Melfrierren: Long Journey, But I Never Feel 'It'

285 32 0
                                    

Aku tak tahan. Aku akan keluar saja dari dalam kelas yang patut kupertanyakan kondisinya saat ini. Diam-diam kugunakan sihir penghilang eksistensi. Dengan begini eksistensi sebagai objek hidup tak terendus oleh insting manusia.

Author PoV

Mereka tak menyadari jika Melfrides telah lenyap di tengah-tengah mereka. Barulah ketika sang bendahara kelas yang bernama Bella melihat ke sekeliling kelas, ia tak menemukan keberadaan Melfrides.

"Kemana dia.."

Bella bergumam, tak mengerti bagaimana bisa Melfrides tak terlihat berjalan keluar dari dalam kelas. Tapi Bella ingat perkataan Melfrides.

"Harusnya kalian berikan aku makanan, bukan menyarankan banyak gerak!"

Ya! Makanan! Bella yakin anak itu pergi kemana.

Merasa jika siswa lainnya masih sibuk dalam pikiran mereka, Bella memutuskan untuk keluar menyusul Melfrides.

Setelah Bella pergi, barulah beberapa dari mereka tersadar.

"Hei, kemana Frides?"

Tiara bertanya-tanya ketika ia tak menyadari Frides tak ada dalam kelas.

"Eh? Kemana anak itu? Jangan bilang dia meninggalkanku?"

Sisil terlihat muram.

"Hiks! Dia malah pergi! Ini salah kalian! Huhuhu!"

Diana tiada hentinya mengeluarkan air mata buayanya. Niat hati ingin menarik simpati Melfrides, malah dihadiahi dengan ketiadaan eksistensi Melfrides.

"Ah! Tidak ada gunanya terus-terusan disini. Lebih baik aku ke kantin, mengenyangkan diri."

Diana pun beranjak pergi ke luar kelas menuju kantin. Cyan, laki-laki yang tadinya menendang meja hingga mejanya tersungkur, keluar dari dalam kelas bersama Vion, Billy, Kevin, dan Philip.

Alexa juga terlihat berdiri dan mengajak Esy serta Jessika keluar dari dalam kelas. Yahh, semua siswa itu juga keluar.

Diam-diam Theodore dan Kevin pergi mengambil meja serta kursi untuk rekan piket mereka.

"Aku yakin setelah ini dia akan memuji kita."

Theodore penuh dengan kepercayaan diri di wajahnya begitu pun Kevin. Karena dalam pikiran keduanya, tertulis sesuatu, yaitu:

Anak sekecil itu, tidak patut untuk dirundung! Patutnya disayangi, bukan?

Ohohoho! Melfrides, berterima kasihlah pada tubuh kecil nan ringkihmu itu.

Author PoV End

Hem. Harus kuapakan antrian panjang ini?

Oiiiii!!

Cepat-cepatlah sedikit bocah!!

Melfrides mencoba mengintip. Ia ingin tahu apa yang membuat antrian ini sedari TADI tidak BERGERAK-GERAK.

"Di depan sana sebenarnya ngapain sih?"

Melfrides mulai jengkel. Sifat-sifat yang negatif sepertinya sudah mulai menguasai hati Melfrides. Namanya juga iblis, mana mungkin mudah dikuasai dengan sifat yang baik-baik, bukan?

"Senior itu gak tahu apa, kita juga manusia dan ingin mengeyangkan diri."

"Lapar, ugh, sebenarnya senior di depan sana sudah berapa lama sih acara menggombalnya?"

"Kecantikan anak ibu kantin, patut dipertanyakan. Lagipula, nanti kalau udah sebulan juga bakal berhenti tuh senior."

"Jangankan jatuh cinta, selama ini senior Daniel hanya bersenang-senang. Semudah itu ia mematahkan hati banyak perempuan."

It's About Yuri StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang