39 | 2013 (3.1)

95 2 0
                                    

Bandung, Oktober 2013

Levo tak berhenti tersenyum memperhatikan Razel yang serius bekerja melayani pengunjung cafe yang membeludak. "Kalau capek istirahat."

Razel tidak mungkin mengambil istirahat seenaknya. Istirahat itu sudah ada waktunya sendiri. Pemuda itu pun terus bergerak dari belakang ke depan sambil menenteng nampan. Levo terus memperhatikan sahabatnya seraya menunggu pesanannya diberikan. Levo datang tak hanya sebagai sahabat Razel, tetapi juga pengunjung. Kebetulan Levo mendapat waktu kerja pagi sampai sore, dan menyempatkan untuk berkunjung ke cafe Razel bekerja sekaligus untuk menjemput sahabatnya.

Berusaha menjadi waiter profesional, Razel tak mau pilih kasih. Ia melayani pengunjung secara adil dan urut. Karena Levo datang paling ujung, Razel membuatkan pesanan itu sesuai nomor.

"Thank you," ucap Levo begitu menerima seporsi nugget dan secangkir kopi hitam dari Razel.

Semakin bertambah waktu, cafe semakin ramai. Razel baru menyadari kedekatan seluruh pengunjung. Mereka saling mengenal. Rupa-rupanya cafe tempat Razel bekerja dipilih seorang untuk acara reuni. Bukannya cafe tak pernah dijadikan tempat acara, tetapi dipilih secara mendadak seperti ini sangat jarang terjadi.

"Nglembur lo kayaknya," celetuk Levo. Tangannya terulur menyumpalkan nugget ke mulut sahabatnya. Razel langsung mengunyahnya seraya tersenyum simpul. Kemudian Razel kembali bergegas mengantarkan pesanan pada pengunjung.

Acara reuni itu berakhir pukul 22.30. Razel beserta karyawan lain langsung menutup cafe karena sudah melewati waktu tutup. Razel segera menghampiri Levo yang sudah menunggunya di parkiran.

"Langsung pulang?" celetuk Levo setelah Razel duduk di jok motornya.

Tubuh Razel sangat lelah. Razel hanya ingin istirahat cepat. "Iya, Le."

"Okey." Levo mengangguk. Beberapa detik kemudian motor yang dikendarainya berlalu meninggalkan cafe.

***

Gema tawa beberapa pemuda membuat bising suasana. Aroma alkohol dan asap dari rokok yang mereka nikmati, membuat Razel beberapa kali menahan napasnya sesampai di kostan yang ia tinggali. Razel tak suka bau rokok, Razel pun mual mencium bau alkohol.

Memahami kondisi sahabatnya, Levo langsung menggiring sahabatnya masuk kostan dalam diam. Sesampai di ruang tamu dan mengunci pintu, Levo langsung mengeluarkan emosinya. "Mabok gak tahu tempat banget, sih."

Razel merasa dirinya baikan. Ia menatap Levo hangat lantas berkata, "Aku ke belakang dulu, Le."

Razel serta-merta pergi ke kamar mandi, membersihkan badannya terlebih dulu sebelum benar-benar istirahat. Setelah itu Razel ke kamar untuk memakai baju bersih. Bersama saat Razel mengaitkan kancing kemejanya, Levo masuk dengan wajah loyonya.

Levo melemparkan badan ke tempat tidur dengan lepas sampai menciptakan suara cukup keras. Anehnya Levo biasa-biasa saja. "Tidur kalau ngantuk," tutur Razel.

Razel tak mendapat balasan karena Levo sudah tenggelam dalam lelapnya. Kemudian Razel bergerak mengambil selimut, menyelimuti sahabatnya dengan kain itu sampai dada. Razel tersenyum sendu sebentar sebelum akhirnya merebahkan badannya di samping sang sahabat. Tatapan Razel tertuju pada lampu yang bersinar tepat di atasnya. Sebelum tidur berharap, besok pagi ia dan Levo akan dapat kembali sama-sama membuka mata.

Razel bersyukur kala paginya ia dan Levo bisa melakukan sarapan bersama-sama. Pagi itu keduanya menyantap nasi goreng buatan Levo. Di tengah menghabiskan sarapannya, Levo meninggalkan Razel saat setelah seorang memanggilnya.

Samar-samar Razel mendengarkan percakapan Levo dengan lawan bicaranya di ruang tamu.

"Siang ini lo bisa temenin gue ke rumah kerabat, Le?"

"Buat?"

"Mau ambil uang pinjaman orang tua. Jumlahnya lumanyan gede. Gue gak berani ambil sendiri."

"Gak ada yang bisa lo ajak selain gue?"

"Mau sama Kak Erlan sama yang lain, tapi mereka ada urusan."

"Sejak kapan lo deket sama mereka?"

"....."

"Cari temen yang bener, Dra."

"Iya, Le."

"Gue bisa sih temenin lo. Tapi, beneran cuma kita berdua aja."

"Lo tenang aja, beneran cuma kita berdua kok. Makasih banget, lo mau nemenin gue nanti. Gue ke sini lagi siang, ya."

Tidak sampai 30 detik, Levo sudah kembali di hadapan Razel. "Indra ngajak gue ambil uang di rumah kerabatnya," ucap Levo lantas kembali memasukkan nasi goreng ke mulutnya.

Razel sudah mendengarnya jelas dan lengkap. Tidak perlu untuk membahas soal itu banyak. "Aku denger obrolan kamu sama Indra kok."

Levo mengangkat wajahnya, terkejut. Selang beberapa detik, pemuda itu mengembangkan senyum. "Tajem juga kuping lo, ya." Levo menambah, "Lo mau apa pas gue pulang? Banyak juga gak pa-pa. Bentar lagi gue ulang tahun. Gue kabulin apa yang lo minta."

"Harusnya aku yang traktir kamu."

"Enggak. Gue pengen beda dari yang lain."

Razel tak bisa untuk tak tersenyum. Diam-diam pemuda itu juga terharu. Namun, ia berusaha bersikap biasa saja. Razel mengambil nasi goreng dengan sendoknya, tetapi sebelum makanan itu masuk mulut, pemuda itu berkata, "Aku gak minta apa-apa. Apa yang selama ini udah kamu kasih ke aku udah lebih dari apa pun."

Giliran Levo yang tak bisa untuk tak tersenyum. "Tinggal ngomong, gak usah ngedrama."

"Aku nggak ngedrama," sahut Razel sedikit kesal. "Bener, aku nggak perlu apa-apa."

"Sombong banget yang udah bisa cari uang sendiri," seloroh Levo dengan tangan melipat di dada. "Oke, kalau gak minta apa-apa."

Namun, Razel tidak percaya sepenuhnya ucapan Levo. Bisa jadi nanti malam saat sahabatnya itu pulang membawa banyak belanjaan. Terkadang Levo susah ditebak.

Siang harinya, Razel menyaksikan Indra datang sesuai perkataannya. Levo sudah wangi dengan pakaian gaya kasualnya. "Paling gue pulang malem."

Razel mengangguk. Tak lama kemudian Levo sudah tidak berada di depan matanya lagi, disusul dengan suara deru motor yang menjauh. Tiba-tiba suasana hening. Keadaan yang membuat Razel bungkam dan sibuk dengan isi kepalanya. Seharusnya hari ini---di waktu ia libur kerja--- ia dan Levo bisa menghabiskan waktu bersama. Namun, terkhusus hari ini tidak bisa. Razel tertunduk merasakan sedikit kecewa.

Masih menunduk, pemuda itu melangkahkan kakinya keluar kamar.

***

FOREVER RTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang