"Bocah, lehermu kenapa?" tanya Rio selaku ayah Vila.
"Memangnya leherku kenapa pa?" tanya Vila balik dengan tampang yang polos.
"Itu, disisi kanannya ada bekas gigitan." jawab sang papa sambil menunjuk leher sisi kanannya sendiri.
"Ooh, habis digigit tante Eri semalam ini." sahut Vila lagi-lagi dengan tampang polosnya.
Sementara Rio terlihat membelalakkan kedua matanya.
Pyar!
Terlihat sebuah vas bunga berbahan keramik tergeletak dalam keadaan pecah. Sementara sang pelaku terlihat berdiri dengan raut wajah terkejut. Ya, sosok itu adalah Amel, ibu Vila.
Eh? Apa itu hal yang buruk sampai papa dan mama bereaksi seperti itu?
"Emm, emangnya itu buruk ya, pa, ma?" tanya Vila sedikit ragu.
Rasanya sebentar lagi kedua kuping Vila akan mendapatkan siraman panas dari mulut papa dan mama tercintanya.
Grep!
Amel segera menangkup wajah Vila dengan kedua tangannya.
"Anakku, kenapa seleramu begitu aneh? Paa, apakah ini salah mama karena membiarkan anak polos kita memasuki kandangan singa betina? Mengapa kesukaannya malah janda seperti Eri!" ujar Amel terlihat dengan ekspresi tak menyangka.
Sementara Rio segera menghubungi Eri.
"Eriii, kau dirumah kan? Cepat kemari! Kau harus tanggung jawab atas perbuatanmu terhadap anakku!" ucap Rio dan langsung memutuskan sambungan telepon.
Sementara Eri, yang tengah duduk di kursi kerjanya, langsung saja merapikan berkas-berkas yang terlihat menumpuk. Segera ia ambil tas kerjanya dan berjalan keluar dari dalam ruang kerjanya. Ekspresi Eri terlihat tak karuan usai mendapat telepon dari Rio.
"Lagian kan aku di kantor bukan rumah!"
Dan voilah~ Terlihat Eri tengah duduk berhadapan dengan kedua orang tua Vila, sedangkan Vila duduk di samping Eri dengan tampang polosnya. Rio terlihat menampilkan wajah sangarnya layaknya sang preman. Sementara sang ibu terlihat santai padahal dalam hati, Amel sangat ingin menjambak rambut Eri.
"Ehem!"
Rio berdehem pertanda pembicaraan panjang akan segera dimulai.
"Eri, apakah anda seorang pedofil?"
Amel bertanya dengan bahasa formal disertai senyum lembut namun menyiratkan senyuman iblis.
Glek
Tiga orang dalam ruangan tersebut secara spontan meneguk ludah mereka.
"Tidak mungkin saya seorang pedofil."
Cling!
Gantian Vila yang menatap tajam ke arah Eri. Membuat Eri entah kenapa jadi memproduksi keringat dingin.
"Papa, mama. Bisakah aku pacaran dengan tante Eri?"
Pertanyaan yang sangat to the point. Membuat tiga orang dalam ruang tersebut langsung menatap ke arah Vila.
"Vila, anakku tersayang~ Coba bilang ke mama, apa yang kamu lihat dari Eri sampai kamu ingin pacaran dengan tante Eri?"
Dengan suara lembut, senyum yang tak kalah lembut namun menyembunyikan sisi iblisnya. Amel menanyakan hal tersebut langsung ke arah Vila.
"Sesuatu, yang membuatku ingin pacaran dengan tante Vila?"
Vila bergumam, lalu menoleh dan menatap Eri yang juga menatap ke arahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's About Yuri Story
General FictionBerisi cerita-cerita pendek tentang yuri atau girls love. Warning! GL Area! Random Update!