Laravel 2

1.1K 87 0
                                    

Baiklah. Hari-hari yang damai sudah tiada. Apa yang terjadi? Melda jadi was-was. Ini adalah permasalahan yang cukup rumit. Melda rasa ada beberapa orang tertentu yang mencari tahu tentang identitas Laravel. Padahal kan dia hanyalah seorang penulis novel biasa. Apa yang menarik dari diri seorang penulis? Hmmm.

Bahkan taman tempat ia sering nongkrong alias turu malah banyak dikunjungi oleh mahasiswa dalam kampusnya, kadang juga ada dari luar kampus. Hanya karena satu foto yang ia posting hari itu. Dan sepertinya malah udah kayak tempat wisata saja.

"Ahaha..damn" gumam Melda dan hanya bisa full tersenyum.

Ia harus mencari tempat kesukaan yang kedua untuk bisa turu selain taman. Rumput di taman kampus itu benar-benar memiliki kekuatan gravitasi yang kuat. Itulah sebabnya, Melda betah dan nyaman istirahat disana jika sedang malas kembali ke rumah.

Kadang Melda mendengar keluhan dari para dosen maupun staff kampus. Tetapi menurut mereka juga ini bisa menjadi kesempatan bagi kampus mereka agar bisa dikenal banyak orang. Dan ujung-ujungnya mereka membaca karya Laravel dan penasaran akan orang dibalik nama tersebut.

Bahkan para dosen memberikan tugas khusus pada seluruh mahasiswa fakultas bahasa dan sastra. Yaitu membuat cerpen. Mencari identitas Laravel dengan kedok tugas dadakan. Untungnya Melda tidak berada di jurusan tersebut.

Melda akhirnya berjalan menyusuri lorong fakultas seni. Yah, hari ini ia habiskan dengan jalan-jalan saja. Siapa tahu dia bisa menemukan ide baru untuk bab selanjutnya.

Deg

Melda tiba-tiba berhenti di dekat pintu ruang musik. Kebetulan saat itu lorong sedang sepi. Ia berhenti karena mendengarkan alunan nada piano yang terdengar menenangkan. Ia perlahan mendekat dan mengintip, melihat siapa yang memainkannya. Sosok wanita yang sangat ia kenal.

Helena

Aku tak menyangka bu Helena bisa memainkan alat musik piano!

Nada piano tersebut entah mengapa menarik dirinya. Ia tanpa sadar memasuki ruangan tersebut untuk mencoba mendengarnya lebih jelas.

Setiap tuts yang kau tekan

Menciptakan suasana yang tenang

Aku terlarut dalam alur permainan tanganmu

Aku ingin menari

Bersama angin

Bisakah aku menggenggam tanganmu

Dan mengajakmu menari bersama

Bisakah tanganmu mengarahkan tanganku

Menekan tuts-tuts itu

Menciptakan nada baru bersamamu

Menghabiskan waktu bersama-sama

Kira-kira itulah lirik yang Melda ciptakan dalam kepalanya seorang diri. Ketika Helena selesai memainkan piano tersebut, refleks Melda bertepuk tangan guna mengapresiasi Helena.

Clap clap clap clap clap clap

Helena terkejut dan segera menoleh ke samping. Disana terlihat seorang perempuan yang rupanya adalah salah seorang mahasiswa yang ia antarkan seminggu yang lalu.

Mengapa dia bisa ada disini?

Padahal Helena sebisa mungkin mengambil kesempatan ini. Ia hanya ingin bermain sendiri tanpa ada yang mengetahuinya. Tidak ia sangka akan ada seseorang yang melihatnya bermain.

"Luar biasa!" puji Melda.

Saat itu, Melda seakan-akan lupa jika Helena adalah salah seorang pembaca novel karyanya. Selain menulis, Melda menyukai musik. Tiada hari tanpa musik. Ia merasa hampa tanpa mendengarkan musik. Ia suka mendengar musik-musik bergenre random, namun kebanyakan Melda suka mendengarkan genre klasik. Melda pun menyukai instrumen-instrumen. Jadi, meski tanpa vocal suara, ia tetap betah mendengarkan.

It's About Yuri StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang