Sore yang menyedihkan. Dan memilukan bagi seorang wanita yang tengah berdiri pada lantai atas gedung bertingkat. Mata yang menatap kosong ke arah bawah. Hampa. Itulah yang wanita itu rasakan selama beberapa bulan ini.
Tamara Olivia Teradja ditinggal nikah oleh kekasihnya. Cobaan demi cobaan selalu datang menghampiri keduanya. Puncaknya ketika mantan tunangan Tamara menjebak Tamara. Kekasih Tamara menyuruhnya memilih, antara memilih janin hasil jebakan sang mantan tunangannya ataukah sang kekasih? Tamara merasa sangat tertekan. Wanita yang sangat ia cintai, memilih pergi dan menikahi wanita lain. Mungkin ini memang sudah akhirnya bagi Tamara dan tidak akan pernah ada kesempatan lain baginya.
Tamara akhirnya memutuskan untuk bunuh diri bersama janinnya dengan melompat dari lantai atas gedung bertingkat. Ayah maupun kakeknya sangat khawatir dengan aksi nekat Tamara. Pada waktu itu langit terlihat mendung. Sangat mendukung keputusan Tamara. Hingga titik-titik air hujan mulai turun membasahi bumi.
Ayah maupun kakek Tamara setiap waktu membujuk Tamara. Sebelum Tamara menjatuhkan tubuhnya, ia dikejutkan dengan sesuatu yang terlebih dahulu jatuh ke arah bawah. Dan hal itu sukses membuat Tamara menunda kematiannya. Dia terkejut dengan benda itu. Namun nampaknya sang kakek tahu jika itu bukanlah sebuah benda, melainkan seorang manusia.
Terima kasih Tuhan, apapun yang Kau kirimkan akan Saya jaga dengan sepenuh hati..
Ayah Tamara langsung mengamankan Tamara, membawanya menjauh dari pinggir lantai gedung atas. Sementara sang kakek menyuruh anak buahnya turun ke bawah dan mencari sosok yang jatuh dari atas langit itu.
"Cepat cari, hidup maupun mati, kalian harus menemukannya!" titah sang kakek dan langsung dilaksanakan oleh para bawahannya.
Sementara itu terlihat seorang gadis mungil terduduk dalam kolam taman. Ia masih merasa pusing setelah kejatuhannya itu. Ajaibnya, ia tak mati. Bahkan tak memiliki lecet sedikit pun. Apakah ia memiliki kekuatan super?? Atau kekebalan tubuh??
"Itu dia!" suara bariton seorang pria berhasil masuk ke dalam pendengaran gadis itu.
Pusing sekali, rasanya aku ingin tidur..
Dan ia menutup kedua matanya sehingga dia masuk ke dalam keadaan pingsan. Bawahan sang kakek dengan hati-hati mengangkat tubuh gadis itu keluar dari dalam kolam taman. Setelah itu, sang kakek langsung membawa gadis itu ke rumah sakit untuk di periksa oleh dokter.
Di rumah sakit sang dokter hanya mengatakan jika gadis itu tak mengalami luka yang serius. Hanya terkilir pada bagian kaki dan lengannya. Meski sang dokter sendiri bingung bagaimana bisa manusia biasa, masih bisa selamat ketika jatuh dari atas ketinggian yang bahkan masih belum diketahui berapa meter bahkan kilometer.
Perlahan-lahan gadis itu membuka kedua matanya. Ruang putih, terdapat sofa dimana disana ada beberapa kotak, yang dalam pikiran gadis itu mungkin saja itu adalah nasi kotak.
"Sshh.." meski begitu pusing masih sedikit melanda kepalanya.
Klek
Pintu ruang itu terbuka dan memunculkan seorang pria yang rambutnya mulai beruban. Pria itu mengenakan setelan jas.
Siapa..?
Ekspresi yang memunculkan tanda tanya terlihat dengan jelas dari wajah gadis itu. Pria itu yang merupakan kakek dari Tamara berjalan mendekati gadis itu.
"Kamu sudah sadar rupanya..Bagaimana keadaanmu nak? Apakah ada rasa sakit yang kamu rasakan??" tanya sang kakek penuh perhatian.
"Eum..pusing.." jawab gadis itu.
Sang kakek memanggil dokter lalu menyuruh dokter itu memeriksa keadaan gadis itu kembali.
"Dia baik-baik saja, hanya merasa pusing, mungkin itu efek dari kepalanya yang terbentur, meski begitu kepalanya sama sekali tidak luka." sang dokter melanjutkan kata-kata yang lain hingga akhir dalam hatinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's About Yuri Story
General FictionBerisi cerita-cerita pendek tentang yuri atau girls love. Warning! GL Area! Random Update!