Arsen vs Nara

38 11 3
                                    

Derap kaki terdengar nyaring memenuhi tiap sudut koridor yang telah sepi. Deru napas pun mengiringi langkah cepatnya itu. 

Sesekali dirinya mengecek jam tanpa berhenti. Menuju kelas yang sudah berjalan sejak 40 menit yang lalu. Nara terlambat. Mengerem tepat di samping pintu kelas, Nara mengambil napas dalam untuk menetralisir ngos-ngosannya karena buru-buru dari gerbang menuju kelas dengan jarak yang lumayan jauh. 

Setelah dirasa tenang, Nara mengetuk pintu pelan. Membuat seisi kelas yang tadinya fokus pada pemaparan dosen di depan lantas menatap Nara.

Nara nyengir kikuk, ia mengangguk sopan ke dosen yang menatapnya. "M-maaf, Bu, saya terlambat."

"Sudah jam berapa ini?" Tanya dosen itu.

"8.40, Bu."

Dosen itu menghela napas. "Ya sudah masuk."

"Baik, Bu."

Menyalami dosen terlebih dahulu, Nara lantas menuju kursinya yang berada di tengah-tengah itu.

"Jadi, mempelajari sintaksis itu kita..."

"Nar, lo kemana aja? Tumben telat." Bisik Vina dengan pandangan was-was ke arah dosen. Takut ditanya ketika ia kepergok ngajak ngobrol Nara.

"Gue telat bangun, semalam begadang."

"Pantesan, padahal tadi ada sesuatu yang menghebohkan loh."

Kini Nara menatap Vina dengan alis yang terangkat satu, penasaran. "Apaan?"

"Arya sama Siska, anak paduan suara itu, cewek yang terkenal mirip banget sama Anya Geraldine."

Suasana hati Nara langsung berubah kala mengingat kejadian waktu itu ketika Arya terang-terangan menggandeng tangan Siska di depan matanya.

"Oh." Nara memutuskan untuk memperhatikan dosen meski dengan pikiran yang kemana-mana. Mengabaikan Vina yang menatapnya bingung. Makin bingung karena ia melihat Arya dengan Siska.

"Lo gapapa, kan?" Tanya Vina sekali lagi, berharap kali ini direspon oleh Nara. Sebab Nara tak biasanya seperti ini.

"Coba Dinda maju ke depan untuk menganalisis kalimat ini." Titah dosen.

Nara menggeleng dengan raut wajah lemas lesu kepada Vina.

"Kalian gak putus kan?" Tanya Vina lagi. Kini Nara mengedikan bahu. Vina semakin yakin dengan melihat raut wajah Nara, pasti ada sesuatu yang terjadi.

"Setelah kelas ini, lo harus cerita ke gue sama Agis. Jangan dipendem sendiri, ok?"

Nara menoleh sekilas ke Vina, tersenyum dan mengangguk pelan.

.......

Berkaca diri pada cermin membuat Nara tersenyum kecut. Banyak pertanyaan yang bersarang di kepalanya mengenai perubahan Arya.

Apakah Siska lebih cantik darinya?

Apakah selama ini Nara kurang terhadap Arya?

Jika bukan dua hal itu, lalu apa yang membuat Arya tiba-tiba bersikap seperti itu padanya?

Bagaimana hubungannya kini dengan Arya? Menggantung? Atau memang sudah berakhir tanpa perlu disampaikan?

Nara menyalakan keran, membasuh mukanya dan kembali berkaca. Menatap wajahnya yang basah karena air. Terlihat jelas, kantung matanya menghitam karena semalam ia begadang. 

Bukan tanpa alasan, Nara tak bisa tidur karena pertanyaan-pertanyaan di kepalanya menyerang. Berulangkali dipaksakan untuk tidur, nihil, tetap saja ia terjaga sampai pagi. 

BIFURKASI RASA [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang