedikit berakting, Revan menunjukkan muka melasnya di hadapan papanya, agar papanya meminjamkan mobil kepadanya.

"Motor kamu ke mana emangnya?" tanya papa Revan. Beliau masih asyik mengunyah roti dengan isian selai didalamnya.

"Di bengkel." jawab Revan santai.

"Bukannya kemarin habis dari bengkel. Kenapa sekarang bisa di bengkel lagi? Naik bis aja sana." suruh papa Revan.

"Masak anak papa yang ganteng ini suruh naik bis sih. Apa kata dunia coba? Boleh ya pa, sekali ini aja." Revan memohon pada papanya.

"Sekali papa bilang enggak ya enggak. Udah sana berangkat. Nanti telat. Ini ongkos buat naik bisnya." ucap papa Revan galak. Beliau lalu memberikan uang 50 ribuan pada Revan.

"Yah pa kok cuma 50 ribu sih. Kurang lah pa. Buat makan mana. Buat jalan-jalan mana. Buat ini itu. Tambahin ya pa." protes Revan.

"Ya udah nih mama tambahin." ucap Mama Revan. Beliau lalu memberikan uang 100 ribuan pada Revan.

"Makasih ya ma. Mama baik deh. Nggak kayak papa. Pelit. Haha." ucap Revan tertawa di akhir kalimatnya. Sedikit menyindir papanya.

"Revan. Nggak boleh ngomong gitu. Udah sana berangkat." ucap Mama Revan.

"Oke ma. Revan berangkat dulu ya ma pa. Daa mama daa papa." pamit Revan pada kedua orang tuanya.

***

3 laki-laki terkeren dan terkece sekampus sedang berjalan di area kampus. Mereka adalah Revan, Yudha dan Juno. Anak falkutas ilmu komunikasi. Saat mereka datang ke kampus, semua mata langsung tertuju kepada mereka. Khususnya mata para mahasiswi-mahasiswi di kampus mereka yang langsung terpesona dengan ketampanan mereka.

"Hai sayang, ntar jadi kan kita jalan-jalan?" tanya seorang perempuan mendekati Revan yang sedang asyik mengobrol bersama teman-temannya di kelas. Kebetulan kelas mereka sudah selesai beberapa menit yang lalu. Namun Revan dan teman-temannya masih asyik mengobrol di kelas.

"Iya sayang. Jadi dong masak enggak sih." jawab Revan tersenyum ke arah perempuan itu.

"Sampai ketemu ntar ya sayang. Aku kembali ke kelas dulu. Daa sayang." Perempuan itu berlalu pergi setelahnya.

Dara adalah cewek Revan yang pertama. Anak orang kaya. Cewek paling cantik dan populer di kampus. Kapten cheerleders. Orangnya manja, sombong dan sangat angkuh. Anak fakultas ekonomi.

"Honey, ke kantin yuk. Temenin aku makan. Aku laper nih." ajak seorang perempuan lagi pada Revan. Tapi bukan Dara.

"Emm gimana ya?" ucap Revan sok bingung.

"Ayolah honey. Kamu udah nggak ada kelas kan hari ini? Aku yang traktir deh."

"Kenapa nggak bilang dari tadi? Kalau ditraktir, oke ayo kita pergi ke kantin."

Vita adalah cewek Revan yang kedua. Orangnya manis. Anak dari pemilik yayasan kampus di mana Revan berkuliah. Orangnya baik dan nggak pelit. Anak fakultas psikologi.

"Yud, Jun, Revannya mana? Kok nggak sama kalian? Biasanya juga bareng terus." tanya seorang perempuan lagi. Bukan Dara ataupun Vita

"Revannya lagi di kantin. Emang kenapa?" jawab Juno.

"Oh ya udah. Gua cuma mau ngasih ini ke Revan. Tolong kasihin ke Revan ya ntar." pinta perempuan itu dengan lembut. Perempuan itu lalu memberikan titipannya pada Juno.

Navy adalah cewek Revan yang ketiga. Seorang anak dari kalangan biasa. Bukan anak orang kaya dan juga tidak populer di kampusnya. Dia bisa kuliah di kampus bergengsi ini juga karena ia mendapatkan behasiswa. Anaknya ramah dan baik banget. Berpenampilan sederhana dan apa adanya. Anak fakultas ilmu komunikasi. Satu jurusan dengan Revan dan juga teman-temannya. Hanya beda kelas saja.

***

Revan, Yudha, dan Juno lagi berada di kafe favorit mereka. Mencari mangsa baru yang bakal di jadiin Revan pacar keempatnya.

"Parah loe Van. Udah punya 3 cewek. Masih aja godain cewek lagi. Kalau ketahuan sama cewek-cewek loe itu, bisa di bakar hidup-hidup loe Van." ucap Yudha.

"Iya ni Van. Loe itu nggak punya hati ya. Loe pacarin itu cewek-cewek cuma buat kepentingan pribadi loe aja. Jahat loe Van." tambah Juno emosi melihat kelakuan sahabatnya itu.

"Orang mereka yang mau. Gua kan nggak pernah maksa mereka. Beginilah resiko jadi orang ganteng, banyak cewek-cewek yang ngantri buat jadi pacar gua. Haha." ujar Revan nyantai tanpa rasa bersalah sudah menduakan cewek-ceweknya.

"Oh gitu. Makan ini makalah loe." ucap Juno kesal. Dia lalu memberikan makalah titipan Navy tadi siang pada Revan. Setelah itu ia berlalu pergi meninggalkan teman-temannya.

"Itu orang kenapa sih? Marah-marah mulu dari tadi. Lagi dapet kali ya. Hahaha." ucap Revan tertawa di akhir kalimatnya.

"Iya kali Van. Haha." tambah Yudha yang juga ikut tertawa.

Setelah Revan dan Yudha selesai makan. Mereka pun pulang. Namun tiba-tiba Revan bertabrakan dengan seseorang. Merekapun jatuh bersamaan.

"Kalau jalan pakai mata dong." ucap Revan galak, dia tak melihat orang itu. Revan sibuk membenahi pakaiannya yang berantakan. Lalu ia berdiri setelahnya.

Revan yang tadinya ingin marah. Namun terhenti saat ia melihat wajah perempuan itu yang ternyata sangat cantik dan mempesona. Revan terus saja memandangi wajah perempuan cantik yang ada dihadapannya itu. Tanpa berkedip sama sekali. Karena merasa risi perempuan itu pun berlalu pergi. Meninggalkan Revan yang masih bengong.

"Van ayo pulang." ajak Yudha membangunkan Revan dari lamunan sesaatnya. Yudha lalu memukul pundak Revan agar laki-laki itu segera tersadar dan kembali ke dunia nyata.

"Eh iya iya." jawab Revan yang masih tetap melihat perempuan itu yang sudah berlalu pergi sejak tadi. Ia hanya bisa melihat punggung perempuan itu yang lama-kelamaan menghilang.

***

Selasa, 01 November 2022

Ketika Playboy Jatuh Cinta (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang