Aku bersembunyi dibalik semak-semak bersama Lirica. Aku tak mengerti, kenapa Lirica mau-mau saja menemani kegiatan tak berfaedahku ini.
Benar!
Saat ini, aku dan Lirica tengah mengintip Gabriel.
Bruk!
Netra dan mulutku melebar melihatnya.
Ah sial, malang sekali nasib anakku ini.
"Lagi-lagi anakmu ditolak.."
Lirica berbisik dengan tatapan mirisnya.
Benar!
Lirica telah tahu bahwa aku adalah reinkarnasi dari Ariella. Hanya Lirica yang tahu, itu pun kuberitahu ketika sebulan telah berlalu. Gabriel terlihat mengepalkan telapak tangannya. Sebenarnya harga diri Gabriel sudah begitu buruk.
"Apa yang harus kulakukan Lirica? Aku tak tega melihatnya."
"Violet, tidak ada cara lain selain langsung terlibat!"
Aku tersentak lalu menatap Lirica. Kedua netra merah muda Lirica terlihat berapi-api. Padahal aku bukan siapa-siapanya, tapi ia begitu baik menemaniku dan membantuku.
"Terima kasih Lirica, nanti sepulang sekolah akan kuperkenalkan kamu dengan Chero, puppy manis yang hanya bisa kamu lihat di handphoneku."
Dan lihatlah, binar kemilauan terlihat di netra dan wajah Lirica. Sebegitu gemasnya ia pada Chero, anak anjing manisku.
"Kamu harus berjanji Violet!"
Lirica menyodorkan jari kelingkingnya. Aku pun menyodorkan jari kelingkingku dan kami tautkan. Usai jam istirahat kami kembali ke kelas. Hari ini, entah mengapa malah menjadi permulaan yang begitu menyebalkan.
"Tolong jadilah pacarku, Lirica!"
Seisi kelas terkejut dengan penembakan hati yang dadakan itu. Salah satu anggota geng Wolfs tiba-tiba meminta Lirica menjadi pacarnya. Dan dia termasuk dalam jajaran The Most Wanted Boy di sekolah ini.
Baiklah...bagaimana tanggapanmu! Lirica!
Aku melirik Lirica, netra merah muda itu menatap ke arah Elgard. Lirica meremas sapu tangan yang ia pegang.
"Maaf kak Elgard, tapi sayang sekali aku tak bisa menjadi pacarmu."
Seketika, kelas menjadi hening.
Elgard menatap tak percaya kepada Lirica. Ia baru saja ditolak oleh seorang adik kelasnya.
"Ke-kenapa kamu menolakku?"
Elgard mencoba tenang, mungkin saja Lirica ini hanya malu-malu kucing.
"Kenapa?"
Lirica mengulang.
"Karena aku.."
Lirica mengulurkan kedua tangannya dan merangkulku.
"..merasa cukup dengan seorang teman yang akan selalu bersamaku."
Jujur saja, aku sedikit terkejut dengan cara Lirica menolaknya.
"Violet..cowok berengsek itu sepertinya melihat ke arahmu.."
Lirica berbisik di dekat telingaku. Aku segera mengarahkan pandanganku ke arah pandangan Lirica. Rupanya memang benar, Demond tengah menatap ke arah kami.
"Demond!"
Oya?
Ini suaranya anak kesayanganku.
Aku segera mengalihkan pandanganku ke arah Gabriel. Ugh, aku merasa sangat terganggu dengan penampilannya itu. Ya Tuhan! Jiwa untuk memperbaiki dirinya meronta-ronta dari dalam diriku.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's About Yuri Story
General FictionBerisi cerita-cerita pendek tentang yuri atau girls love. Warning! GL Area! Random Update!