Mendekati jam pementasan dimulai, tamu undangan dan mahasiswa yang mau menonton sebagian besar telah duduk di kursi yang disediakan oleh tim logistik teater. Seluruh tim terutama tim aktor terlihat gugup.
Bahkan Agis berkeringat kembali membuat Keisya ketar-ketir memoles make up Agis. Keisya sampai mendumel karena kegugupan Agis.
"Gue gak sengaja, bego!" Sungut Agis ketika Keisya tak berhenti mengoceh.
"Diem lo? Atau gue sumpel mulut lo pake spons?"
"Aelah berantem terus kalian udah kayak kucing sama anjing." Celetuk Jordan.
Dia adalah satu-satunya manusia yang terlihat sangat santai dari yang lain. Buktinya dari pagi sekali Jordan sangat sibuk makan bubur ayam, cemilan, nyerobot makanan Keisya dan Vina, daripada membantu yang lain untuk mendekor panggung dan menata kursi di aula.
"Lo juga diem! Makan mulu kerjaannya! Bantuin tuh yang lain." Omel Keisya. Jordan mengejek Keisya dengan ekspresi yang dijelek-jelekkan.
"Nar."
Nara terperanjat ketika Arsen memanggilnya. "Iya?"
"Nyari siapa?"
"Arya. Dia janji mau dateng."
Arsen menghela napasnya, ia rasa mengambil tindakan untuk terus bersama Nara ketika perasaannya makin hari makin besar untuk gadis itu, Arsen harus banyak bersabar dan kuat dengan resiko dimana hatinya akan selalu sakit.
"Dia pasti dateng kok, tunggu aja. Semangat ya! Gue yakin lo pasti bawain yang paling terbaik di antara yang terbaik."
Nara tersenyum dengan anggukannya. "Makasih, Sen."
.......
"Arya, kamu mau ke mana?"
"Bukan urusan lo."
Siska melepas celemek di tubuhnya dan berlari kecil untuk menghadang Arya. "Aku baru aja mau masakin kamu makanan."
"Makan aja sendiri, awas." Arya mendorong Siska.
"Bukannya hari ini kamu gak kerja?"
Arya menghela napas, muak dengan Siska. "Gue bilang sekali lagi, bukan urusan lo! Gue mau kemana pun, gue gak perlu izin sama lo."
"Tapi kita.. kita mau tunangan sebentar lagi, Arya."
"Tunangan aja sana sama bokap nyokap gue, gue gak mau tunangan sama lo!" Gertak Arya tepat di depan wajah Siska.
Hati Siska tergores, ternyata sulit sekali menggapai Arya yang ia sukai sejak dulu. "Pasti lo mau ke Nara kan?"
"Kalau tau, kenapa nanya?"
Arya benar-benar tidak bisa bersikap baik kepada Siska. Karena Siska, kehidupannya makin rumit dan merembet pada hubungan dengan Nara yang sebelumnya adem ayem.
"Kenapa harus dia sih, Ya?! Kapan lo luangin waktu buat gue lebih banyak dari dia! Kapan lo milih gue?! Kenapa dari dulu lo gak pernah mau sama gue?!" Dada Siska naik turun diiringi air mata yang menetes melalui pipinya.
"Siska, seandainya lo gak bertindak sejauh ini, mungkin gue masih bisa bersikap baik sama lo. Tapi lo udah keterlaluan, Sis. Lo makin memperkeruh hidup gue dengan keinginan lo itu! Padahal lo tau, gue gak akan pernah jatuh cinta sama lo sebesar apa pun usaha lo. Dari dulu gue cuman anggap lo temen. Gak pernah lebih!"
Siska menelan salivanya kala Arya makin mendekat sehingga membuatnya terus mundur dan akhirnya terjebak di dinding.
"Dan gue gak pernah luangin waktu buat lo! Yang ada gue terpaksa dan gue anggap itu cuman buang-buang waktu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
BIFURKASI RASA [SEGERA TERBIT]
Teen FictionBifurkasi Rasa Tentang rasa yang terbagi dua Tentang luka yang pilu Tentang senyum penyembuh Dan Tentang rasa sesal yang tak akan pernah bisa mengembalikan waktu seperti sedia kala Aku tahu, menyesal tak akan pernah mengubah waktu. Namun biarlah r...