Sebuah Fakta

34 9 2
                                    

Arya baru saja keluar dari kamarnya, membaca pesan Nara yang membuatnya tersenyum. Gadis itu memberitahunya apa pun yang ia lakukan. Menjadikan Arya merasa sangat spesial untuk gadis itu. 

Menaruh kembali ponsel ke saku, Arya melihat Bi Sumi kesulitan mengambil kardus yang berada di atas lemari. Bi Sumi terus berjinjit berusaha meraih kardus itu namun gagal. Lantas Arya masuk ke dalam kamar Bi Sumi dan berniat membantunya.

"Biar Arya bantu, Bi."

"Eh ndak usah, den."

"Nih, Bi." Arya tersenyum kepada Bi Sumi yang sudah memucat itu. "Loh Bi Sumi kenapa?" Tanya Arya. 

Namun sebelum Bi Sumi menjawab, Arya melihat sebuah tumpukan surat dengan surat teratas bertuliskan Untuk Arya, anak mama dan papa tercinta.

"Ini apa, Bi?" Tanya Arya, namun Bi Sumi hanya diam menunduk. Diraihnya surat teratas, surat yang terlihat sudah usang termakan waktu.

Bi Sumi mengedarkan pandangannya, bahkan kepalanya melongok keluar pintu kamar– celingak-celinguk mengamati keadaan. 

Setelah dirasa aman, Bi Sumi masuk kembali dan mengunci pintu kamar dari dalam. Membuat Arya makin curiga dengan gerak-gerik Bi Sumi itu. 

"Den, duduk." Bisik Bi Sumi. Tanpa bertanya, Arya duduk di kasur masih dengan memeluk kardus yang cukup besar. "Mungkin ini waktunya den Arya tau semuanya."

"Tau semuanya?"

Bi Sumi mengangguk. "Pertanyaan-pertanyaan den Arya mengenai orangtua kandung den Arya, ada di sana jawabannya. Di surat-surat itu."

Arya melebarkan matanya, dia terkejut. Kontras dengan jantungnya yang langsung berdegup kencang. Tanpa menunggu lama, Arya membuka salah satu surat lalu dibacanya.

5 Desember 2003

Arya Prasetya, anak kebanggaan mama dan papa..

Tepat setelah satu tahun kamu lahir di dunia, menghiasi hari demi hari kami berdua, papa dan mama harus terpaksa meninggalkan kamu, nak. 

Bukan papa dan mama tega atau tidak menganggap kamu darah daging mama dan papa. Tapi kami melakukan ini demi kebaikan kamu.

Sorot matanya memandang Bi Sumi menuntut penjelasan. Bi Sumi perlahan menghela napasnya. 

Rahasia selama belasan tahun ia pendam dan pikul sendiri pada akhirnya harus ia ceritakan kepada Arya.

"Sudah belasan tahun bibi kerja di sini... Dan sudah berbagai peristiwa bibi saksikan, termasuk ketika orangtua kandung kamu– pak Faisal dan bu Kinan meninggalkan kamu. Dulu sekali, sebelum kamu genap 1 tahun, pak Faisal dan bu Kinan dituduh menggelapkan sejumlah uang tanpa bukti. Tak lama dari sana tak ada yang mau investasi atau bekerja sama dengan perusahaan bapak. Lalu tak lama kemudian, perusahaan dibekukan untuk sementara.."

Arya melotot, tak menyangka ketika mendengar cerita Bi Sumi.

"Padahal mereka baik banget sama bibi, den. Bibi gak pernah percaya kalau mereka melakukan itu. Setiap bulan, mereka selalu nyumbang ke panti asuhan dan pesantren. Bahkan bibi juga diajak sebagai perwakilan. Mereka gak mau semua orang tau kalau itu sumbangan dari mereka." 

Bi Sumi menangis, ia mengelap air matanya dengan baju lengan panjang dasternya. Lalu ia kembali melanjutkan. 

"Pak Faisal bahkan memperkerjakan adik iparnya yang sekarang jadi papa angkatmu. Walaupun pak Ferdi sudah pernah dipenjara karena melakukan penipuan di tempat kerjanya, pak Faisal tetep nerima pak Ferdi bahkan menempatkannya sebagai direktur waktu itu."

BIFURKASI RASA [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang