Keesokan harinya Fira datang tanpa mengenakan kacamata. Tapi karena perannya hanyalah seorang figuran, maka tak ada yang memerhatikan perubahan tampilan Fira. Fira segera duduk dan mengambil botol minum jenis tupperware dari dalam tasnya. Dibukanya, lalu diteguknya seteguk air dari botol tersebut.
Pagi itu, rasanya suhu terasa lebih dingin dari yang kemarin-kemarin. Tapi kabar burung selalu mengalir dari mulut hangat para murid.
"Hah? Kenapa lagi sama si Delvoza??" tanya salah seorang murid dalam kelas Fira.
"Gue barusan denger kabar kalau si Delvoza ngedobrak pintu kelas 11 satu per satu anjir! Kek nyari seseorang gitu." jawab murid lainnya.
"Anjir, siapa lagi dah yang berurusan sama si ratu perundung itu."
Fira yang mendengar gosipan tersebut merasa jika yang dicari oleh Voza mungkin adalah Moza. Jadi Fira merasa fine-fine aja. Dia membuka tasnya, mengambil sekaleng susu beruang dan membukanya.
Glek
Seteguk berhasil Fira minum, namun tegukan lainnya rupanya tidak.
Brak!!
Pruutt!!
Terlihat Voza membuka pintu kelas Fira secara kasar, membuat Fira spontan menyemburkan susu beruang yang ingin ia teguk lagi. Voza terlihat mengedarkan pandangannya sebentar, hingga akhirnya netra merah darah itu menemukan objek yang ia cari-cari dari kelas ke kelas lain. Terlihat Fira yang tengah menyeka mejanya dengan tissu karena baru saja menyemburkan seteguk susu beruang.
Voza memasuki kelas dimana Fira berada, berjalan semakin mendekat dimana Fira berada. Ada yang aneh dengan penampilan Voza hari ini. Apa itu? Kacamata! Voza mengenakan kacamata hari ini. Voza menyambar susu beruang milik Fira, ia meminumnya seteguk, dua teguk, tiga--hingga tak tersisa, lalu mengembalikan kaleng kosong itu ke tempat semula.
Fira menatap nanar ke arah kaleng beruang kosong itu. Saat itu, Fira akhirnya mempraktekkan arti dari ikhlas lahir dan batin. Tapi lagi-lagi Fira dibuat terkejut ketika Voza malah duduk di atas mejanya, menatapnya angkuh dengan kacamata milik Fira. Dan itu rasanya aneh.
"Buku lo, keluarin ama pulpen." titah Voza yang dituruti oleh Fira.
Voza membuka lembaran terakhir buku tulis milik Fira. Voza menepuk-nepuk lembaran akhir buku itu.
"Tulis nama lengkap lo dibawah, gak pake lama!" titahnya lagi membuat Fira bingung.
"Buat apa?" tanya Fira.
"Buat gue pelet!"
Jawaban Voza membuat seisi kelas tercengang.
"Ya biar gue tau nama lo bego! Anjing! Ayam!"
Usai kembali menjawab, Fira mau tak mau menuliskan namanya.
Firanda Katares.
Voza terlihat menyeringai lebar, membuat siapapun yang melihat seringai tersebut jadi ketakutan. Dengan cepat Voza merobek lembaran tersebut, memisahkannya dari kumpulan lembaran. Lalu menarik dasi Fira agar tubuhnya condong mendekat kepadanya. Hingga jarak wajah keduanya tersisa beberapa senti saja.
"Mulai sekarang, eksistensi Firanda Katares, tidak akan pernah hilang dari radar seorang Anggrainy Delvoza Harriet." ucap Voza penuh penekanan sementara Fira hanya bisa diam menatap Voza yang terlihat memperlihatkan aura dominannya.
Ini semua salah susu beruang itu!
Maki Fira dalam hatinya.
"Mulai sekarang, lo harus sama gue! Gak ada penolakan!" titah Voza yang lagi-lagi membuat Fira hanya bisa pasrah.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's About Yuri Story
General FictionBerisi cerita-cerita pendek tentang yuri atau girls love. Warning! GL Area! Random Update!