BAB 35 "Teringat Mama"

29 4 0
                                    

"Pagi tante." kata Icha menyapa tante Vena.

"Pagi juga Icha." kata tante Vena yang masih sibuk menyiapkan sarapan.

"Ini semua tante yang masak? Kayaknya enak nih. Boleh Icha makan?" tanya Icha saat melihat banyak makanan di meja makannya. Ia lalu duduk di salah satu kursi, dan siap untuk mencicipi makanan buatan tante Vena.

"Iya boleh. Cobain Cha." jawab tante Vena, lalu duduk di sebelah Icha.

"Gimana Cha? Enak nggak?" tanya tante Vena setelah Icha memasukkan sesendok makanan ke mulutnya.

"Enak banget tante. Icha jadi kangen sama masakan mama. Dulu mama juga sering bikin sarapan buat Icha." jawab Icha mulai berkaca-kaca.

"Kalau kamu kangen sama masakan mama kamu. Kamu cari tante aja. Nanti tante masakin makanan buat kamu. Tante itu udah nganggep kamu kayak anak tante sendiri. Tante berharap kamu sama Revan bisa bersama sebagai pasangan."

Icha tersedak makanannya sendiri saat tante Vena mengatakan kata pasangan. "Tante ada-ada aja. Revan mana mau sama Icha."

"Kenapa nggak mau?"

"Revan udah punya pacar tante. Pacarnya cantik lagi."

"Siapa? Alysa? Kalau Revan serius sama Alysa, dia pasti udah kenalin Alysa sama tante. Buktinya cuma kamu satu-satunya perempuan yang pernah Revan kenalin sama tante."

"Karena waktu itu kan tante yang minta Icha ngajarin tante bikin kue. Makanya Revan ngenalin Icha ke tante."

"Tante nggak pernah minta Revan buat minta Icha ngajarin tante bikin kue. Oh tante tahu ini pasti akal-akalannya Revan aja. Sebenarnya Revan itu suka sama kamu, tapi dia bingung gimana cara ngungkapinnya. Makanya dia pakai tante buat alasan supaya bisa lebih deket sama kamu Cha."

"Masak sih tante."

Tiba-tiba Icha teringat dengan perkataan Revan beberapa waktu lalu. Revan bilang kalau dia berantem sama Rasya karena Rasya sudah merebut cewek yang dia suka. "Apa cewek itu aku?" Icha tidak tahu jawabannya. Dia tidak bisa menebak apa yang ada di pikiran dan hati Revan. Dia tidak mau ke GR an.

"Kamu sayang nggak sama Revan?" tanya tante Vena.

"Kenapa tante nanya gitu?" tanya Icha balik.

"Kalau kamu sayang sama Revan, tante bakal bantuin kamu buat jadian sama Revan. Karena tante yakin sebenarnya Revan itu juga masih sayang sama kamu."

Icha bingung harus menjawab apa. "Tante nggak perlu bantuin Icha buat jadian sama Revan. Jujur Icha emang masih sayang banget sama Revan. Tapi Icha nggak mau berharap lebih tante. Icha sudah bahagia bisa deket dan jadi temennya Revan. Itu udah lebih dari cukup tante. Icha juga nggak mau merusak hubungan Revan dengan pacarnya."

***

"Mama udah pulang?" tanya Revan saat melihat mamanya yang sudah berada di rumah. Padahal setahu dia, mamanya semalam menginap di rumah Icha. "Gimana keadaan Icha? Udah sehat?" tanya Revan lagi.

"Icha udah sehat kok. Makanya mama pulang." jawab Mama Vena. "Kamu udah rapi gini mau ke mana?"

"Mau keluar. Revan pamit ya ma."

"Tunggu Van. Mama boleh minta kertas sama pinjem bolpoin nggak?"

"Boleh, ambil aja sendiri di kamar Revan."

"Ambilin lah."

Revan melangkah kembali ke kamarnya. Dia lalu mengambil kertas dan bolpoin seperti permintaan mamanya.

"Revan, hari ini kamu di rumah aja ya. Nggak usah keluar." kata Mama Vena, lalu langsung mengunci pintu kamar Revan dari luar.

"Ma, kok di kunci sih. Kan tadi Revan udah bilang kalau mau keluar." kata Revan.

"Mama. Bukain pintunya dong." teriak Revan lagi.

Flashback On

"Hari ini Icha mau ke mana?" tanya tante Vena.

"Hari ini temen Icha mau nikah tante. Temennya Revan juga. Tante inget nggak sama Rasya, teman baiknya Revan." jawab Icha.

"Iya inget. Tapi bukannya dia di luar negeri ya?"

"Iya. Sekarang dia ada di indonesia tante. Dan hari ini mau nikah."

"Oh ya tante Icha boleh minta tolong nggak? Sebenarnya Icha mau ngajakin Revan ke sana. Tapi Revannya nggak mau. Boleh nggak tante bujukin Revan agar mau dateng ke nikahannya Rasya." kata Icha lagi.

"Kamu ada masalah sama Revan?" tanya tante Vena.

"Bukan aku tante yang ada masalah sama Revan. Tapi Rasya. Sekarang hubungan persahabatn mereka agak renggang. Dan aku mau bikin hubungan mereka kembali membaik seperti dulu. Rasya minta aku buat ngajakin Revan dateng ke nikahannya. Tapi Revan selalu nolak ajakan aku. Tante mau ya bujukin Revan." jawab Icha panjang lebar.

"Oke nanti tante bujukin. Emang acaranya jam berapa?"

"Masih nanti malem sih tante."

Flashback Off

"Maaf ya Revan. Mama cuma bantuin Icha doang. Nanti kalau kamu lapar. Kamu WhatsApp mama aja. Nanti mama anterin makanannya ke kamar kamu." kata mama Vena, dan pergi setelahnya.

"Ihh dasar Icha. Ternyata ini ulah kamu ya." gerutu Revan kesal. Ia lalu mengambil ponselnya, dan menghubungi Icha.

"Hallo Revan. Kenapa?" sapa Icha lewat sambungan telepon.

"Kamu nanya kenapa? Kamu kenapa sih minta mama buat ngunciin aku di kamar? Aku kan mau keluar, jadi nggak bisa kan?" kata Revan kesal. Dan Icha malah tertawa mendengar kekesalan Revan padanya.

"Kenapa malah ketawa? Bilang gih sama mama buat bukain pintu kamarku." kata Revan semakin kesal.

"Nggak nyangka. Ide mama kamu bagus juga ternyata. Tadinya aku cuma minta mama kamu buat bujukin kamu agar kamu mau dateng ke acara nikahannya Rasya. Dan ternyata mama kamu malah ngunciin kamu di kamar. Hahaha. Ya udah baik-baik di kamar ya. Sampai jumpa nanti malem Revan." Icha menutup teleponnya secara sepihak.

***

"Revan bangun. Kenapa belum siap-siap sih?" kata Icha membangun Revan yang masih tidur. "Bangun Revan." kata Icha lagi, menggoyang-goyangkan tubuh Revan.

"Aku nggak mau pergi. Kamu pergi aja sendiri." kata Revan, lalu memakai selimut sampai menutup kepalanya.

"Revan bangun Revan bangun." Icha tak berhenti membangunkan Revan.

Dan di detik selanjutnya, Revan menarik tangan Icha. Hampir saja Icha terjatuh ke pelukannya Revan. Namun Icha menahannya, dan sekarang mata mereka saling bertatapan. Icha tak bisa menetralkan detak jantungnya yang berada sangat dekat dengan Revan. Bahkan Icha bisa merasakan hembusan nafas Revan.

"Bisa nggak berhenti maksa aku buat dateng ke nikahannya Rasya. Udah aku bilang, aku nggak mau dateng, ya nggak mau dateng." kata Revan masih di posisi yang sama seperti tadi. Ucapannya sedikit membentak, membuat Icha ingin menangis.

Icha melepaskan diri dari genggaman tangan kekar Revan. Lalu duduk di pingggiran kasur Revan. "Ya udah kalau nggak mau dateng. Nggak usah marah-marah juga kali. Aku pulang." pamit Icha kemudian. Namun terhenti saat Revan menggenggam tangannya.

Revan bangun dari tidurnya. "Tunggu bentar, aku siap-siap dulu." kata Revan.

"Kamu mau dateng?" tanya Icha yang langsung bahagia mendengar ucapan Revan barusan.

"Iya." jawab Revan malas.

"Oke, aku tunggu luar ya."

***

Senin, 29 Mei 2023

Ketika Playboy Jatuh Cinta (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang