Kondisi Razel mendukung untuk datang ke rumah ayahnya. Tangannya masih nyeri, tetapi Razel yakin bisa kuat menahannya saat menyetir. Tak sengaja melihat nama saudaranya muncul di layar ponsel Ralissa setelah memakai sepatu, Razel mengambil ponsel itu, membaca pesan yang masuk.
Naro :
Kamu udah sampai apartemen kan?
Aku bentar lagi sampai apartemen kamuRazel tertegun. Ralissa yang baru masuk kamar bertanya, "Kenapa?"
Perempuan itu baru saja kembali setelah membuang sampah di bawah. Sejak pulang dari rumah sakit, tidak sedikit pun perempuan itu meninggalkan Razel jauh-jauh.
"Sebentar lagi dia datang," sahut Razel dengan tatapan kosong.
"Ayah kamu?"
"Naro."
Ralissa terkejut. Sementara itu Razel mengambil kunci mobilnya dari atas nakas. Ia memberi pesan singkat sebelum berlalu dari hadapan Ralissa. "Cepat pindah ke apartemen sebelah."
Razel melangkahkan kaki dengan langkah panjang menuju bawah. Lelaki itu harus cepat-cepat menggapai mobilnya sebelum Naro sampai di apartemennya. Setengah perjalanan menuruni tangga, lelaki itu terengah-enggah. Namun, gerak kakinya kian ia cepatkan.
Sampai di bawah, Razel berhasil memasuki mobilnya dengan sukses. Beberapa detik saja ia terlambat, Naro akan melihatnya. Razel mengatur napas dengan perasaan emosional, bersamaan dengan mobil yang familier berhenti di depan lobi.
Razel terus mengamati mobil itu. Dari pemilik mobil itu yang mendapat teguran satpam karena terlalu mepet lobi sampai melihat orang itu memundurkan mobilnya lalu menghilang. Saat itu Razel benar-benar merasa lega.
Ia bisa melakukan perjalanan dengan sedikit fokus.
***
Razel tidak mengerti acara atau pesta apa yang yang ayahnya buat. Sampai di rumah Ardan, Razel melihat puluhan manusia di ruang utama. Banyak hidangan dan rumah pun di banjiri bunga dari yang disiapkan sebagai hiasan dan bunga dari para tamu. Terlihat juga ada beberapa kado yang terselip di antara bunga-bunga itu.
Banyak tamu menyapa Razel, dan lelaki itu membalasnya juga dengan ramah. Beberapa ada yang memberinya bunga. Razel bingung. Ia seperti seorang mahasiswa yang diberi selamat atas kelulusannnya.
Sambil menggegam dua buket bunga, Razel mendekati ayahnya yang terduduk dengan ekspresi kaku di sudut depan. "Kenapa terlambat?"
"Macet, Yah," jawab Razel berbohong. Dari masih di apartemen---saat sebelum mandi, Razel sudah tahu ia terlambat. Namun, hanya 25 menit. Seharusnya Ardan tidak terlalu mempermasalahkan serius.
"Dorong Ayah," tegas Ardan pada akhirnya dengan sisa-sisa marahnya. Razel melakukan apa yang Ardan perintah. Sherlin yang awalnya mengobrol dengan teman-teman high class-nya menyusul anak dan ayah itu.
Razel tak berganti posisi setelah membawa ayahnya menghadap seluruh tamu. Ardan mulai menyapa para tamu. Pria itu sedikit berbasa-basi sebelum mengutarakan hal yang membuat Razel terkejut.
"Ini Razel Ardeo Dewanta, anak terbaik saya. Anak kebanggaan saya. Nggak kerasa putra saya yang penurut banget dan pintar sebentar lagi sudah 26 tahun."
Razel tetap menguasai diri sambil terus mendengarkan. Selanjutnya Ardan mengucapkan terima kasih pada seluruh tamu yang datang, disusul dengan pria itu menjelaskan perihal acara. Rupa-rupa Ardan hanya melakukan syukuran atas usahanya yang kian maju dan merayakan Razel yang sebentar lagi ulang tahun.
"Yah, kan, Razel belum bener genap dua puluh enam," ucap Razel sambil mendorong kursi roda Ardan. Namun, Ardan tak memedulikan komentar itu, meminta Razel untuk mendorongnya ke halaman belakang.
Tiba di sana, Razel berdiri di samping ayahnya dengan kaki di tekuk. "Ayah sesak ya di dalem?" tanya lelaki itu melihat ayahnya lebih pucat dari sebelumnya. "Yah, ada yang sakit?"
Ardan diam, tak menanggapi. Air mukanya masih tegas, tetapi entah mengapa kali ini ada sendu di matanya. Razel menunggu agar Ardan bersuara.
"Iya, Ayah sakit. Kamu udah tahu 'kan?"
Razel tak bersuara. Ardan kembali diam, hingga akhirnya bersuara lagi. "Karena Ayah sakit, Ayah khawatir kalau Ayah bisa meninggal kapan aja. Bisa saja Ayah meninggal besok. Bisa saja ayah meninggal nanti malam."
Kata-kata Ardan membuat Razel semakin terdiam.
"Ayah mau bilang sesuatu sama kamu. Makasih udah datang di waktu yang tepat. Makasih udah beberapa bulan sempat rawat ayah sakit. Kamu anak baik, masih sama kaya dulu. Maafin Ayah, belum bisa jadi ayah yang baik buat kamu."
Mata Razel memanas mendengarnya. Namun, bersikeras tak mau menangis untuk pria kejam yang membuat hidupnya dan sang bunda sengsara dulu.
"Ke depan, Ayah cuma pengen kamu bahagia," tegasnya. Razel mengangguk. "Jaga perusahaan Ayah baik-baik. Kembangkan semuanya. Ayah cuma percayain semua sama kamu. Gak ada yang lain."
Belum sampai Razel mengangguk, seorang pria berkacamata dan berjas hitam menghampiri Ardan dan Razel. Pria itu tersenyum lebar sebelum kemudian menyodorkan apa yang ia tenteng pada salah satunya.
***

KAMU SEDANG MEMBACA
FOREVER R
Romantiek"Aku dan kamu adalah kisah tak sempurna." -------- Razel Ardeo Dewanta. Nama dan bayang wajahnya tak akan pernah Ralissa Azalea lupa. Pemilik senyum terbaik, tapi sendu. Seorang yang membuat Ralissa lebih mengerti arti kata "kasih". Seorang yang men...