32. Belajar Teori Sihirnya

5.4K 570 22
                                    

"Nona, bagaimana? Apa hubungan anda? Sebenarnya apa hubungan anda dengan duke?"

Kivandra menghela napas lelah, "Aku tidak ada hubungan apa pun."

"Kebohongan!" seorang pria aneh tiba-tiba muncul, "Duke bahkan memohon pertolongan saya untuk membuat surat cinta!"

"Tuan Rimo? Oh, tunggu, surat cinta?!" Faza tampak terkejut.

"Benar, duke selalu bertukar surat dengan seorang gadis melalui merpati. Kau tahu, tiap dia membaca surat balasan, senyumannya selalu mekar merona! Itu sangatlah membuatku--astaga."

Di sini hanya Kivandra yang tidak mengerti. Gadis itu melirik pria yang sedari tadi heboh, "Maaf, tapi anda ...."

"Oh," Rimo menoleh, "Mohon maaf atas kelancangan saya. Saya adalah asisten pribadi Duke, kedatangan saya di sini untuk menjemput nona Kivandra."

Kivandra menunjuk dirinya sendiri, "Menjemput saya?"

"Benar, duke menunggu keberadaan anda di kantor kerjanya."

"Astaga!" tiba-tiba Faza menjadi sangat heboh, "Bahkan duke membiarkan nona masuk ke kantornya! Ini luar biasa!"

"...?"

Rimo menutup mulut Faza yang tampaknya tidak bisa berhenti, "Diam dan biarkan nona pergi, duke sudah menunggu."

Faza mengangguk, "Baik-baik, tuan Rimo, anda bisa mengantar nona."

"Kalau begitu kami pergi."

Rimo menuntun Kivandra keluar dari kamar dan menuju kantor Lucas, ternyata kantor tersebut tak begitu jauh.

Ketika kamar sudah sepi, Faza menepuk tangan beberapa kali.

Prok prok.

Seolah sebuah pertunjukan, tiba-tiba banyak pelayan gadis yang datang dengan wajah tertarik. Mereka duduk melingkari Faza yang tersenyum penuh arti.

"Kalian mendengarnya?" tanya Faza.

"Kami dengar!"

"Kalian melihatnya?!"

"Kami melihatnya!"

Faza berteriak girang, "Duke benar-benar sedang menjalin hubungan asmara dengan nona!"

Para pelayan itu juga berteriak malu, mereka mendekatkan kepala dan berbisik, "Bukankah nona memanggil duke dengan sangat akrab?"

"Itu benar, bahkan duke membiarkan nona masuk ke kantornya! Bukankah kantor duke sangat pribadi?"

Pelayan lain mengangguk, "Lihat senyuman duke pada nona! Cara perilakunya juga sangat berbeda."

"Itu sangat lucu."

"Aduh, kapan mereka mengumumkan hubungan mereka, ya?"

***

"Achtu!" Kivandra menggosok hidungnya, "Kenapa tiba-tiba bersin?"

Rimo tampak khawatir, "Apakah saya perlu memanggil dokter?"

"Tidak perlu, lagi pula kita sudah sampai di kantor Lucas."

"Oh, itu benar." Rimo mengangguk dan membuka pintu kantor, "Tuan Duke, nona Kivandra sudah datang."

Kivandra melangkah masuk, ia disambut oleh sebuah pemandangan yang memanjakan mata. Seorang pria dengan baju santai, kacamata terpasang di wajahnya, sangat tampan.

"Ukh, cahaya ketampanan menyilaukan." gumam Kivandra menutup matanya.

Lucas tertawa kecil, dilepasnya kacamata lalu beranjak mendekati Kivandra. "Aku sudah tidak sabar."

Kivandra mengangguk, "Aku juga."

Rimo memandang perbincangan itu dengan banyak bunga-bunga merah muda di belakangnya, "Sangat romantis, tuan."

"Apanya yang romantis? Kau pergi sana, jangan mengganggu kami." Lucas mendengus.

"Jadi saya diusir? Ya, tidak apa-apa, saya juga tidak berniat menganggu hubungan penuh asmara kalian. Duke, lakukan semua saran yang saya berikan, ya!" oceh Rimo lalu segera menutup pintu.

Ceklek.

Kivandra menoleh, "Saran apa?"

"Saran bodoh. Surat yang penuh cinta itu awalnya juga dibantu oleh Rimo bodoh."

"Begitu, toh, jadi kapan kita akan belajar sihir? Apakah aku bisa mengeluarkan cahaya dari tanganku? Bagaimana caranya?"

Lucas tersenyum, "Itu memang terdengar menyenangkan. Tapi kau juga harus belajar teori sihirnya."

"Teori ... apa?" Kivandra terlihat kecewa.

Menarik tangan Kivandra untuk duduk di sebuah kursi, Lucas membawa papan tulis dari sisi lain.

"Kita akan belajar teori sihir dahulu, siapkan kertas dan tinta, Kivandra!"

"Hah? Apa?"

(END) Princess SurrogateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang