Kayra PoV
Apa ini benar-benar nyata?
Aku tak mengerti. Apa yang menarik dari seorang bocah yang sukses membuatku jatuh cinta?..sekaligus menghancurkan hatiku. Aku tak mengerti mengapa aku begitu tertarik kepadanya..bocah berumur 16 tahun itu. Wajahnya menurut teman-temanku malah jelek. Tapi aku malah tak peduli. Aku sangat bersabar menghadapinya.
Dia yang labil. Bodoh sekali, ia masih mempertahankan pacar laki-laki yang kemungkinan adalah tukang halu. Yah..itu 5 tahun yang lalu. Kesabaranku sangatlah dalam. Aku tahu aku mungkin hanyalah semacam cadangan baginya. Tapi aku tetap menerimanya.
Labil sekali. Sudah berapa lama kami berkomunikasi. Menjalin hubungan yang samar-samar. Berapa kali ia berganti pasangan laki-lakinya. Bagiku semua pasangan laki-lakinya itu jelek. Aku bisa berbangga. Aku cantik, aku punya pekerjaan, tentunya aku punya uang. Namun sayang sekali aku belum pernah bisa menemuinya.
Rasya, itulah nama gadis itu. Gadis kurus yang akhirnya bisa kutemui secara langsung. Kubicarai secara langsung. Kucumbui secara langsung. Kupeluk secara langsung. Makan bersama-sama.
Rasanya sangat menyakitkan. Cinta itu memang menyakitkan..sekaligus mendebarkan. Sekarang aku tengah menatapi wajah terlelap Rasya. Ia terlihat kelelahan namun tidurnya terasa sangat nyenyak. Aku tersenyum sambil menopang daguku. Tiba-tiba saja ia membuka kedua matanya. Membuatku sedikit terkejut.
"..hhmm..Kay..kenapa belum tidur?"
Rasya bertanya menggunakan suara seraknya itu. Membuatku sejenak menatapi wajah bantalnya.
"Ah..aku belum mengantuk, kamu lebih baik lanjutkan tidurnya."
Rasya beringsut mendekat kemudian menempeliku. Terlihat natural, ia memelukku.
"Tidur..besok kamu bakal antar aku kan? Besok apel pagi dilaksanakan di kantor, aku harus datang pagi-pagi.."
Hangat.
Aku membalas pelukannya, bahkan lenganku kujadikan sebagai bantal bagi kepalanya.
Tetapi gawat..aku tak mampu mengendalikan debaran jantungku yang berdebar dua kali lipat dari biasanya. Tapi aku tak dapat menahan senyumanku ketika kurasakan jantung Rasya ikut berdebar.
"..maaf.."
Lagi lagi ia mengungkapkannya. Rasya yang menyedihkan. Aku ingat aku mencari segala informasi tentangnya. Kupikir..wajah lelahnya itu bukan karena perkara kuliah saja. Lingkungan tempat ia tinggal sekarang juga sepertinya menjadi beban pikirannya.
Ia sepertinya menyesal tinggal bersama seorang teman kamar yang cerewet dan bermulut tajam. Bukan hanya itu, ia tak dapat menolak ketika ia disuruh kesana kemari. Sebenarnya aku sangat geram, rasanya mereka menjadikan Rasya-ku ini layaknya pesuruh.
"Kamu dari tadi minta maaf mulu deh,"
Dengan lembut kuusap puncak kepalanya.
"Soalnya cuman itu yang bisa mulutku katakan.."
Malang sekali nasibmu nak.
"Ngomong-ngomong, dadamu lembut ya.."
Eyy sejak kapan bocah ini memegang dadaku?!
Tapi..itu tak berlangsung lama. Wajahnya kembali murung. Nampaknya ia sangat sedih karena sering kena marah dari teman kamarnya itu.
"Rasanya kayak numpang doang aku, padahal aku juga bayar sewa kostnya loh!"
Tak bisa bergerak dengan bebas. Tak bisa berekspresi dengan bebas. Seakan-akan tercekik..ya dicekik oleh suasana di tempat itu. Rasya sangat tidak suka yang namanya berdebat. Ia pastinya akan selalu mengalah dan itulah yang membuat orang-orang yang tak menyukainya menjadi semakin meremehkannya.
Aku tak mungkin membiarkan dia semakin stress hanya karena teman kamarnya itu. Kuputuskan untuk menarik Rasya keluar dari neraka tersebut.
Tenang saja Rasya, tante yang bohay ini akan segera mengevakuasimu ke tempat yang lebih aman!
Dan tentu saja aku membuktikan perkataanku itu. Usai menunaikan kegiatan Kerja Prakteknya, aku segera berbicara dengannya mengenai kepindahannya. Aku mengajaknya tinggal bersama, hitung-hitung kalau aku pulang ke rumah ada yang menyambut apalagi itu adalah orang yang kucintai.
"Kedengarannya bagus, aku setuju sih, tinggal omongin sama orang tuaku saja, habis itu pamitan sama pemilik kost kalau udah dibolehin ama orang tua."
Tak dapat kupungkiri dia terlihat bahagia dengan ide tersebut. Sisa aku akan meyakinkan kedua orang tuanya saja. Seminggu kemudian aku ikut Rasya pulang ke rumahnya. Kuakui itu lumayan jauh dan jalanan yang lumayan banyak berlubang. Kumaklumi karena memasuki pedesaan.
Kami sampai sekitar pukul 5 sore. Usai memarkirkan mobil, aku dan Rasya keluar dari dalam mobil. Aku menatap rumah panggung kayu itu. Terlihat sederhana tapi terlihat begitu menghangatkan.
Papa dan mama Rasya menyambut kedatanganku. Hari ini aku menginap. Usai makan malam aku membicarakan masalah kepindahan Rasya. Kukatakan jika aku akan lumayan lama berdomisili di kota ini. Papa dan mama Rasya mengembalikan keputusan kepada Rasya dan Rasya langsung mengungkapkan jika ia ingin pindah. Maka malam itu, kesepakatan pun terjadi.
Grep!
Kupeluk dari belakang tubuh mungil Rasya. Saat ini, dirumah orang tuanya, aku sangat bahagia.
"Ich liebe dich.." bisikku dekat pada telinganya.
Tiba-tiba saja Rasya membalikkan posisi badannya, menghadap ke arahku. Kedua tangannya terulur dan menggenggam kedua tanganku. Dengan ekspresi yang serius ia mengucapkannya.
"Ayo balikan, tante!"
Seneng sih diajak balikan ama bocah ini.
"Yakin? Ntar malah jalin hubungan lagi sama cowok!"
Astaga! Kenapa suaraku berubah jadi manja sih?! Ini juga mulut ngapain manyun manyun gitu.
Kurasakan jemari-jemarinya meremas kedua tanganku.
"Gak bakalan, kamu udah ada disini, jadi gak ada alasan buat aku mau nyari cowok!"
"Iya deh, aku mau balikan sama kamu."
Dasar murahan kamu Kayra!
Maafkan aku. Aku sudah terlanjur bucin sama bocah ini. Dan malam itu kami tertidur dalam keadaan saling memeluk dengan wajah yang bahagia. Bahkan di pagi hari aku, bersama orang tua Rasya tak dapat menahan kesilauan dari wajah Rasya. Sepertinya ia sangat bahagia hari ini.
Hari kepindahan Rasya akhirnya datang. Karena barangnya hanya sedikit, proses perpindahannya pun tidak memakan waktu yang lama. Ia pamit kepada teman kamarnya sekaligus meminta maaf karena selama ini telah merepotkan dan sering ceroboh. Ia juga pamit kepada pemilik kost. Setelahnya kami pergi meninggalkan area kost.
Tak lama setelahnya, kami memasuki kompleks perumahan. Setelah sampai di depan rumah dan memarkirkan mobil, aku langsung mengajak Rasya masuk ke dalam rumah.
"Seneng?" tanyaku ketika kami berdua tengah duduk disofa diruang tamu.
"Banget!!" jawab Rasya langsung.
"Syukurlah, mulai hari ini aku akan bertanggung jawab atas kamu." ucapku sambil menepuk pelan puncak kepalanya.
"Terima kasih!!"
Deg
Sekarang Rasya malah terlihat seperti anak anjing yang tengah bahagia.
Cup
Cup
Cup
Berkali-kali kukecup wajah gadis mungilku ini. Aahh aku makin jatuh cinta saja padanya.
"Ayo kelon!" ajaknya yang malah berakhir kujitak dahinya.
Tapi ujung-ujungnya kukelonin.
Fine
KAMU SEDANG MEMBACA
It's About Yuri Story
General FictionBerisi cerita-cerita pendek tentang yuri atau girls love. Warning! GL Area! Random Update!