Precious - 2

479 52 4
                                    

Jleb!

"!!!"

"..Kenapa.."

Air mata Hera mengalir begitu saja, ketika ia melihat sosok yang sangat ia benci..mati begitu saja demi dirinya. Hal yang selalu ia bingungkan, adalah ketika sosok itu adalah adik tirinya sendiri, tersenyum begitu lembut ke arahnya.

Dan itu adalah mimpi terburuknya ketika Lily telah serumah dengannya. Ia selalu dihantui oleh mimpi kematian Lily karena melindunginya. Mengapa ia mendapat mimpi semacam itu? Dan sikap anak itu, terlampau begitu terobsesi kepadanya. Tidak cukup kah ia mendapat perhatian dari ayah dan ibunya? Sekarang ia mencoba memiliki dirinya?

Benci karena ia merenggut perhatian kedua orangtuanya. Tetapi selalu memikirkannya dan terus merasa bersalah berdasarkan mimpi itu.

Tetapi pada suatu pagi, itu adalah pagi terakhir dimana ia melihat sikap Lily yang biasanya. Pada hari berikutnya mulai terjadi keanehan. Tidak bersikap obsesif terhadapnya, dan malah menarik diri. Berteman dengan seorang otaku. Dan Hera menyadari perubahan itu dengan sangat jelas. Terasa seperti ada lubang besar yang terbentuk di hatinya. Lily yang tak pernah lagi bermanja ria kepadanya. Kemana senyum ceria itu? Sekarang hanya tersisa jawaban singkat dan rasa asing.

"Mau kemana bocah itu?"  gumam Hera ketika melihat Lily berjalan ke tempat asing.

Ya, Hera mengikuti Lily karena semakin lama mimpi itu seakan-akan menggerogoti pikirannya, sehingga ia tak mampu fokus. Ia melihat Lily terus berjalan dan mengikutinya dari belakang dengan jarak yang ia perhitungkan. Tibalah Lily di depan danau yang sangat jarang dikunjungi. Ia menaiki tangga kayu pada sebuah rumah pohon. Tak lama kemudian alunan instrumen gitar terdengar, lalu sebuah nyanyian yang begitu familiar dalam otak Hera ia dengar.

Angin dengarkanlah aku

Ku hanya orang asing yang datang

Tanpa tahu atas apa yang terjadi

Itu bukanlah salahku, bukan?

Aku tak ingin mengalaminya

Perasaan seperti itu sangatlah menyiksa

Dia terlihat membenciku

Meski ku mulai menghindarinya

Kepingan rasa ini malah semakin membesar

Jujur ku sangat mencintainya

Aku rela mati demi dirinya

Biarkan aku merubah masa depan

Dan beri dia kebahagiaan saja

"!!" tertegun mendengar tiga kalimat itu.

"Aku rela mati dirimu. Di kehidupan selanjutnya..dan selanjutnya lagi..aku akan berusaha merubah masa depan..dimana aku bisa memberimu kebahagiaan yang sesungguhnya dan tulus dariku.."

Ketiga kalimat itu mengingatkan Hera pada mimpi yang selalu menghantuinya. Dan wajah pucat Lily serta tatapan sayunya di akhir hidupnya. Tanpa ia sadari air mata mengalir begitu saja dari mata kanannya.

"..Tolong jangan siksa aku.."

Lily terlihat turun dengan mata yang sembab. Sepertinya ia terlalu mendalami makna dari lagu yang ia nyanyikan. Ketika ia berjalan baru 3 langkah, Hera terlihat muncul dan berjalan ke arahnya dengan mata yang sembab.

"Hera? Kenapa--"

Cup

Belum sempat Lily bertanya Hera telah membungkam mulutnya dengan sebuah ciuman.

"..He..ra..?" tanya Lily yang masih syok dengan tindakan tiba-tiba Hera.

Dan Hera menangis sejadi-jadinya pada bahu Lily tanpa Lily ketahui apa permasalahannya. Tapi dia senang karena...

"Please, don't go! Don't go away from me! Don't go again.."

Sebuah rahasia yang tersimpan rapat-rapat di antara keduanya. Bahwa ketika pertama kali keduanya bertemu, benih cinta telah tertanam dalam hati mereka masing-masing. Namun mereka terlalu takut mengutarakan perasaan mereka masing-masing.

Cup

"Aku sayang kamu, Lily.."

Cup

Tapi, ada yang baru Lily ketahui sekarang mengenai Hera. Bahwa perasaan yang dimiliki Hera kepadanya rupanya sangat besar. Hingga membuat Hera menjadi frustasi dan menyiksa dirinya sendiri demi memendam rasa terlarang itu. Dan berakhir menjadi kehampaan ketika peristiwa itu terus terjadi. Perulangan-perulangan kisah mereka berdua. Tidak ada dalam novel diceritakan mengenai perasaan terlarang itu, ending yang dimaksud adalah kematian Hera. Namun digantikan oleh Lily sesuai mimpi Hera.

Terus berulang, hingga perasaan keduanya menumpuk..hingga kepingan lain muncul dan menyempurnakan. Tamara adalah kepingan terakhir dari Lily yang menjadi kunci kehidupan kali ini.

Lily menatap Hera. Tatapan perempuan itu yang selalu penuh kebencian sekarang berubah menjadi penuh cinta. Secepat itu berubah ketika ia telah menyerah menahan diri?

Malah jadi gemes liatnyaaa, aaahhh fuck!

"Mau pulang?" tanya Lily dengan nada lembut sambil merangkul bahu Hera.

"Hmmm" balas Hera dengan gelengan kepala.

"Balik ke atas rumah pohon, tiduurr! ๏︿๏" ucapnya dengan nada yang terkesan manja.

Dan jadilah, keduanya tidur di atas rumah pohon hingga sore hari. Bahkan langit mulai menggelap.

"Ngomong-ngomong kita ini kan saudara, Hera. Hayoo cinta terlarang" goda Lily pada Hera yang terlihat melotot menatap Lily.

"Saudara tiri!" balas Hera dengan ketus.

"Ly...Aku tidak ingin hal itu terjadi, aku ingin kita bersama hingga maut yang memisahkan.." ucap Hera dengan wajah yang sendu.

"Maut? Hahaha, bisa saja besok maut langsung memisahkan kita!" balas Lily jenaka.

"Aku akan ikut, hingga kita bisa bersama lebih lama lagi," ucap Hera dengan raut wajah serius sambil menggenggam telapak tangan kiri Lily.

Terlihat dua telapak tangan yang saling menggenggam. Dan itu menjadi penutup pada part ini.




































Tamat

Segitu aja guys, lagi males lanjutin wkwkwk, masih ada beberapa sih, cumaaaannnn :v

It's About Yuri StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang