Kalung NARARYA

43 7 1
                                    

Satu teriakan nyatanya tak cukup untuk menghempas segala beban yang ia pikul sendiri. Derai air mata terus menitik melewati rahang tegasnya. Dalam sedihnya itu ia teringat perkataan Wildan saat dirinya masih menginjak kelas 2 SMA.

 Dalam sedihnya itu ia teringat perkataan Wildan saat dirinya masih menginjak kelas 2 SMA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hidup itu gak selamanya sakit, Ya. Semua ada penyelesaiannya. Allah gak akan ngasih cobaan ke hambaNya yang gak mampu. Gue yakin, suatu saat lo bakal bener-bener ngerasain yang namanya kebahagiaan." Ujarnya sembari menepuk-nepuk pundaknya. Menguatkan Arya yang saat itu masih remaja.

"Kata lo gue bakal bahagia, tapi mana buktinya, Wildan?!" Pekik Arya dengan nada parau. 

Suaranya terdengar serak karena berlomba dengan tangis yang terus menderu. 

"Nyatanya kebahagiaan gak pernah berpihak sama gue, Wil." Suaranya melemah. 

Arya rubuh di atap gedung tua yang selalu menjadi tempatnya untuk menyendiri. 

"Gue gak ngerti kenapa gue harus terlahir kalau jalan hidup gue semenyakitkan ini."

Setelah puas mengeluarkan segalanya lewat tangis, Arya berdiri tegak. Mengepalkan tangannya bersamaan dengan satu tarikan napas. Mengelap air mata yang tersisa di wajahnya dan perlahan turun melewati tangga.

Hari ini masih menunjukkan pukul 3 sore. Menahan rindu dan tak peduli dengan konsekuensi yang nanti akan Arya dapatkan, Arya memutuskan untuk menemui Nara. Menjemput sang pujaan yang hari ini tengah latihan teater di kampus. 

Sebelum ke sana, Arya mampir ke sebuah toko perhiasan. Membeli kalung dengan liontin huruf NARARYA, sebuah kalung yang diidamkan oleh Nara.

"Kamu mau beli kalung ini?" Tanya Arya ketika menemukan kalung berliontin NARARYA di galeri ponsel Nara.

Nara langsung merebut ponselnya, "I-itu.. enggak-enggak."

"Desain sendiri, ya?"

Dengan malu-malu, Nara mengangguk. "Iseng aja sih."

Senyum mengembang di wajah Arya, "Nanti aku beliin deh."

"Buat pasangannya ya, mas?" Tanya penjual di toko tersebut kepada Arya. Setelah 2 jam menunggu, akhirnya liontin itu jadi dibuat.

Arya yang tengah memandang foto Nara di ponselnya, mengangguk dengan senyumnya. "Iya, mbak. Udah?"

"Udah, mas, sesuai pesanan. Kalung berliontin huruf NARARYA pake kotak beludru biru." Tutur penjual itu.

Setelah melakukan pembayaran, Arya melanjutkan perjalanan menuju kampus. Sesaat Arya menyempatkan diri untuk memberi pesan kepada Nara bahwa ia akan datang menjemput gadis itu. 

Namun pesannya tidak langsung dibalas olehnya. Pikir Arya, mungkin kini Nara tengah fokus latihan teater.

Menempuh perjalanan 25 menit, akhirnya Arya sampai di kampusnya. Memarkirkan motor di parkiran khusus mahasiswa dan menunggu sang kekasih di bangku yang tak jauh dari tempat parkir. 

BIFURKASI RASA [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang