Aku Zila. Hanya Zila. Entah bagaimana caranya, aku terdampar di dimensi antah berantah ini.
Modern? Yes.
Teen? Yes.
Bully scene? Yes.
Dramatis? Absolutely true.
Aku merasa diriku transparan. Seperti tak ada yang menyadari keberadaanku. Juga rasanya dunia hanya berputar pada beberapa orang saja.
Rutinitasku. Belajar, menonton drama nyata, tidur tak lupa untuk makan.
Karena aku tetap diam seperti yang biasanya. Tetapi..
Bukk!
Heugh!!
Sakit sialan!
Aku tidak tahu apa memang sudah takdirnya tubuh ini. Masalahnya aku jadi figuran tapi sial mulu. Mau itu perbuatan antagonis, protagonis, figuran lain. Kalau takdirnya udah salah sasaran, sekalinya salah sasaran malah nyasar ke aku.
AKU!!!
Astaga takdir macam apa ini, Tuhan?!
Aku hidup kembali di raga lain bukan untuk menjadi seperti ini.
Hah...mengeluh pun tidak ada gunanya.
Anyway, kapan bakalan end?
Hari ini kepalaku terkena lemparan bola basket. Sebenarnya ini kerjaannya si antagonis laki-laki. Tapi karena salah sasaran, bolanya malah memilih diriku. Lagi-lagi diriku.
Ketika aku membuka kedua mataku, tidak ada siapapun dalam ruang UKS. Ya, seperti biasanya. Aku menatap ke arah atas.
Putih bersih.
Hm?
Rambut hitam panjang. Kulit putih nan pucat. Daster putih glowing. Bibir tipis yang pucat. Netra merah terang. Terakhir...
Dadanya yang besar.
Aku pasti lagi berhalusinasi.
Mana ada kuntilanak melakukan penampakan nempel di langit-langit ruangan sambil natap terang-terangan manusia.
Tapi tunggu...
Woi!!
Kuntilanak?!
Kok bisa?!
Gak salah liat kan aku?!
Kukedip-kedipkan kedua mataku. Tapi tetap saja kuntilanak glowing itu masih nempel di atas langit-langit.
"Aish.."
Bahkan pipiku rasanya sakit usai kutarik-tarik.
Apa lagi coba ini? Kok tiba-tiba bisa ngeliat kunti?
Mana terang-terangan lagi liatinnya. Aduh, panas! Panas! Bisa tembus aku diliatin ama mata lasernya tuh kunti.
Mataku melotot ketika si kunti menghilang dengan cara yang estetik alias hilangnya itu seakan slow alias perlahan tapi gak slow amat sih.
2
3
5
5 kali kukedipkan kedua mataku.
"Apa itu hanya halusinasi?"
Gumaman pelan kukeluarkan. Namun, itu tak berlangsung lama. Karena seperti cara dia menghilang, sekarang cara dia muncul pun sama.
Bedanya, ini munculnya dengan posisi kabedon di atas ranjang. Mana wajahnya sisa beberapa senti saja lagi.
Aku bahkan sampai menahan nafasku.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's About Yuri Story
Ficción GeneralBerisi cerita-cerita pendek tentang yuri atau girls love. Warning! GL Area! Random Update!