"Ma, Icha berangkat dulu ya." pamit Icha pada mamanya yang sedang menyiram tanaman di depan rumahnya.
"Iya." jawab mama Reni. Beliau lalu kembali fokus ke aktivitas semulanya. Namun di detik berikutnya, mama Reni memanggil anaknya. "Cha tunggu." kata Mama Reni pada Icha.
Icha berbalik menghampiri mamanya. "Ada apa ma?" tanya Icha.
"Nanti malem ajakin Revan makan di rumah ya." jawab Mama Reni.
"Kenapa tiba-tiba banget ma?"
"Lusa kan mama udah balik lagi ke Jogjakarta. Nah mumpung masih di sini, mama mau ketemu sama Revan. Habisnya selama mama di Jakarta. Revan belum juga dateng ke rumah. Kalian nggak lagi berantem kan?"
"Oh enggak kok ma. Aku sama Revan baik-baik saja. Tugas kuliah itu lagi banyak banget ma. Jadi mungkin Revan belum ada waktu aja buat main ke rumah."
"Ya makanya nanti malem kamu ajakin Revan makan di rumah ya."
"Oke nanti Icha bilang ke Revan. Icha berangkat ya ma."
Kali ini Icha benar-benar berangkat ke kampus. Di perjalanan menuju kampus, Icha berpikir bagaimana cara mengajak Revan. Pasalnya Revan masih belum memaafkannya. Icha takut kalau Revan menolak ajakannya.
Sesampainya di kampus, Icha melihat Revan yang sedang duduk sendiri di bangku. Icha pun menghampirinya. "Pagi Revan." sapa Icha tersenyum ramah. Revan tak membalas sapaannya. Itu pertanda Revan masih marah padanya. Padahal kemarin Icha merasa hubungan mereka sudah baik-baik saja. "Nggak bisa apa bilang pagi juga Icha. Pagi-pagi udah bikin badmood." gerutu Icha kesal. Icha menghela nafas, meredakan emosinya. Karena dia masih punya janji sama mamanya untuk mengajak Revan ke rumah. "Revan, ada yang pengen aku omongin sama kamu." kata Icha lagi. Namun Revan masih mengabaikannya. Revan sibuk dengan ponselnya sendiri. "Revan. Bisa nggak sih kamu dengerin aku ngomong." Icha merebut paksa ponsel yang ada di tangan Revan.
"Icha, apa-apaan sih? Balikin ponsel aku." kata Revan yang akhirnya bersuara.
"Nggak bakal aku balikin sebelum kamu dengerin aku ngomong."
"Mau ngomong apa lagi sih Cha. Mau minta maaf. Udahlah Cha aku lagi males dengerin permintaan maaf kamu."
"Kalau kamu nggak mau dengerin permintaan maaf aku. Ya udah maafin akulah. Simple kan. Mau sampai kapan kamu marah sama aku Revan?" Icha menatap Revan, begitu juga dengan Revan yang menatap dirinya.
"Gitu aja kamu nyerah Cha. Kamu sadar nggak sih kebohongan yang kamu lakukan, itu lebih menyakitkan." Revan mengambil ponselnya dari tangan Icha. Lalu pergi meninggalkan Icha sendiri.
"Kenapa jadi gini sih? Kayaknya bakal lebih lama lagi buat Revan maafin aku." kata Icha pada dirinya sendiri. Ia lalu menghela nafas.
Icha melihat jam yang ada di pergelangan tangannya. Lalu berjalan menuju ruang kelasnya. Dia melihat Revan sedang bercanda dengan teman-temannya. Icha hanya melewatinya. Lalu duduk di salah satu bangku kosong yang ada di belakang. Dia benar-benar kehabisan akal buat meminta maaf sama Revan. Ditambah lagi permintaan mamanya, Icha tidak tahu bagaimana cara mengatakannya pada Revan.
Sesekali Icha melirik ke arah Revan. Icha benar-benar tidak bisa fokus dengan materi kuliah yang di sampaikan oleh dosen. Icha lalu mengeluarkan ponselnya dari dalam tas. Mencari nama Revan di sana, dan mulai mengetik sesuatu. "Revan maafin aku ya. Aku tahu aku salah. Please maafin aku." Setelah mengetik, bukannya mengirim, Icha malah menghapus pesannya.
"Revan, ntar malam mama ngajakin kamu makan di rumah. Tapi kalau kamu nggak mau dateng ya udah nggak apa-apa. Yang penting aku udah sampaiin pesan mama ke kamu." Icha kembali mengapus pesannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Playboy Jatuh Cinta (TAMAT)
RomanceSekali lagi Revan melihat rumah kosong itu. Di mana pemiliknya sekarang. Rumahnya kotor dan tak ada yang membersihkannya. Banyak rumput liar tumbuh di sana. "Icha sebenarnya kamu di mana sih?" "Kenapa kamu pergi tanpa bilang apapun sama aku." "Apa n...