"Ma, Revan berangkat ke kampus ya." pamit Revan pada mamanya yang sedang menyiram tanaman di halaman depan.
"Iya, hati-hati di jalan. Jangan ngebut-ngebut bawa motornya." kata Mama Vena menasihati anaknya.
"Oke ma." kata Revan lagi lalu melangkah pergi.
"Pagi Revan." sapa Icha yang tiba-tiba muncul di hadapan Revan dengan senyum manisnya. "Pagi tante." Tak lupa Icha juga menyapa mamanya Revan yang berdiri tidak jauh dari mereka.
"Pagi juga. Temannya Revan ya?" jawab tante Vena serambi bertanya.
"Ini Icha tante." kata Icha.
"Icha yang tante kenal? Teman SMA nya Revan?"
Icha mengangguk sebagai jawaban.
"Beda banget kamu Cha. Tante sampai nggak ngenalin lho."
"Mungkin efek make up tante."
"Icha udah dewasa ya ternyata, udah pinter make up sekarang."
"Lagi nyoba-nyoba tante."
"Revan, aku mau .... " kata Icha terpotong oleh perkataan Revan.
"Kalau kamu mau minta maaf lagi. Percuma Icha. Jawaban aku masih sama kayak kemarin." kata Revan yang langsung menghentikan ucapan Icha padahal belum selesai.
"Enggak. Siapa juga yang mau minta maaf sama kamu. Aku mau bilang kalau aku mau nebeng sama kamu."
Revan tersenyum sinis dan berkata, "Ogah, berangkat aja sendiri." kata Revan yang sudah berada di atas motornya. Dia sedang memanaskan motornya.
"Aku udah jauh-jauh lho ke sini. Biar bisa berangkat bareng ke kampus sama kamu."
"Nggak ada yang nyuruh."
"Tante, nih anaknya jahat banget sih. Masak Icha mau berangkat bareng ke kampus aja nggak boleh sih tante. Padahal Icha udah jauh-jauh lho ke sini biar bisa berangkat bareng sama Revan." Icha mengadu sama mamanya Revan.
"Emangnya Icha satu kampus ya sama Revan?" tanya tante Vena.
"Iya tante. Kita juga satu kelas." jawab Icha.
"Revan, jangan gitu dong. Kasihan Icha. Udah biarin Icha bareng sama kamu. Tujuannya kan juga sama." kata Mama Revan.
"Salah sendiri. Orang nggak ada yang nyuruh dia ke sini. Udah ah ma, Revan mau berangkat. Takut telat." Revan mengeggas motornya. Namun tepat sebelum Revan keluar dari pintu gerbang motornya, dia menghentikan motornya dan memangil Icha. "Icha." panggil Revan.
"Kenapa? Berubah pikiran ya." kata Icha.
"Enggak. Aku cuma mau bilang. Buruan ke kampus. Daripada nanti kamu telat ke kampusnya, terus kena hukuman dari Pak Leo. Hahaha." Revan tertawa bahagia setelah mengucapkannya. Dan kali ini dia benar-benar pergi.
"Dasar Revan nyebelin. Gua sumpahin ban motor loe bocor, dan loe telat sampai kampusnya." teriak Icha kesal.
Icha tertawa kikuk, dia lupa kalau masih ada mamanya Revan di sana. "Maaf tante, Icha nggak bermaksud bilang gitu tadi, habis Icha kesel sih sama Revan." kata Icha pada tante Vena.
"Iya nggak apa-apa. Ya udah kamu ke kampusnya biar dianter sama Pak Jamal aja ya." kata tante Vena.
"Nggak perlu tante ngrepotin ntar. Icha naik ojol aja."
"Beneran?"
"Iya tante, ini Icha juga lagi pesen ojolnya. Kalau gitu Icha ke depan ya. Nungguin pak ojolnya."
"Ya udah, kamu hati-hati ya."
"Iya tante."
***
"Maaf pak saya terlambat. Soalnya tadi itu nggak tahu kenapa susah banget dapet ojolnya. Hampir 1 jam lho pak. Makanya saya terlambat. Mana jalanannya juga macet banget lagi pak." Kata Alysa membuat banyak alasan. Banyak mengarang, sedikit kebenaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Playboy Jatuh Cinta (TAMAT)
RomanceSekali lagi Revan melihat rumah kosong itu. Di mana pemiliknya sekarang. Rumahnya kotor dan tak ada yang membersihkannya. Banyak rumput liar tumbuh di sana. "Icha sebenarnya kamu di mana sih?" "Kenapa kamu pergi tanpa bilang apapun sama aku." "Apa n...