70|| Berakhir?

11K 543 204
                                    

Follow sebelum baca, INI PEMAKSAAN!

Happy reading ❤️

Level tertinggi mencintai adalah mengikhlaskan. Mengikhlaskan bukan berarti menyerah, tapi menyadari bahwa gak semua hal bisa berjalan sesuai keinginan.

70||Berakhir?

Setelah memakai piyamanya, Agrensi menghampiri Naresh di ruang tamu yang tampak terlihat sibuk dengan laptopnya sedari tadi, entah apa yang sedang ia kerjakan di laptopnya itu.

Agrensi berdiri di depan laki-laki itu lalu mulai angkat suara. "Resh, kamu ngapain? Lagi sibuk ya?"

"Lagi ngerjain tugas kampus, sayang. Kenapa?" Tanya Naresh dengan tangan yang sibuk mengetik dan juga mata yang berfokus pada layar laptopnya.

"Gapapa, tadi niatnya mau ngajak tidur, tapi kalau kamu lagi banyak tugas ya udah kerjain dulu aja," balas Agrensi.

Naresh beranjak dari duduknya, hal itu berhasil membuat kening Agrensi mengerut. "Ya udah, aku ngerjain tugasnya di kamar aja sekalian temenin kamu tidur."

Mendengar itu Agrensi langsung menggeleng. "Gak usah, kerjain di sini aja. Nanti kalau kamu ngerjainnya di kamar yang ada kamu malah jadi ngantuk."

"Emang gapapa?" Tanya Naresh memastikan.

Agrensi tersenyum. "Ya gapapa lah."

"Ya udah kalau gitu aku lanjut kerjain tugasnya lagi ya?"

"Iya, tapi kalau tugasnya udah selesai langsung ke kamar terus tidur. Jangan begadang nanti kamu sakit."

Naresh tersenyum lalu mengelus rambut gadis itu. "Iya sayang."

Agrensi meranjak menuju kamar, lalu mulai membaringkan tubuhnya di atas kasur. Setelah mendapat posisi yang nyaman untuk tidur, barulah Agrensi mulai memejamkan matanya. Selang beberapa menit, gadis itu merasa keram pada perutnya namun sebisa mungkin ia menahannya.

Sudah hampir dua puluh menit ia merasakan sakit di perutnya, namun di menit berikutnya ia tak tahan lagi hal hasil ia pun berteriak kesakitan.

"AHH, NARESH, PERUT AKU SAKIT!"

Dari ruang tamu, Naresh dapat mendengar teriakan histeris istrinya itu, laki-laki itu refleks meranjak dari duduknya lalu berlari menghampiri gadis itu di kamar.

"Kenapa? Perut kamu sakit? Kita kerumah sakit sekarang ya?" Jujur dari raut wajah laki-laki itu Agrensi dapat melihat satu hal, bahwa Naresh benar-benar khawatir padanya.

Agrensi mencoba mengatur deru nafasnya, ia mencoba rileks. "Udah mendingan, tadi kayanya cuman kontraksi palsu."

"Kontraksi palsu?" Beo Naresh tampak bingung.

"Iya kontraksi palsu, beberapa hari ini aku sering ngerasain kontraksi gini, perut aku tadi keram tapi sekarang udah mendingan," balas gadis itu.

"Kenapa gak bilang kalau kamu sering ngerasain keram kaya gini?"

"Aku cuman gak mau bikin kamu khawatir aja," balas Agrensi.

Naresh menghela. "Justru aku bakal lebih khawatir lagi kalau sampe terjadi sesuatu sama kamu, jadi kalau perutnya sakit langsung bilang ke aku biar kita langsung ke rumah sakit."

"Maaf karena aku gak bilang ke kamu, jangan marah ya?"

"Aku gak marah, sayang!" Ujar Naresh lalu mengusap rambut istrinya itu. "Kalau gitu kita tidur sekarang."

"Tugas kamu gimana? Emang udah selesai?" Tanya Agrensi, Naresh menggeleng.

"Lanjut besok aja, aku udah ngantuk," ujar Naresh lalu terkekeh kecil.

NARESH: HARI BERSAMAMU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang