BAB 29 "Ketahuan ?"

40 4 0
                                    

"Mama sama papa yakin mau pulang sekarang. Besok aja ya pulangnya. Icha kan masih kangen sama kalian. Sehari lagi di Jakarta ya. Please." ucap Icha saat mengantar orang tuanya ke bandara lagi untuk kembali ke Jogjakarta.

"Nggak bisa Icha. Mama masih ada kerjaan di jakarta. Ini aja mama tinggalin. Karena mama pengen ketemu sama Icha." ucap Mama Reni memeluk anaknya. Begitu juga dengan papa Beni yang juga ikut memeluk anaknya.

"Papa sama mama pulang dulu ya. Kamu baik-baik di jakarta. Belajar yang rajin biar cepet lulus. Jangan pacaran terus sama Revan." ucap Papa Beni menasihati.

"Ih papa, Icha kan udah bilang kalau Icha sama Revan itu nggak pacaran."

"Salam buat Revan ya. Bilangin mama sama papa kangen." ucap mama Reni yang kembali menggoda Icha.

"Tahu ah. Terserah kalian." Icha melipatkan tangannya di dada. Pertanda dia sangat kesal dengan orang tuanya yang terus menggodanya sejak tadi.

Sementara orang tuanya malah tertawa bahagia melihat kekesalan di wajah anaknya. Navy pun juga ikut tertawa mengerjai Icha.

"Tante sama Om pamit ya." ucap Mama Reni berpamitan pada Navy. Papa Beni juga berpamitan pada Navy.

"Da mama, daa papa." ucap Icha melambaikan tangannya kepada kedua orang tuanya, setelah orang tuanya benar-benar berlalu meninggalkan Icha dan Navy.

"Daa tante Om." ucap Navy juga.

"Pulang yuk. Capek gua. Pengen tidur." ajak Navy kemudian.

"Bentar bentar. Gua angkat telepon dulu." ucap Icha setelah berjalan beberapa langkah ke pintu keluar bandara.

"Hallo. Kenapa?" ucap Icha lewat sambungan telepon.

"Akhirnya kamu angkat telepon aku juga. Kamu di mana sih Al? Di rumah nggak ada. Tadi juga nggak kuliah." tanya Revan kemudian.

"Gua lagi healing." jawab Alysa asal.

"Healing sama siapa? Bukan sama cowok kan?"

"Ada deh. Bye Revan." Alysa menutup teleponnya secara sepihak.

"Itu tadi yang telepon Revan?" tanya Navy setelah Alysa menutup teleponnya.

"Iya." jawab Alysa.

"Ternyata mama sama papa kamu kenal juga ya sama Revan."

"Iya lah kenal, Revan kan temen SMA gua. Dan cuma Revan doang yang pernah dateng ke rumah gua."

"Gua curiga. Apa Revan dulu pernah suka ya sama loe?"

"Navy, mana mungkin Revan suka sama gua. Dia aja nolak gua lho."

"Logika aja. Nggak ada yang namanya temenan doang cewek sama cowok. Pasti salah satu diantara mereka akan terjebak dengan yang namanya cinta."

"Iya gua yang terjebak dengan namanya cinta. Gua yang jatuh cinta sama dia. Bukan dia."

"Tapi gua tetep yakin kalau dulu Revan juga suka sama loe."

"Terserah loe deh."

"Orang tua loe kenal sama Revan. Mamanya Revan juga kenal sama loe. Gua aja yang pacaran sama Revan, nggak pernah tuh sekalipun dikenalin sama orang tuanya. Sementara loe yang cuma temennya bisa gitu dikenalin sama orang tuanya. Apa loe nggak aneh?"

"Itu karena mamanya Revan suka sama kue buatan gua."

"Kok bisa?"

"Panjang ceritanya. Dan gua lagi males bahas soal itu. Jadi mending kita ganti topik lain. Jangan bahas Revan mulu. Oke?"

***

"Navy, Icha." panggil Revan saat melihat Navy dan Icha. "Kok kalian bisa bareng?" tanya Revan menyadari keanehan yang terjadi. Sejak kapan Navy dan Icha jadi akrab?

"Iya kan kita sahabatan sekarang." jawab Navy setelah cukup lama dia diam. Hanya kata itu yang terlintas di pikirannya.

"Kok bisa?" Revan masih tidak puas dengan jawaban Navy padanya.

"Ya bisalah. Sejak kita ketemu di lapangan basket. Terus kita juga beberapa kali ketemu lagi. Dan ternyata Icha ini orangnya asyik banget. Nyambung lagi sama gua. Makanya kita bisa sahabatan. Iya kan Cha?" Navy melirik ke arah Icha agar mengiyakan pertanyaan terakhir untuknya.

"Iya Revan." ucap Icha. Dia juga tidak tahu harus berkata apa lagi selain mengikuti kebohongan Navy.

"Oh ya loe ke sini pasti mau nyariin Alysa kan. Tapi kayaknya Alysa belum pulang deh. Soalnya lampunya juga masih mati." ucap Navy sebelum Revan memberinya pertanyaan lagi.

"Alysa siapa?" tanya Icha pura-pura tidak mengenal Alysa.

"Alysa itu sepupu gua. Dia juga tinggal di sini. Tadinya gua mau ngenalin loe sama Alysa. Tapi kayaknya Alysanya belum pulang deh. Nanti ya gua kenalin kalau dia udah pulang." jawab Navy.

"Oke." Icha mengangguk.

"Gua masuk dulu ya, mau nyalain lampu. Kalau kalian masih mau ngobrol nggak apa-apa kok." pamit Navy memberikan waktu untuk Revan dan Icha berbicara. "Cha, nanti langsung masuk aja ya kalau udah selesai ngobrol sama Revan." ucap Navy pada Icha.

"Kamu sama Alysa pacaran ya?" tanya Icha setelah Navy masuk ke dalam rumah.

Revan hanya tersenyum saat mendengar pertanyaan Icha untuknya. Kenapa rasanya susah sekali untuk bilang iya. Revan takut kalau jawabannya nanti malah menyakiti hati Icha.

"Kalau diem pasti jawabannya iya kan. Aku doain semoga hubungan kamu sama Alysa langgeng ya. Aku ikut bahagia." ucap Icha lagi. Entah kenapa rasanya sedih sekali, walaupun Alysa juga adalah dirinya.

"Maaf." ucap Revan lirih namun masih bisa didengar jelas oleh Icha. Karena jarak mereka yang tidak terlalu jauh.

"Kamu kenapa minta maaf Revan? Kamu nggak salah. Kamu berhak suka sama orang lain, dan pacaran sama orang lain. Lagian aku juga udah nggak cinta lagi sama kamu."

"Aku bisa bilang aku nggak cinta. Tapi kenapa rasanya sakit banget. Alysa dan aku adalah orang yang sama. Bagaimana nanti jika orang yang dicintai Revan bukan lagi diriku, bukan lagi Alysa. Apa aku masih sanggup menahan sakitnya. Dan aku sadar ternyata aku masih sangat mencintai kamu Revan." ucap Icha dalam hati. Matanya sudah berkaca-kaca menahan tangisnya.

"Oh ya, tadi orang tua aku ke sini." Icha mengalihkan topik pembicaraannya agar Revan tak melihat kesedihannya.

"Orang tua kamu ke jakarta Cha? Terus sekarang di mana mereka?" tanya Revan.

"Mereka udah balik lagi ke Jogja. Mama sama papa nitip salam buat kamu. Mereka juga bawain banyak oleh-oleh dari Jogja." Alysa memberikan sebagian oleh-oleh yang dibawa orang tuanya untuk Revan. "Ini buat kamu sama orang tua kamu juga ya."

"Makasih Cha. Bilangin sama orang tua kamu juga makasih dari aku. Salam juga ya buat orang tua kamu."

Icha mengangguk menanggapi perkataan Revan padanya.

"Revan, lihat deh bintangnya bagus banget ya." Icha menunjuk ke arah langit.

"Aku nggak tahu apa yang kamu suka dari bintang. Padahal setiap hari bintangnya sama." ucap Revan.

"Momennya mungkin. Sama siapa kita melihatnya?"

"Apa setiap kali kamu melihat bintang. Bintang itu terlihat indah?"

"Iya dia selalu indah." Icha tersenyum saat mengatakannya sambil terus melihat ke arah langit.

"Bukankah hari ini jauh lebih indah?"

"Mungkin." Icha mengalihkan pandangannya ke arah Revan, di saat Revan yang ternyata juga sedang melihat ke arahnya.

"Revan, udah malem nih. Kamu masih mau nunggu Alysa atau gimana?" ucap Icha mengalihkan rasa gugupnya karena tatapan Revan padanya.

"Kayaknya aku pulang aja deh. Sekali lagi makasih ya oleh-olehnya." ucap Revan pamit pulang.

***

Sabtu, 22 April 2023

Ketika Playboy Jatuh Cinta (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang