Isi Hati Arsen untuk Nara

89 9 3
                                    

Satu jam duduk di bilik ujung, Nara keluar dan berkaca diri. Keadaannya kacau. Baju yang masih basah, pipi yang memerah, rambut acak-acakan, membuat Nara kembali menangis lagi. 

Kini tanpa suara. Tak ingin terlihat lemah, Nara buru-buru membasuh wajahnya dan mengeluarkan make up yang ia bawa. Setidaknya Nara tidak terlihat seperti habis menangis dan habis dirundung oleh Siska, dkk.

Setelah selesai, Nara berjalan tertatih keluar kamar mandi. Merasakan denyut di kepalanya yang ia yakini akan tumbuh benjolan memar. 

Belum lagi punggungnya yang remuk dan rambutnya yang terasa akan copot dari kepala. Siska memang tak segan-segan menghabisinya. Ia kira Siska hanya memberikan gertakan tanpa tindakan. 

Ternyata dirinya salah besar. Karena berjalan menunduk, Nara menabrak seseorang sampai dirinya hampir terjatuh. Dengan sigap orang itu menangkap Nara, membiarkan lembaran kertas yang dia bawa berserakan di lantai.

"Arsen."

Arsen tersenyum. "Kalau jalan lihat ke depan, jangan nunduk. Nyari apa emangnya? Uang?"

Nara segera menjauhkan diri dari Arsen, tak punya tenaga lebih untuk membalas ledekannya itu. Sadar bahwa kertas yang Arsen bawa berserakan, Nara berjongkok memunguti satu persatu kertas diikuti Arsen.

"Muka lo pucet banget, lo sakit?" Tanya Arsen.

"Pucet?"

Arsen mengangguk, tangannya merapihkan kertas-kertas itu. Lalu mereka berdiri. "Baju lo basah lagi, padahal gak hujan. Ada apa?"

"Enggak apa-apa. Tadi.. gue di kamar mandi..." Nara terbata-bata bingung harus mencari jawaban apa. "Gue gak sengaja nyiram baju."

Arsen mengerutkan kening. "Hah? Gimana?"

"Nggak ah, dah ya gue mau ke sana dulu." 

Buru-buru Nara berjalan meski dengan kepala yang makin berat. Ia tak ingin Arsen melayangkan banyak tanya yang membuatnya harus jujur pada Arsen. Ia tak ingin membuat masalah kembali.

Arsen berbalik menatap punggung Nara yang berjalan dengan tertatih. Arsen tak melanjutkan langkahnya begitu saja. Justru ia memperhatikan Nara yang terlihat lemah. 

Hingga tak berselang lama–sesuai tebakan Arsen, Nara jatuh ke lantai, pingsan. Orang-orang sekitar kaget dan segera membantu Nara. Buru-buru Arsen menghampiri Nara. 

Sebelum menggendong gadis itu ke ruang kesehatan di kampusnya, Arsen memberikan lembaran fotokopian kepada teman seangkatannya yang hendak membantu Nara.

Ia melepas jaketnya lalu diselimutkan ke tubuh Nara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ia melepas jaketnya lalu diselimutkan ke tubuh Nara. 

"Titip ke Dion, dia ada di ruang administrasi, biar gue aja yang bawa ke ruang kesehatan." Ujarnya. "Nar, katanya lo gapapa." Gumam Arsen khawatir. 

Arsen menggendong gadis itu dengan perasaan cemas.

.......

"Dia sakit, Sen. Demam. Mending lo anterin pulang aja ke rumahnya." Ujar Agnes– mahasiswa yang bertugas hari ini di ruang kesehatan.

BIFURKASI RASA [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang