Sepertinya ini adalah hari yang tidak menguntungkan baginya. Melda lupa membawa flashdisknya, padahal di dalam tersebut ada file tugas kelompoknya yang akan di presentasikan hari ini. Melda jadi panik, teman kelompoknya mulai tersenyum masam. Sebelum dosen mata kuliah itu masuk, ada orang lain yang muncul.
"Bu Helena?" gumam salah seorang mahasiswa perempuan dalam kelas itu.
Dan semuanya jadi bertanya-tanya, mengapa dosen teknik berada di gedung Fakultas Ekonomi?
"Apakah disini ada yang bernama Teresha Amelda?" tanya Helena meski ia sudah menemukan sosok yang ia maksud.
Dan otomatis semuanya menatap ke arah Melda. Melda hanya bisa diam, tetapi ia segera berjalan menemui Helena. Hingga benda yang sangat Melda cari muncul dari tangan Helena.
"Kamu meninggalkan ini di atas meja belajarmu."
Usai mengatakannya, raut wajah Melda menjadi terlihat lega. Ia mengambil flashdisk itu dari tangan Helena. Tak lupa mengucapkan terima kasih kepada Helena.
"Terima kasih sudah mengantarkannya bu. Ibu adalah penyelamatku, nanti selesai perkuliahan ini aku bakal traktir ibu makan di kantin!"
Begitu senangnya Melda, membuat Helena jadi tiba-tiba gugup.
Aduh, alangkah senangnya hati ini~
"Hmm ya, aku tunggu traktirannya. Kalau begitu aku pergi dulu, good luck!" balas Helena lalu pamit undur diri.
Melda tersenyum bahagia dan kembali kepada teman kelompoknya. Semua mahasiswa terlihat menatap curiga ke arah Melda.
"Kau ada hubungan dengan bu Helena?" tanya salah satu mahasiswa itu.
"Adaa," jawab Melda lancar membuat seisi kelas jadi terkejut.
"Wha--jadi Melda kau--"
"Hubungan mahasiswa dan dosen. Itu kan namanya hubungan anjir!" potong Melda ketika teman sekelasnya menyimpulkan yang tidak tidak.
"Tapi aneh loh, bu Helena kan gak pernah kelihatan dekat sama mahasiswanya, yang dari fakultas teknik aja gak ada yang dekat, lah ini jauh dari kata teknik malah ada, Melda sepertinya bu Helena memiliki something kepadamu," ucap mahasiswa yang lain mengungkapkan pemikirannya itu.
"Jiaah, katakanlah, katakan sejujurnya, apa mungkiiin kalian berhubungaan, karena tak mungkin dia mau repot bawa-bawa barang itu, sampai nyari kelas ini , taadi!" mahasiswa yang lain malah mengungkapkan pemikirannya sembari bernyanyi.
Untungnya dosen pengajar telah muncul sehingga Melda tak usah repot-repot menjelaskan dari sabang sampai merauke. Jujur saja ia dalam hati sangat panik. Semenonjol itu kah kelihatannya? The hell! Tapi Melda juga senang karena Helena memperhatikannya. Duhh, yuk bisa yuk Melda, nikahin bu Helenanya!
Astaga! Apa yang aku pikirkan? Otak otak ini butuh di refresh sejenak sebanyak 9 kali.
Presentasi berjalan dengan lancar hingga waktu habis. Melda memasukkan buku-bukunya ke dalam tas punggungnya. Tiba-tiba saja ia mendapat pesan whatsapp dari Helena yang entah sejak kapan ia simpan.
Apa bu Helena sendiri yang simpan ya?
Chlouu 😽
Udah selesai? Masih ingat kan mau traktirin?
Membaca pesan ini hanya mampu membuat Melda mendatarkan ekspresinya.
"Aku duluan ya guys, ada urusan." pamit Melda kepada teman kelompoknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's About Yuri Story
General FictionBerisi cerita-cerita pendek tentang yuri atau girls love. Warning! GL Area! Random Update!