BAB 7 "Masih Berjuang"

71 7 0
                                    

"Masih nggak mau ngaku kalau ada hubungan sama Revan." ucap Navy sedikit emosi.

"Gua emang nggak ada hubungan apa-apa sama Revan. Apa yang harus diakuin coba?" ucap Alysa. Dia masih tak mengerti kenapa Navy masih saja menuduhnya punya hubungan dengan Revan. Padahal dia sudah menjelaskan kalau dirinya tidak punya hubungan sama Revan.

"Revan nyariin loe tuh di depan." Navy lalu pergi setelah mengucapkan kalimatnya. Dia kesal karena Revan mencari Alysa bukan dirinya. Padahal jelas-jelas dia adalah pacarnya Revan bukan Alysa.

Alysa menghentikan aktivitasnya. Lalu pergi keluar menemui Revan. "Loe ngapain sih nyariin gua?" tanya Alysa saat menemui Revan di depan rumah.

"Aku ke sini mau ngasih tugas kelompok kita sama kamu." jawab Revan.

"Emang nggak ada hari esok? Besok kan bisa ngasihnya pas di kampus. Pengen banget ya bikin hubungan gua sama Navy hancur."

"Aku udah jelasin ke Navy. Kalau aku ke sini cuma mau ngasih tugas sama kamu."

"Oke karena sekarang tugasnya udah loe kasihin. Loe pulang gih."

"Aku laper."

"Makanlah."

"Aku mau makan sama kamu."

"Gua nggak mau makan sama loe. Bye. Gua masuk."

Revan menarik tangan Alysa. Menghentikan langkah kaki Alysa yang hendak masuk ke dalam rumah.

"Ngapain sih? Lepasin." ucap Alysa kesal.

"Aku nggak bakal lepasin sampai kamu mau makan sama aku." ucap Revan.

"Revan loe nggak lupa kan syarat jalan sama aku."

"Enggak. Tapi emang kamu nggak mau apa jalan sama cowok ganteng kayak aku."

"Udah berapa kali sih gua bilang kalau gua alergi sama cowok playboy model loe. Sekarang lepasin tangan gua. Gua mau masuk."

"Nggak mau sebelum kamu mengiyakan ajakan aku."

"Revan." Alysa sedikit berteriak memanggil nama Revan. Pasalnya laki-laki itu tak juga melepaskan tangannya. Bahkan mengabaikan permintaannya

"Bodo."

"Oke baiklah gua mau makan sama loe."

Revan tersenyum mendengar jawaban dari Alysa.

***

"Gua heran deh sama loe. Kenapa loe nggak ngajak Navy aja buat nemenin loe makan? Navy kan pacar loe. Kenapa malah ngajak gua?" tanya Alysa penasaran. Mereka sedang menunggu makanan mereka datang.

"Karena aku pengen makan gado-gado. Dan Navy, dia kan alergi sama kacang." jawab Revan.

Alysa diam, apa yang dikatakan Revan memang benar. Sejak kecil Navy memang alergi sama kacang. Makan sedikit kacang saja seluruh tubuhnya langsung timbul bintik-bintik merah.

"Gua pengen nanya satu hal sama loe. Loe beneran cinta nggak sih sama Navy?"

"Kenapa? Kamu cemburu?"

"Gua cuma nggak mau loe nyakitin sepupu gua. Gua sayang banget sama Navy. Jadi gua mohon sama loe kalau loe cuma mau main-main sama Navy mending loe jauhin Navy dari sekarang."

"Soal itu kamu bisa nanya sendiri sama Navy."

"Maksud loe?"

Revan menggantungkan pertanyaan Alysa untuknya. Dia malah sibuk makan gado-gado yang baru saja diantar sama mbak-mbak pelayannya.

"Revan gua nanya sama loe. Malah asyik makan." ucap Alysa karena merasa diabaikan oleh Revan.

"Tujuan aku ngajak kamu ke sini karena aku laper. Jadi boleh dong aku makan dulu. Kalau kamu pengen tahu jawaban dari pertanyaan kamu. Kamu bisa langsung nanya sendiri sama Navy. Dia akan menjelaskannya, itu pun kalau dia mau menjelaskannya." ucap Revan lalu kembali sibuk dengan makanannya.

***

"Revan berhenti dulu." ucap Alysa. Ia menyuruh Revan untuk menghentikan motornya.

"Masih pengen berduaan ya sama aku?" tanya Revan sambil senyum-senyum.

"Idih siapa juga yang mau berduaan sama loe. Gua mau ngeprint dulu. Tuh di depan ada fotokopian. Loe nggak lupa kan tadi loe bilang apa sama Navy sebelum kita pergi. Kalau gua pulang nggak bawa kertas print-print an nya. Yang ada Navy bakal curiga sama kita. Bakal nuduh yang enggak-enggak lagi sama gua." jawab Alysa panjang lebar.

"Oh iya aku lupa." Revan menghentikan motornya di depan tempat fotokopian.

"Bayar gih." ucap Alysa setelah selesai ngeprint.

"Aku yang bayar?" tanya Revan.

"Gua nggak bawa uang. Loe kan tadi yang langsung narik gua pergi. Handphone aja gua juga nggak bawa." jawab Alysa.

"Haha iya-iya aku bayarin. Tapi dengan satu syarat."

"Syarat apa lagi sih? Ribet banget tinggal bayar." Alysa semakin emosi karena Revan memberinya syarat.

"Loe harus temenin aku main basket besok."

"Revan, kan udah gua bilang kalau gua nggak bisa main basket."

"Siapa juga yang ngajakin kamu main basket. Aku cuma bilang temenin aku main basket. Soalnya besok aku ada pertandingan basket sama anak-anak fakultas psikologi. Dan aku mau kamu nonton aku."

"Ogah males paling juga kalah."

"Ya udah bayar aja itu sendiri. Aku mau pulang. Bye." Revan berniat meninggalkan Alysa, namun berhenti saat mendengar suara Alysa.

"Loe ninggalin gua?"

"Enggak bakal aku tinggalin kalau kamu mengiyakan permintaanku. Gimana?"

"Mas boleh ngutang dulu gak?" tanya Alysa pada pegawainya. Mengabaikan permintaan Revan padanya.

"Buat mbaknya yang cantik ini apa sih yang nggak boleh. Nggak dibayar juga nggak apa-apa. Asal mbaknya mau ngasih saya Nomor telepon mbaknya." jawab mas pegawainya genit.

"Berapa mas? 8 ribu kan? Ini saya bayar. Permisi." ucap Revan memberikan uang 10 ribuan pada masnya. Lalu menarik tangan Alysa untuk ikut dengannya. "Oh ya kembaliannya buat masnya aja. Buat upah karena udah gombalin pacar saya." Revan kembali berkata pada mas-mas pegawainya. Dia juga tersenyum saat mengatakannya.

"Mau aja sih digombalin sama mas-mas genit tadi. Kesenengan kayaknya." ucap Revan di perjalanan pulang.

"Emang kenapa? Loe nggak lagi cemburu kan?" tanya Alysa.

Revan lalu mengerem motornya dengan sengaja. Membuat Alysa langsung memeluk Revan dari belakang.

"Hati-hati napa sih? Bawa anak orang nih." omel Alysa marah.

"Ada yang nyaman nih kayaknya." ucap Revan. Pasalnya pelukan Alysa tak kunjung dilepaskan sejak tadi. Dia malah sibuk mengomel tidak jelas.

"Kenapa di lepasin?" tanya Revan saat melihat tangan Alysa yang perlahan melepaskan pelukannya.

"Takut diamuk sama pacar loe." ucap Alysa asal.

"Hahaha." Revan tertawa mendengar jawaban asal yang keluar dari mulut Alysa. Terlalu menggemaskan saat melihat Alysa yang kesal dan marah-marah padanya.

"Revan, kamu inget nggak. Dulu kamu sering banget boncengin aku, dengan motor ini juga. Aku kangen sama kamu Revan. Rasanya aku ingin memelukmu."

"Revan, mungkin sekarang kita udah bahagia. Kalau aja waktu itu kamu nggak nolak aku. Kenapa sih kamu tega banget nolak aku dan bahkan ngehina penampilanku?"

"Seharusnya kamu nggak memberi aku harapan waktu itu. Kalau pada akhirnya kamu melukai hatiku. Kamu tahu Revan, rasa sakit itu masih ada sampai sekarang. Sayangnya aku nggak bisa membenci kamu sedikitpun."

Suara hati Alysa yang hanya bisa didengar olehnya sendiri. Dia yang mencintai Revan, dan dia yang sangat merindukan Revan. Sayangnya dia pun juga membenci Revan saat ini.

****

Kamis, 08 Desember 2022

Ketika Playboy Jatuh Cinta (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang