"Maaf ya Cha gara-gara aku kamu jadi luka gini." ucap Revan sambil masih mengobati luka yang ada ditangan Icha. Dia merasa menyesal karena sudah membuat Icha jadi terluka.
"Nggak apa-apa Revan. Lagian ini juga bukan salah kamu. Namanya juga musibah." ucap Icha.
"Kalau aja tadi aku nggak meleng bawa motornya, kita nggak bakal jatuh Cha."
"Emang tadi kamu lagi mikirin apa?"
"Bukan apa-apa." Revan sudah selesai mengobati luka di tangan Icha.
"Kamu juga terluka ya. Sini biar aku gantian obatin." ucap Icha setelah Revan sudah selesai mengobati lukanya.
"Kamu baik banget sih Cha. Kalau Alysa dia pasti udah marah-marah sama aku." ucap Revan di dalam hati. Dia terus memperhatikan Icha yang sedang mengobati lukanya.
"Astaga kok aku jadi lupa ya sama Alysa. Dia pasti kesel banget karena tadi aku cuekin dia. Aku juga belum WhastApp dia lagi sejak tadi. Ini semua gara-gara Rasya. Itu cowok emang ngeselin. Gara-gara dia juga, aku sama Icha jadi kecelakaan gini. Aku WhatsApp Alysa dulu deh." ucap Revan di dalam hati lagi.
"Al, kamu udah tidur belum? Maaf ya tadi aku nyuekin kamu pas di tempat camping. Maaf juga baru bisa ngabarin kamu sekarang. Padahal tadi aku udah janji mau ngabarin kamu kalau udah sampai rumah. Kamu nggak marah kan sama aku. Besok kita ke kampus bareng ya. Aku jemput. Love You Al." Revan mengirim pesan itu pada Alysa. Namun sayang setelah beberapa menit berlalu, perempuan itu tak kunjung menjawab pesan dari Revan. Mungkin sudah tidur, pikir Revan.
Icha sedang membuka ponselnya, ada pesan dari Revan untuk Alysa. Icha penasaran pesan apa yang dikirim Revan untuknya. Namun jika ia membukanya sekarang, dia takut akan membuat Revan jadi curiga nantinya.
"Ternyata sejak tadi kamu lagi ngirim pesan ke Alysa ya. Padahal kamu lagi sama aku. Tapi yang kamu pikirin tetap aja masih Alysa. Aku terlalu bodoh karena berharap kamu cinta sama aku. Lagian mana mungkin sih Revan suka sama gadis cupu kayak aku. Jelaslah dia pasti akan lebih memilih Alysa yang cantik untuk jadi pacarnya. Aku terlalu berharap lebih." ucap Icha di dalam hati. Walaupun Alysa juga adalah dirinya. Tapi tetep aja dia sedih. Karena Revan sama aja dengan yang lainnya, hanya melihat fisik.
"Revan, lihat deh bintangnya bagus." ucap Icha menunjuk ke arah langit.
"Kamu masih suka ngelihat bintang?" tanya Revan.
"Iya, aku masih suka dengan apapun yang berhubungan sama alam." jawab Icha masih asyik melihat bintang yang ada di langit.
"Oh ya tadi kamu bilang kamu habis pulang dari camping ya." ucap Icha melihat ke arah Revan. "Kamu inget nggak waktu kita camping pas SMA kita pernah kena hukum sama kakak pembina gara-gara kita lihat sunrise." ucap Icha lagi, kembali melihat ke arah langit.
"Iya aku inget. Sebenarnya bukan karena lihat sunrisenya kita dihukum. Tapi gara-gara kita yang nggak ngerjain tugas buat bersih-bersih, dan waktu ketahuan kitanya malah kabur gitu aja."
"Kan kamu yang ngajakin aku kabur. Berarti gara-gara kamu kita dihukum."
"Orang kamunya juga mau diajakin kabur." Revan tersenyum saat mengatakannya. Dan senyuman itu menular ke Icha.
"Ya reflek aja waktu itu."
"Revan, kamu tahu nggak. Aku itu seneng banget hari ini. Membicarakan masa lalu yang indah bersamamu. Melihat senyummu saat ini, entahlah aku sangat bahagia. Apalagi saat kamu mengingatku dan memanggil namaku saat kamu melihat sunrise tadi pagi. Ada rasa bahagia saat itu. Ya walaupun aku kelihatan marah karena waktu itu aku sedang jadi Alysa. Tapi aku sangat bahagia Revan. Jujur perasaan itu masih ada walaupun sedikit." ucap Icha di dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Playboy Jatuh Cinta (TAMAT)
RomanceSekali lagi Revan melihat rumah kosong itu. Di mana pemiliknya sekarang. Rumahnya kotor dan tak ada yang membersihkannya. Banyak rumput liar tumbuh di sana. "Icha sebenarnya kamu di mana sih?" "Kenapa kamu pergi tanpa bilang apapun sama aku." "Apa n...