Terjerat - 1

503 43 6
                                    

Pyar!

Teko berbahan kaca itu, baru saja terlempar keluar dari dalam rumah tetanggaku. Pasangan sesama jenis yang telah menikah itu. Terdengar menggelikan karena mereka memiliki hubungan yang toxic. Obsesi yang berlebihan, hanya berakhir menyakiti salah satu dari mereka. Sudah lama pertengkaran mereka menjadi tontonanku.

"Fuck you! Mending kita cerai saja! Dasar tukang selingkuh!" umpat sang wanita yang tengah memelototi pasangannya yang berada diluar rumah.

Sebenarnya itu mengganggu tetangga yang lainnya. Termasuk aku. Aku, Navila Delvia. Pertengkaran mereka sering terdengar. Sampai lempar-lempar barang rumah begitu. Betapa mengerikannya memiliki pasangan seperti itu. Dan hubungan keduanya telah berakhir hari ini.

"Yahh, tidak ada tontonan yang menarik lagi." gumamku dengan ekspresi malas.

Dan begitulah, rutinitasku kembali terasa monoton. Hingga sebulan kemudian entah angin darimana yang membuat mamaku memasak lebih.

"Vilaa! Turun dulu sini!"

Aku yang tengah enak-enaknya membaca sebuah novel langsung merasa malas. Meski begitu, kutinggalkan novel tersebut dan segera beranjak turun dari ranjang kesayanganku. Aku keluar dari kamar setelah rambutku yang berantakan terlihat lumayan rapi. Aku turun dan melihat mamaku tengah duduk di ruang tamu.

"Iya ma, kenapa?" tanyaku dan mama segera menoleh.

Ia langsung berdiri dan mengambil panci kecil yang sudah ditutupi. Dibawanya panci itu ke hadapanku, lalu mama sodorkan ke arahku.

"Nih, mama masak sup lebih hari ini, kamu bawain ke rumahnya tante Eri, ya ." ucap mamaku dan mau tak mau aku menerima panci kecil itu.

"Bawa doang kan?" tanyaku yang membuat mama berdecak.

"Sekalian nginep disana!" sahut mamaku yang sukses membuat kedua mataku melotot.

"Maa!" protesku dengan mata melotot.

"Udah sana! Sana!" usir sang mama yang membuatku jadi cemberut.

Tanpa basa basi aku langsung keluar dari dalam rumah. Kebetulan rumahku dan rumah tante Eri emang berdekatan. Cuman melangkah sebanyak 5 langkah dari luar pagar, udah sampai deh.

Ding dong

Bel rumahnya berbunyi ketika kutekan. Yah, kuharap tante Eri sedang ada di rumah dan segera membukakan pintu.

Ceklek

"Siapa?" tanyanya yang terkesan jutek dan pintu rumahnya tidak terbuka sepenuhnya.

"Saya tan, Vila." sahutku dan akhirnya pintu itu terbuka lebar.

Menampilkan sosok tante yang lumayan berantakan.

"Pasti belum mandi nih orang." pikirku.

"Mama masak lebih tadi, ini Saya bawain sup, tan." ujarku dan membuat tante Eri mengangguk paham.

"Yaudah, siniin pancinya, mau nunggu disini apa di dalam?" ucap tante Eri dan akhirnya memberikan opsi.

Tapi sayang, dua opsinya itu bukan pilihanku.

"Tante, Saya boleh milih nginap gak? Mama nyuruh Saya sekalian nginap tadi sebelum berangkat kesini." ucapku terlalu jujur membuat tante Eri terlihat heran.

"Hemm, masuk aja dulu deh, nanti Saya hubungin tante Amel buat mastiin." balas tante Eri dan akhirnya mempersilahkanku masuk ke dalam rumahnya.

Kulangkahkan kakiku ke dalam rumahnya dan kulihat ruang tamunya rapi. Padahal kan tadi sore dia sedang bertengkar kembali dengan mantan istrinya, entah apa lagi yang mereka jadikan permasalahan, harusnya kan dia ngamuk lah pas mantan istrinya udah pergi, berantakin seisi rumah gitu kayak di novel-novel drama, kan dia kelihatan kayak belum move on gitu.

It's About Yuri StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang