Aku, Bella, dan Diana duduk dalam satu meja. Kami menikmati makanan kami dengan khidmat. Hingga suara Kevin dan Theodore menginterupsi waktu makan kami.
"Hai, apa kami boleh gabung? Masih banyak tempat kosong di meja kalian, kebetulan kita sekelas!"
Kevin muncul bersama Theodore sambil membawa nampan makanan mereka. Aku hanya menatap Bella dan Diana. Menunggu jawaban keduanya.
"Jika Frides mengatakan 'iya' maka kalian boleh bergabung."
Itu adalah keputusan Bella dan Diana. Dan sekarang, atensi ke empatnya mengarah kepadaku.
Kenapa bisa begitu?
Huft.
"Kalian boleh kok gabung."
Dengan nada yang lembut, mengalun keluar dari dalam mulutku. Dan dengan senyum ramah, aku menunjukkannya.
Kevin dan Theodore akhirnya duduk dihadapan kami.
"Terima kasih, Frides!"
Jangan keras juga ucapanmu bego.
"Wah, rupanya kalian berada disini."
Tiara, sekretaris kelas terlihat berdiri sambil memegang nampannya. Di sampingnya ada Sisil yang sedari tadi memelototiku.
"Sil, merem dong."
Nasihat Tiara.
"Tidak, Tia. Nanti Frides hilang lagi!"
Balas Sisil yang malah menciptakan kesimpulan yang baru.
"Frides, kamu benar-benar manusia, kan?"
Kevin bertanya dengan raut wajah yang serius.
Dengan nada yang lembut dan senyum ramah, kujawab pertanyaannya.
"Kalau bukan manusia, mana mungkin aku bisa melakukan kegiatan seperti yang manusia lakukan. Aduuh, Kevin, kamu pernah jadi tumbal proyek gak?"
Oh, yang terakhir itu aku hanya asal berbicara saja kok.
"Pertanyaanmu membuatku bulu kudukku langsung berdiri loh."
Kevin dengan senyum kakunya.
Sementara Tiara akhirnya duduk di hadapanku sementara Sisil sudah berada di samping Diana. Aku kan diapit oleh Bella dan Diana.
"Hei Diana, bisakah kita bertukar?"
Sisil dengan tiba-tibanya meminta kepada Diana.
"Tentu saja, T I D A K B O L E H!"
Diana dengan senyum pertahanannya.
Baiklah, abaikan saja mereka. Waktunya fokus ke makanan saja. Aku kembali memakan makananku dengan khidmat. Tapi ya, ada-ada saja jenis manusia yang mencari masalah.
Syur
Cairan berwarna coklat mengalir begitu saja dari atas kepalaku. Bukan hanya itu, ini jenis air es.
Rupanya aku disiram pop ice.
"Rakyat jelata penjilat sepertimu seharusnya tidak duduk dengan orang yang berada."
Suara arogan dari seorang gadis tiba-tiba terdengar. Aku tahu, dialah pelakunya. Aku bermaksud melihat seperti apa wajah dari sang pelaku. Dan ketika aku melihat seperti apa wajahnya..seketika aku jadi mengingat nama seseorang.
Kayla.
Wajahnya begitu mirip. Sikapnya pun begitu mirip. Di awal pertemuan, Kayla begitu arogan dan sombong. Maklum, dia adalah keturunan bangsawan di masa itu. Berbeda dengan Gloria yang netral dan lumayan pendiam.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's About Yuri Story
Ficción GeneralBerisi cerita-cerita pendek tentang yuri atau girls love. Warning! GL Area! Random Update!