"Hueekk!!"
Muntahan yang meluncur layaknya air terjun.
Lirica tepar.
"Uhuk! Uhuk! Vi-Violet..aku tak menyangka kau setiap hari bekerja keras seperti ini."
Aku menyodorkan tissue ke arahnya. Lirica menerimanya dan menyeka sisa muntahan di bibir bawahnya.
"Minumlah."
Aku juga menyodorkan botol air yang isinya masih ada setengah.
Gluk Gluk Gluk
"Ahh~ Menyegarkan~"
Lirica mendesah lega, ia menutup permukaan botol dengan tutupnya. Kemudian menoleh dan menatap ke arahku.
"Kupikir kita sudah bisa lanjut. Katamu sudah dekat, bukan?"
Tanpa aba-aba Lirica mendekat dan langsung mengambil posisi di depanku.
"Kenapa malah di depan? Kan kita sudah tidak perlu kayak tadi?"
Bukan apa-apa. Aku hanya merasa ingin saja untuk menggoda Lirica.
Lihat, sekarang ia terlihat cemberut.
"Tadi? Menantang nyawa? Aku maunya seperti ini saja, rupanya lebih aman ketimbang di belakang!"
Dan sekarang posisinya sempurna dengan lengan yang melingkar di leherku. Wajahnya mendekat lalu berhenti di dekat leherku.
"Hah..baiklah. Berpeganganlah dengan baik."
Aku harus memastikan anak orang ini tidak terluka sekecil apapun.
Sepeda kami mulai bergerak, melintasi jalan setapak di sekitar hutan.
Sepanjang perjalanan hanya senandung dari mulut Lirica yang terdengar.
Hinga tanpa dirasa, kami sudah sampai di halaman rumahku.
Woff!! Woff!! Woff!
Anak manisku.
"Kyaaa!! Cherooo!!"
Lirica berteriak dengan gemas ketika melihat anak anjing itu datang.
Lirica segera turun. Dengan tak sabarannya ia mengeluarkan handphone. Mengambil gambar Chero dari berbagai sudut.
Cekrek! Cekrek! Cekrek!
Astaga!
Chero sepertinya tahu jika Lirica orang yang memiliki aura positif.
Aku segera mengajak Lirica untuk memasuki rumah. Ia mengikuti dari belakang sembari menggendong Chero layaknya bayi kecil.
Ceklek
"Silahkan masuk, anggap rumah sendiri."
"Permisi, maaf mengganggu."
Lirica dengan sopan memasuki rumah, ia melepas sepatunya lalu menaruhnya di rak sepatu. Lirica mengamati setiap detail dalam rumahku.
"Violet, aku tak menyangka akan melihat rumah seperti ini. Rasanya menenangkan ketika sudah berada di dalammya. Meski harus menempuh perjalanan yang sangat menantang adrenalin seperti tadi."
Woff! Woff!
Chero terlihat antusias. Ia berlari kesana kemari. Kemudian mengguling-gulingkan badannya di atas karpet bulu di depan perapian.
Aku mengajak Lirica ke dalam kamarku. Di dalam kamar aku mencarikan Lirica pakaian yang sekiranya pas dengan tubuhnya.
"Mandi dulu sana."
Kutunjuk pintu kayu yang dibaliknya adalah kamar mandi. Namun tak pernah terbayang olehku Lirica akan mengatakan sesuatu.
"Mandi bareng yuk!"
KAMU SEDANG MEMBACA
It's About Yuri Story
General FictionBerisi cerita-cerita pendek tentang yuri atau girls love. Warning! GL Area! Random Update!