Arya Jadi Gemulai

31 7 1
                                    

Sore hari tiba, seluruh anggota teater sudah mengakhiri latihan hari ini. Dengan penuh semangat, Nara menuruni tangga meninggalkan Vina dan Agis yang memekikan namanya. 

Berjalan dengan girang menghampiri Arya yang telah menunggunya di bawah. Arya merentangkan tangannya ketika Nara berlari kecil ke arahnya dan menubruknya lagi saat memeluk tubuh Arya.

"Kangen." Kata Nara dengan nada manja.

 Sengaja ia tenggelamkan wajahnya di dada bidang Arya. Sangat nyaman.

Arya tersenyum, menepuk-nepuk lembut punggung Nara. "Padahal baru tadi pagi kita ketemu."

Nara menengadah dengan posisi yang masih sama. Ia cemberut. "Cuman pergi bareng ke kampus, setelah itu kita pisah ke kelas masing-masing."

"Cuman sebentar, ya ampun." Kekeh Arya. Makin erat dia memeluk gadis itu.

Vina dan Agis yang telah sampai di lantai dasar menggeleng bersamaan. Mereka melihat Arya dan Nara tengah berpelukan. 

"Bucin-bucin. Pantes kita panggil malah makin cepet dia turun." Kata Agis.

"Wah panas banget ya nih kampus, kita pergi ke kantin aja gak sih? Gue mau masuk ke kulkas. Gak kuat."

Agis mendorong punggung Vina. "Lebay lo!" Mereka pun berlalu.

"Kita sekarang mau ke mana?" Tanya Nara. 

Mereka sudah melerai pelukan itu. Kini mereka berjalan bergandengan tangan menuju motor Arya yang terparkir.

"Gimana kalau kita makan dulu sebelum aku anterin kamu pulang ke rumah?" Usul Arya.

"Makan apa?"

"Kamu maunya apa?"

Sesaat Nara berpikir, "Gimana kalau mie ayam? Kayaknya enak banget deh."

"Oke, apa pun untuk kamu, aku siap."

Nara terkekeh, lebih tepatnya salah tingkah. Sebelum Arya menyalakan motornya, pemuda itu sedikit menoleh kepada Nara yang sudah berada di jok belakang, siap memeluk Arya.

"Kenapa?" Tanya Nara.

"Aku baru inget, hari ini aku mau beli baju. Kamu mau ikut?"

"Mauu! Ke mana pun aku ikut, asal sama kamu." Nara memeluk Arya dari belakang begitu erat.

"Yaudah, kita ke mall dulu aja ya? Setelah itu kita makan."

"Gasss!" Seru Nara.

Bersama Arya, Nara selalu mendapatkan kebahagiaan yang sederhana. Cara lelaki itu mencintainya, seperti yang ia harapkan dahulu kepada mantan-mantan kekasihnya. 

Seperti doa yang akhirnya terkabul, Arya memiliki semuanya. Humoris, romantis, perhatian, bahkan mencintai keluarganya dan berusaha agar Nara dan keluarga gadis itu bisa berdamai seperti dulu. Meskipun Nara belum sepenuhnya berdamai. 

Arya tak pernah membiarkan Nara bersedih, meskipun kesalahannya kemarin mendiamkan Nara cukup membuat gadis itu sakit hati, Arya ingin memperbaikinya. Kendala keluarga bukanlah hal yang besar bagi Arya. 

Karena memperjuangkan cintanya untuk Nara adalah tujuan utamanya. Apa pun rintangannya, Arya akan berusaha melewatinya dan terus menggenggam tangan Nara.

"Nara.." 

Nara mengikis jarak dengan Arya ketika pemuda itu memanggil namanya di pemberhentian lampu merah. Nara bergumam. 

"Makasih udah hadir dalam kehidupan aku." Lirih Arya tulus. Tanpa Nara ketahui, Arya menitikan air mata di balik helm full facenya. 

BIFURKASI RASA [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang