Melfrierren: Es arī tevi mīlu - END

267 33 1
                                    

Setelah kejadian itu dua bocah selalu mengikutiku. Clevark dan Jaspien. Hanna bahkan memilih pindah dari sekolah sebelah demi melihat diriku yang adalah seorang legenda yang pernah berteman dengan nenek buyutnya.

"Rasanya seperti memiliki dua buntut."

Aku bergumam pelan sambil berjalan ke depan.

"Apa kamu tidak paham posisimu? Budak. Kamu adalah seorang budak! Jangan coba-coba membantah perintahku seperti yang sebelum-sebelumnya!"

Jangan salahkan diriku yang bisa mendengar apapun dari jarak yang jauh.

Aku tak menyangka di era seperti ini sistem perbudakan masih ada.

Mengingat tentang budak, aku jadi teringat seseorang.

Caroline..si manusia bodoh yang istimewa.

Hingga akhir pertemuan kami ia masih mampu menyunggingkan senyum manisnya kepadaku selaku tuannya dan memanggil namaku untuk terakhir kalinya.

Itu, cerita yang sudah sangat lama.

Beribu tahun yang lalu, di daerah kumuh bernama Afar. Aku, untuk yang kesekian kalinya keluar dari kediaman Evileyes. Mengunjungi wilayah manusia dalam bentuk penyamaran.

Aku yang pada saat itu berumur 56 tahun, yah, meski tubuhku masih terlihat remaja.

"La..par..."

Menyusuri lorong wilayah kumuh, aku tak sengaja menemukan Caroline. Yang terlihat begitu lusuh, kurus, tak terurus. Aku berpikir, jika aku menyelamatkan manusia ini, pasti dia akan patuh jadi budakku.

Tanpa berpikir dua kali, aku membawa manusia bernama Caroline itu kembali ke kediamanku.

Dulunya namaku adalah Fraizen Denotza Evileyes.

Aku kembali ke kediamanku dan menyuruh kepala pelayan menyiapkan keperluan anak lusuh itu.

"Bersihkan tubuh anak ini. Dan persiapkan satu kamar khusus untuknya."

"Baik, Nona Fraizen."

Usai menyerahkan anak itu, aku kembali ke kamarku dan membersihkan tubuhku dibantu oleh para pelayan. Usai membersihkan tubuh dan mengenakan pakaian, aku keluar dari dalam kamar dan pergi ke kamar anak itu.

Belum juga sampai, anak kucing itu sudah lari terbirit-birit dari dalam kamar. Dan saat itu, aku merasakan eksistensi lain dalam kamar tersebut.

"Kak Dimitri."

Bajingan sialan yang berlaku seenaknya.

Anak itu bersembunyi di belakangku. Padahal aku tak jauh berbeda daeri Dimitri.

"Kembali memungut rongsokan, huh."

"Itu tak ada urusannya denganmu kak."

Kak Dimitri adalah anak ketiga dalam keluargaku. Kami 6 bersaudara dan aku adalah anak terakhir.

"Yayaya, jika kamu sudah merasa bosan dengan rongsokan itu tolong buang saja ke para bawahanku."

Aku tahu anak itu gemetaran dalam ketakutan. Tapi aku juga penasaran, seberapa lama aku mempertahankan budak baru ini.

Setelah kepergian Dimitri aku kembali mengajak anak itu kembali ke dalam kamar.

"Kukatakan sejak awal. Aku sama sekali tidak ada bedanya dengan pria tadi. Kamu sekarang adalah budakku. Akan kunamai kamu Caroline."

Caroline. Budak bodoh dari bangsa manusia yang dapat membuatku mempertahankannya lebih lama dari budak-budak sebelumnya.

Dan tingkat kebodohannya itu, malah membuatku sangat kesal sampai ingin memakannya.

It's About Yuri StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang