Jakarta, Oktober 2019
"Manja banget, sih."
"Kak, kepalaku nyut-nyutan."
Iya, sebenarnya Ralissa hanya bercanda. Pukul 09.00 lebih Anres belum turun dari tempat tidurnya. Anak itu mengeluh sakit kepala dan takut ambruk bila turun dari tempat tidurnya sampai akhirnya Ralissa bergerak menyuapinya untuk sarapan. "Kemarin kamu makan apa?"
"Gak inget."
"Pagi makan sop. Sore sama malamnya apa?"
"Gak inget, Kakkk."
Ralissa berusaha menahan tawanya. Bukan senang melihat adiknya sakit. Namun lucu saja melihat sang adik masih bisa mendumel. "Jangan telat tidur makanya."
"Kak, aku udah stop kebiasaan itu."
"Iya, iya."
Ralissa tidak bisa percaya seutuhnya perkataan sang adik karena tak bisa melihat kegiatan Anres di balik dinding kamarnya. Apakah sudah berhenti dengan kebiasaan buruknya atau kebiasaan buruknya semakin parah.
Baru memasukkan makanan ke mulut Anres, tetapi tiba-tiba ada yang memasuki kamar. "Ada kiriman lagi, Non."
Asisten rumah tangganya memberikan bungkusan. Ralissa menerimanya dengan hati-hati, lebih ke takut piring nasi sayurnya jatuh. Asisten rumah tangganya pergi setelah mendapat ucapan terima kasih.
"Cie, dari Sky lagi, ya?" celetuk Anres dengan garis wajah tiba-tiba berubah. "Buka aja, Kak."
Namun, Ralissa tidak membukanya sampai nasi sayur untuk adiknya habis. Setelah menaruh piring kotor di dapur, Ralissa segera masuk kamarnya sendiri lantas membuka bungkusan yang ia terima..
Di kamar perempuan itu ada rak besar, dan pada satu area ada tumpukan barang-barang dari orang yang sama. Pasti paket ini juga dari orang itu.
Tidak salah lagi. Ralissa menemukan namanya setelah membuka paket itu. Ralissa pun mulai membaca isi surat lewat hati.
Hei, Rall. Aku tahu akhir-akhir ini kamu sibuk. Banyakin tidur, ya. Jangan lupa ajak bonekanya.
-Sky
Ralissa menghela napas lantas berpikir menaruh barang yang baru ia dapat di mana. Sejenak, perempuan itu mengamati boneka yang ia sentuh. Lucu juga boneka love pink ini. Mungkin sekali ini saja ada barang lain di tempat tidurnya selain seprai, selimut, dan bantal.
Tanpa membuang waktu lagi, Ralissa menaruh boneka lucu itu di samping bantalnya. Dan setelah lama dipandang, tempat tidurnya jadi tampak lebih berwarna.
***
Ralissa membuka pintu kamar sang adik. Perhatiannya kembali jatuh pada pemuda itu. Ralissa mendapati adiknya tidur di atas tempat tidurnya. Ada bungkus obat kosong di atas nakasnya. Ralissa mendekat lantas duduk di tepi tempat tidur sang adik.
"Jaga adik kamu, ya."
Pesan yang sering ayahnya katakan saat masih hidup. Dari dulu Ralissa kecil selalu mendengarkan pesan itu, dan tetap menjalankan hingga sekarang.
Ia adalah seorang kakak.
Ralissa menatap sendu sang adik yang wajahnya semakin mirip ayah kandungnya. Melihat Anres sekarang seperti melihat ayahnya hidup kembali. Ralissa mendaratkan kecupan kasih di kening adiknya itu. Menatap lekat, ia berharap adiknya cepat sembuh dan tak terjadi apa-apa dengannya. Ia sayang sekali pada Anres.
Perempuan itu beranjak setelah membenarkan posisi selimut adiknya. Ia lantas melangkah menuju dapur berniat memasak untuk makan siang, lebih tepatnya untuk Anres.
Dengan cekatannya, Ralissa memasak makanan kesukaan sang adik---telur balado---agar nanti makan banyak. Namun, aroma lezat yang menyengat tercium oleh Anres sampai membuatnya datang ke dapur.
"Kak, Kakak masak apa?" tanya pemuda itu dengan tangan menyentuh dinding. Ralissa terkejut, tetapi berujung geleng-geleng kepala. Dasar Anres.
"Kamu duduk aja."
Anres mendengarkan perintah Ralissa. Selang lima belas menit, Ralissa mengantarkan telur baladonya yang sudah masak ke hadapan Anres, ditambah dengan sebakul nasi. "Kepala kamu udah mendingan?"
"Masih nyut-nyut, tapi dah gak terlalu."
Baguslah. "Makan, Res. Abis itu masuk kamar lagi."
Anres mendengarkan kakaknya lagi. Ralissa sendiri tak bergerak ke mana-mana dan memperhatikan adiknya makan. Setelah adiknya selesai makan, perempuan itu menaruh piring kotor Anres di tempat pencucian.
"Kepalaku kok balik nyut-nyutan, yah."
"Kenapa?" sahut Ralissa cemas lalu duduk di samping sang adik yang memegang kepala dengan dua tangannya.
"Sakit lagi, Kak."
"Balik ke kamar aja, ayo." Ralissa menuntun adiknya penuh perhatian. Setiba di kamar Anres, Ralissa membantu Anres berbaring. "Mau minum obat lagi?"
"Gak mau."
"Beneran?"
Anres mengangguk.
"Yaudah, kamu tidur aja. Kalau sore belum reda, kamu minum obat lagi."
"Iya, Kak," sahut Anres sambil meringis.
Ralissa masih bertahan di kamar sang adik. Beberapa saat kemudian .... "Kak, panggil Anres pelan."
"Iya, Res." Ralissa menyahut ramah.
"Jangan ke mana-mana, ya, Kak."
Ralissa tidak menduga permintaan itu akan keluar dari mulut sang adik. Namun, ia sadar, Dion kembali ke luar kota dan Anres butuh perhatian. Perempuan itu akhirnya mengangguk pelan.
Mungkin hari ini waktunya untuk Anres.
"Makasih, ya, Kak." Anres menggenggam tangan Ralissa hangat. Senyum mengembang di bibir pucatnya.
***
![](https://img.wattpad.com/cover/214607515-288-k485803.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
FOREVER R
Storie d'amore"Aku dan kamu adalah kisah tak sempurna." -------- Razel Ardeo Dewanta. Nama dan bayang wajahnya tak akan pernah Ralissa Azalea lupa. Pemilik senyum terbaik, tapi sendu. Seorang yang membuat Ralissa lebih mengerti arti kata "kasih". Seorang yang men...