BAB 37 "Ciuman"

37 4 0
                                    

"Revan berhenti. Kita kan belum ngasih selamat ke Rasya dan Mala." kata Icha saat menyadari ke mana tujuan mereka.

Revan menghentikan langkah kakinya. Lalu menghadap ke arah Icha. "Kamu mau masuk lagi ke dalam. Mau dihina lagi kayak tadi." kata Revan yang terlihat begitu kesal dan marah.

"Aku cuma mau ngasih selamat buat Rasya dan Mala. Baru setelah itu kita pulang. Mau ya masuk lagi ke dalam."

"Terserah kalau kamu mau masuk lagi. Aku tunggu sini."

"Revan, kamu kenapa sih? Kan yang dihina mereka itu aku. Kenapa kamu yang sewot? Apa ini alasan kamu aja biar nggak ketemu sama Rasya? Lagian siapa sih itu cewek yang udah bikin persahabatan kalian jadi kayak gini? Hancur berantakan."

"Cewek itu... Kamu." kata Revan menatap Icha.

"Hahaha udah deh Revan nggak usah bercanda." kata Icha yang malah tertawa.

"Lihat mata aku. Apa aku sedang bercanda? Cha, kamu sadar nggak sih waktu SMA cewek yang bisa deket sama aku itu cuma kamu. Banyak cewek di sekolah yang pengen deket sama aku, tapi nyatanya aku cuma deket sama kamu. Banyak cewek di sekolah kita yang suka dibully juga, tapi nyatanya cuma kamu yang aku tolongin. Karena apa? Karena aku suka sama kamu Cha."

"Kalau kamu beneran suka sama aku. Kenapa waktu itu kamu nolak aku Van?"

"Itu karena aku pikir kamu suka sama Rasya."

"Astaga Revan asumsi dari mana itu. Aku aja nggak pernah deket sama Rasya. Gimana aku bisa suka sama Rasya. Kalau aku suka sama Rasya, yang aku tembak waktu itu bukan kamu tapi Rasya Van."

"Aku pernah nggak sengaja lihat kamu ciuman sama Rasya. Itu terjadi beberapa hari sebelum kamu nembak aku."

"Ciuman? Emang kamu lihat sendiri bibir aku bersentuhan dengan bibir Rasya. Pasti enggak kan. Kamu hanya melihat dari kejauhan, dan kamu langsung marah tanpa mengetahui kebenarannya. Revan, aku itu nggak pernah suka sama Rasya. Dan aku juga nggak pernah ciuman sama Rasya. Bahkan sampai detik ini aku belum pernah ciuman sama cowok manapun."

"Udahlah nggak penting juga jelasin sama kamu. Lagian itu juga cuma masa lalu. Aku mau masuk. Kamu mau ikut apa enggak? Atau mau di sini aja?" kata Icha lagi. Lalu dia masuk lagi ke dalam, tanpa mendengar jawaban Revan.

Revan tiba-tiba menarik tangan Icha. Membuat Icha kembali berhadapan dengan Revan. Dan di detik selanjutnya Revan langsung mencium Icha tanpa izin.

"Ayo masuk." kata Revan setelah ciuman singkat mereka.

"Ha?" Otak Icha tiba-tiba ngeblank. Dia tidak bisa berpikir jernih. Yang terlintas di pikirannya hanya ciuman singkatnya bersama Revan beberapa menit lalu.

"Katanya mau ngasih selamat buat Rasya sama Mala." kata Revan lagi, lalu mengajak Icha masuk ke tempat acaranya lagi.

***

Suasana menjadi canggung setelah ciuman singkat antara Icha dan Revan beberapa jam yang lalu. Bahkan di perjalanan pulangnya saat ini, Icha hanya memilih diam dan memperhatikan jalanan di depannya. Ada begitu banyak pertanyaan di benaknya. Namun dia tidak berani bertanya pada Revan.

"Kenapa tiba-tiba Revan menciumnya?"

"Apa Revan masih suka dengannya?"

"Terus bagaimana dengan Alysa?"

"Bukankah orang yang disukai Revan saat ini adalah Alysa?"

"Revan aja belum pernah mencium Alysa, padahal Alysa adalah pacarnya."

"Gua nolak Icha bukan karena gua nggak suka sama Icha." kata-kata Revan beberapa jam yang lalu tiba-tiba muncul kembali di pikiran Icha. Revan benar-benar menyukai dirinya di masa lalu. Namun sayangnya semua sudah terlambat. Dan kebohongannya saat ini tentang dirinya dan Alysa, mungkin akan menjadi boomerang setelahnya.

"Makasih ya Revan udah dianterin pulang." kata Icha sesampainya mereka di rumah Icha.

"Icha." panggil Revan. Membuat Icha kembali menoleh ke arah Revan.

"Kenapa Van?"

"Soal ciuman tadi... "

"Lupain aja. Anggap aja nggak pernah terjadi." Icha memotong ucapan Revan dengan cepat.

"Kalau aku nggak mau gimana? Emang kamu udah nggak suka lagi ya sama aku?"

"Bukannya aku udah pernah bilang. Kalau aku emang udah nggak suka lagi sama kamu."

"Kalau aku masih suka sama kamu gimana?"

"Revan, nggak usah ngada-ngada deh. Mana mungkin kamu masih suka sama aku. Kan sekarang kamu sukanya sama Alysa. Aku inget betul gimana kamu begitu khawatir dengan keadaan Alysa waktu dia sakit dan dia nggak bisa dihubungin."

"Aku ngerasa Alysa sama kamu itu punya kemiripan. Mungkin wajah dan karakter kalian memang berbeda. Tapi tingkah laku kalian itu hampir mirip Cha. Dan setelah hari ini, aku mengetahui kebenarannya. Akhirnya aku sadar kalau orang yang aku cintai itu bukan Alysa tapi kamu Cha. Kamu mau ya jadi pacar aku?"

Icha menggeleng. "Maaf Revan aku nggak bisa."

"Kenapa nggak bisa? Karena Alysa? Besok aku akan mutusin Alysa."

"Bukan Revan. Tapi karena aku udah nggak suka lagi sama kamu."

"Terus kenapa kamu diem aja waktu tadi aku cium kamu. Kamu pun juga nggak menolaknya."

"Itu karena... "

"Karena kamu masih suka sama aku. Iya kan? Udah deh Cha berhenti bohongin diri kamu sendiri." Revan memotong ucapan Icha.

Icha berniat keluar dari mobil Revan. Namun sayangnya pintu mobil Revan tidak bisa dibuka.

"Revan, buka pintunya. Kenapa dikunci sih? Aku mau keluar." kata Icha. Dia ingin segera kabur dari sana.

"Enggak mau. Jawab dulu pertanyaanku. Kamu masih suka kan sama aku?"

"Oke aku bakal jawab, setelah kamu benar-benar mutusin Alysa. Jadi sekarang please bukain pintunya."

***

"Alysa, hari ini kamu ada acara nggak? Aku mau ngajakin kamu keluar." Isi pesan WhatsApp Revan untuk Alysa.

"Revan pasti mau mutusin Alysa. Ternyata dia menepati janjinya pada Icha. Dia serius masih suka sama Icha." kata Icha setelah membaca isi pesan WhatsAppnya. Dia sedang berbicara pada dirinya sendiri.

"Maafin aku Revan, aku masih belum berani jujur sama kamu. Kalau sebenarnya aku dan Alysa adalah orang yang sama." Icha kembali berbicara pada dirinya sendiri.

"Oke. Jam berapa?" Icha membalas pesan WhatsApp Revan padanya.

"Nanti habis dhuhur. Aku jemput ya." balas Revan setelah beberapa menit.

Icha melihat jam yang ada di ponselnya. Sudah pukul 10 pagi. Buru-buru Icha mandi, dan bersiap-siap untuk kembali ke rumah Navy.

Hari Minggu adalah hari untuk bersantai. Icha yang tidak ada kegiatan di hari Minggunya hanya bisa memainkan ponselnya sambil bermalas-malasan. Namun sayangnya hari bersantainya terganggu karena pesan singkat yang dikirim Revan untuknya.

"Navy, loe di mana? Sekarang gua ada di depan rumah loe." Icha mengirim pesan pada Navy, karena rumah Navy sepi seperti tidak berpenghuni.

"Gua lagi jalan sama Juno. Kenapa nggak ngabarin kalau mau ke rumah?" balas Navy setelah beberapa menit.

"Kunci rumah loe, loe bawa ya." Icha kembali mengirim pesan pada Navy.

"Iya. Gimana dong? Loe tunggu sebentar deh, gua pulang." balas Navy.

Icha melihat jam yang ada di ponselnya. Sudah hampir jam 12 siang. Ia pun juga sudah mendengar suara adzan dhuhur.

"Nggak usah Nav. Bentar lagi Revan juga jemput." balas Icha setelah beberapa menit.

Icha lebih memilih menunggu di luar rumah, daripada harus merepotkan Navy untuk pulang lagi ke rumah. Icha kembali melihat ponselnya. Belum ada pesan dari Revan. Masih ada waktu untuk sholat dhuhur dulu. Icha lalu pergi ke masjid yang berada tidak jauh dari rumah Navy. Selesai sholat dhuhur, Icha membenahi make up nya yang sedikit berantakan. Lalu kembali lagi ke rumah Navy.

Icha mengecek ponselnya. Ada pesan dari Revan sekitar 10 menit yang lalu. "Aku otw rumah kamu Al."

***

Jum'at, 08 September 2023

Ketika Playboy Jatuh Cinta (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang