Ingin Bertemu

137 69 54
                                    

"Nanti bangunin aku ya, aku nggak mau kesiangan lagi."

"Gadang sih."

"He he he."

.........

Setelah melaksanakan shalat subuh, Nara meraih ponsel untuk membangunkan kekasihnya—Arya. Malam tadi pemuda itu meminta untuk dibangunkan. Ketika ia hendak memijit tombol telepon di WA, ia tersenyum sendiri. 

Dirinya masih tak percaya jika akhirnya akan menjadi kekasih Arya. Suatu hal yang tak pernah ia bayangkan, berakhir mengundang sebuah perasaan. Semua berawal dari dua orang teman, nyaman, dan jatuh cinta.

"Jadi selama ini Arya naksir kamu."

"Do you want to be my girlfriend?"

"Untuk saat ini aku nggak bisa ngejanjiin apa pun ke kamu, Nar. Bukan tanpa alasan, aku hanya takut nggak bisa nepatin. Mungkin kita juga baru aja kenal, emm maksud aku.. kita baru aja deket sebentar, tapi aku mau kita ngejalanin ini dulu sambil mengenal satu sama lain lebih lama dan dalam."

Nara memekik di balik bantal yang ia sengaja untuk menutupi wajahnya. Ia terus berguling-guling di atas kasur dan tertawa sendiri seperti orang yang baru saja mendapatkan sesuatu yang sangat diinginkan. 

Lalu tersadar bahwa matahari akan segera naik ke permukaan, dan Arya belum ia bangunkan. Di dering pertama pemuda itu belum mengangkat teleponnya. Nara terus mencoba menghubungi sampai dering ke 3 akhirnya suara khas bangun tidur Arya terdengar.

"Emm?"

Nara terkekeh, tepatnya ia tersenyum sambil menggigit jarinya. Ia masih tak percaya bahwa kini Arya adalah kekasihnya. 

"Bangun, Arya, udah pagi. Sebentar lagi kuliah pagi dimulai."

"Emmm...huaaa.." Arya menguap kencang sampai terdengar ke telepon yang masih berlangsung. "Jam berapa sekarang?"

"Jam setengah 6, Ya. Shalat dulu sana, cuci muka, sarapan sama olahraga pagi."

"Iya siap bu boss. Tapi masih ngantuk, 5 menit lagi ya?"

"Tidur jam berapa kamu tadi malam?" Bukannya menjawab, Arya malah terkekeh. "Jam berapa?" tanya Nara sekali lagi.

"Jam 3 baru tidur."

"Arya." Panggil Nara penuh penekanan. Arya malah terkekeh lagi.

"Aku mabar sama Wildan dan Rangga sampe jam 3, udah ngantuk banget sebenernya sampe pas main game mata aku nggak kuat pengen merem. Tapi tanggung belum selesai mainnya." Jelas Arya.

"Jangan gadang lagi, Arya, nggak baik buat kesehatan."

"Iya, Nar, nggak akan lagi."

"Yaudah sekarang mending cepetan shalat sama lakuin kegiatan paginya. Aku mau beres-beres dulu rumah."

"Oke, assalamualaikum, Nara."

"Waalaikumsalam, Arya."

.......

Satu pekan pun berlalu. Bersama dengan Arya, Nara jadi sering tertawa. Cara pemuda itu membuatnya bahagia, makin membuat Nara jatuh cinta padanya. 

Sebelumnya Nara tak pernah merasakan hal seperti ini. Dinomorsatukan, diperlakukan layaknya seorang ratu adalah impian Nara sedari dulu.

Hidupnya jadi penuh warna tatkala sebelum Arya datang hanya hitam dan putih menyelimuti hari-hari. Bahkan setiap hari Nara selalu bersyukur, jika saja hari itu Nara memutuskan untuk tidak pergi ke kafe, mungkin dirinya dan Arya tidak akan pernah bertemu secara langsung. Dan mereka tak akan pernah menjalin kasih. Skenario Tuhan memang selalu indah.

BIFURKASI RASA [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang