BAB 44 "Makan Malam"

33 4 0
                                    

"Icha. Bukain pintunya. Itu pasti Revan udah dateng." suruh Mama Reni pada Icha.

"Iya ma." jawab Icha, lalu berjalan ke arah pintu depan.

"Ayo masuk. Mama papa udah nunggu di dalem." kata Icha setelah membukakan pintunya.

"Malem tante. Malem om." sapa Revan pada orang tuanya Icha. Tak lupa Revan juga menyalami kedua orang tua tersebut.

"Malem juga Revan." kata tante Reni dan om Beni bergantian.

"Ayo duduk Revan. Tante udah masakin masakan kesukaan kamu. Mudah-mudahan kamu suka ya sama masakan tante." kata tante Reni mempersilakan Revan untuk duduk.

"Ya ampun tante. Nggak usah repot-repot kali. Revan bisa makan apa aja kok." kata Revan.

"Nggak apa-apa Revan. Orang juga nggak sering. Ayo Revan cobain." kata mama Reni menyuruh Revan untuk mencoba masakannya. "Gimana Revan rasanya?" tanya tante Reni setelah Revan mencoba masakannya.

"Enak tante. Masakan tante emang yang terbaik. Revan suka." jawab Revan.

"Syukurlah kalau Revan suka." kata tante Reni.

"Bisa banget ngambil hatinya." sindir Icha.

"Aku nggak ngambil hati Icha. Mama kamu kan nggak masak hati. Iya kan tante?" kata Revan membalas sindiran Icha dengan candaan.

Sementara Mama Reni tersenyum mengiyakan pertanyaan terakhir Revan untuknya. Namun Icha malah kesal dengan jawaban Revan, kesal juga dengan jawaban mamanya yang malah mendukung Revan yang mengerjainya.

"Ayo makan lagi yang banyak Revan. Cobain juga yang lain." Tante Reni menyuruh Revan mencoba masakannya yang lain.

"Iya tante." kata Revan.

"Oh ya katanya Revan satu kampus ya sama Icha?" tanya Om Beni.

"Iya om. Satu jurusan juga. Satu kelas malah." jawab Revan.

"Kalau sama Navy, Revan kenal nggak? Navy itu sepupunya Icha. Kuliah di kampus kalian juga? Kayaknya satu jurusan juga sama Icha." tanya Mama Reni.

"Kenallah. Kan mantannya." jawab Icha menyambar pertanyaan mamanya untuk Revan.

"Cemburu ya?" bisik Revan pada Icha yang duduk di sampingnya.

"Pengen banget ya gua cemburuin." kata Icha yang balik berbisik pada Revan.

"Oh jadi Revan sama Navy pernah pacaran? Berapa lama kalian pacaran?" tanya tante Reni lagi.

"Cuma sebentar kok tante. Beberapa bulan aja." jawab Revan.

"Kalau sekarang Revan pacarnya siapa? Udah punya pacar belum?"

"Belum punya tante."

"Oh om kira kamu pacaran sama Icha." kata om Beni yang membuat Icha dan Revan jadi tersedak makanan.

"Papa apaan sih. Icha kan udah pernah bilang kalau Icha sama Revan nggak pacaran." kata Icha kesal karena digodain papanya.

"Kalau pacaran juga nggak apa-apa. Revan anak baik. Papa sama mama pasti setuju. Iya kan ma?" kata papa Beni.

Dan mama Reni mengangguk mengiyakan pertanyaan papa Beni untuknya.

"Baik darimananya? Pacarnya banyak. Playboy. Suka modusin cewek lagi." Icha berbicara pelan. Hampir tak ada yang mendengarnya. Kecuali dirinya sendiri.

"Icha ngomong apa? Papa nggak denger." tanya papa Beni yang mendengar anaknya berbicara, namun tak terdengar apa yang dikatakannya.

"Nggak apa-apa kok pa." jawab Icha. Lalu kembali memasukkan makanan ke dalam mulutnya.

"Oh ya tante sama om mau menetap lagi di Jakarta ya?" Pertanyaan itu datang dari Revan untuk mencairkan suasana.

"Enggaklah. Lusa om sama tante udah balik lagi ke Jogjakarta." jawab Om Beni.

"Kenapa om sama tante nggak tinggal lagi aja di Jakarta? Lagian Icha kan juga di Jakarta. Atau setelah lulus kuliah Icha mau tinggal di Jogja lagi ya?"

"Nggak gampang Revan pindah-pindah kerjaan. Apalagi om sama tante sekarang juga udah tua. Kalau Icha sih om nggak tahu, coba aja tanya sama Icha nya langsung."

"Kayaknya Icha udah betah deh pa di Jakarta. Nggak bakal mau balik lagi ke Jogja." kata Mama Reni.

"Siapa bilang. Orang rencananya habis lulus kuliah Icha mau tinggal lagi di Jogja kok. Lebih nyaman di sana." kata Icha.

"Masak? Siapa ya yang kemarin mohon-mohon supaya bisa kuliah di Jakarta." ledek mama Reni.

"Ma." protes Icha karena nggak suka digodain mamanya.

"Oh segitunya ya pengen ketemu sama aku. Padahal Jogja itu kota pelajar lho." bisik Revan pada Icha.

"Idih GR banget sih loe. Orang dari dulu aku emang pengen kuliah di Jakarta kok. Nggak ada hubungannya sama kamu." Icha balik berbisik pada Revan.

Untung saja orang tua Icha sedang sibuk sendiri. Jadi tidak terlalu memperhatikan Icha dan Revan yang sedang beradu argumen.

***

"Revan." panggil Icha menghampiri Revan yang hendak pulang.

"Kenapa?" tanya Revan.

"Kamu kenapa tadi diem aja waktu papa bilang kita pacaran?" jawab Icha.

"Terus aku harus ngomong apa?"

"Ya bilang kek kalau kita nggak pacaran."

"Tadi kan kamu udah bilang."

"Ya juga sih."

"Nah. Lagian papa kamu itu cuma bercanda kali. Ngapain sih ribet banget. Atau jangan-jangan kamu berharap aku bilang iya om kita pacaran. Pengen banget ya jadi pacar aku." Revan menatap Icha saat mengucapkannya.

Icha tersenyum dan berkata, "Iya." Lalu memberinya jeda. "Tapi dulu." Setelah itu Icha masuk ke rumahnya. Meninggalkan Revan diluar.

"Dasar Revan nyebelin. Sebenarnya gimana sih perasaan kamu ke aku?" kata Icha dalam hati. Dia berjalan masuk ke dalam kamarnya. Melihat Revan lewat jendela kamarnya.

"Revan. Apa nggak ada sedikit aja cinta yang tersisa untuk aku? Segitu marahnya kamu sama aku. Sampai-sampai kamu nggak bisa maafin aku. Seharusnya kamu tahu kenapa aku melakukan ini. Itu karena aku benar-benar mencintai kamu Revan. Walau ada sedikit keinginan untuk balas dendam. Tapi aku nggak pernah melakukannya Revan. Aku tulus cinta sama kamu. Dari dulu sampai sekarang perasaan aku ke kamu nggak pernah berubah." Icha berbicara pada dirinya sendiri. Berharap Revan berbalik arah. Sayangnya itu tak terjadi. Revan pergi dengan motornya.

***

"Pagi tante." sapa Revan lalu menyalami mamanya Icha tersebut. "Tante mau keluar ya?" tanya Revan.

"Pagi juga Revan. Iya tante mau nganterin dompetnya Icha yang ketinggalan." jawab tante Reni.

"Mau dianterin ke mana tante? Ke kampus?"

"Itu di tempat fotokopian di depan yang deket jalan raya."

"Oh ya udah kalau gitu biar Revan aja tante yang nganterin."

"Nggak usah Revan. Ntar ngrepotin malah."

"Nggak apa-apa tante. Sekalian lewat juga."

"Oh ya udah makasih ya Revan." Tante Reni memberikan dompet Icha pada Revan.

"Iya tante sama-sama. Oh ya tante sebenarnya tadi Revan ke sini mau ngembalikin ini tante." Revan memberikan kotak makanan semalam.

"Loh kok jadi berat ya."

Revan tersenyum karena memang kotaknya sudah diisi penuh lagi sama mamanya.

"Revan Revan nggak perlu repot-repot lho padahal." kata tante Reni setelah menyadari kalau kotak makanannya kembali penuh dengan makanan dari Revan.

"Nggak repot kok tante. Itu sebagai tanda ucapan terimakasih dari orang tua saya untuk tante sama om."

"Ya udah sampaiin makasih tante sekeluarga buat orang tua kamu ya."

"Iya tante pasti Revan sampaiin. Ya udah Revan berangkat dulu ya tante."

***

Minggu, 22 Oktober 2023

Ketika Playboy Jatuh Cinta (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang