I'm Not Kids! 1

545 42 4
                                    

Aku memutuskan untuk berkuliah. Dan betapa beruntungnya aku, diterima di salah satu kampus di Inggris. Usai larut dalam perasaan bahagia, aku mulai mengurus berbagai hal. Mulai dari berkas-berkas yang kuperlukan. Pakaian. Beberapa buku yang akan menemaniku disana. Sayangnya tidak akan ada lagi kiriman logistik, seperti yang biasa orang tuaku lakukan ketika aku bersekolah di kota.

"Jaga dirimu baik-baik disana, nak. Jangan bergaul sembarangan!"

Aku mengangguk mengiyakan nasehat ayahku. Keduanya terlihat begitu sedih melepas kepergianku. Tapi yah, aku harus tetap pergi.

"Ayah, ibu, aku berangkat, ya. Aku akan menghubungi kalian jika sudah sampai disana."

Aku pamit tak lupa mencium punggung tangan kedua orang tuaku. Aku semakin jauh dari mereka lalu menaiki tangga yang terhubung pada pesawat. Memasuki pesawat dan duduk pada kursi yang telah tersedia. Aku berada di kelas ekonomi. Meski begitu aku senang, semua biaya ditanggung oleh pihak kampus. Karena aku mendapat beasiswa, maka aku tidak perlu terlalu khawatir akan kehidupanku disana.

"Bye Indonesia, welcome Inggris."

Dan begitulah aku mengucapkannya lalu pesawat lepas landas, meninggalkan bandara Soekarno-Hatta.

Selama dalam pesawat aku terdiam. Lama kelamaan aku merasa mengantuk, dan akhirnya tidur.

Setelah beberapa lama, akhirnya pesawat mendarat dengan lancar di bandara. Aku mengikuti setiap arahan yang pramugari berikan.

Aku menarik koperku dan rasanya sedikit memusingkan. Mereka tinggi-tinggi. Aku serasa seperti anak Sekolah Dasar yang lagi nyasar diantara kerumunan.

"Cih, faktanya umurku sudah 18 tahun."

Aku berjalan mengikuti beberapa rombongan. Firasatku mengatakan, bahwa mereka memiliki tujuan yang sama denganku. Menuju jalan keluar dari bandara. Dan firasatku memang benar, haha!

Aku sudah menyiapkan sekitar 200 dollar uang, untuk jaga-jaga. Karena kami mahasiswa dari luar negara tidak dijemput oleh pihak kampus. Dibiayai saja sudah termasuk beruntung.

Aku segera menghentikan satu taksi yang tak jauh dari posisiku. Aku merasa sedikit gugup karena sopir taksinya menatapku seperti anak perempuan yang sok-sokan kabur dari rumahnya.

"Bisakah anda mengantar saya ke alamat ini?"

Aku bertanya dalam bahasa Inggris sambil menyodorkan sebuah kertas berisi alamat kampus tujuanku. Sang sopir terlihat terkejut, tak mau menunggu lama, aku juga menyerahkan kartu identitasku untuk meyakinkannya.

Sopir itu mengiyakan permintaanku. Ia keluar dan mengambil koperku satu-satunya lalu menyimpannya di bagasi mobil.

"Silahkan masuk, nona kecil."

Ugh.

Dia memperlakukan layaknya anak kecil, bahkan sampai membukakan pintu. Tapi, baiklah, daripada lebih lama disini?

Aku langsung masuk dan sopir itu segera memasuki mobil juga dan mulai menjalankan mobil tersebut.

"Jadi..anda datang kemari karena anda diterima di kampus xxx?"

"Ya, paman."

Biarkan saja kupanggil seperti itu. Dia menganggapku anak kecil juga.

"Anda berasal dari negara mana?"

"Saya dari Indonesia."

Sopir itu hanya ber 'oh' ria saja usai mendengarnya.

"Saya dengar-dengar orang Indonesia itu adalah orang yang ramah."

It's About Yuri StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang