Kana menatap winda dengan tatapan penasaran saat ngeliat cewek bercadar ini ada diruangan kerjanya , meski salah satu suster udah bilang kalo ada keluarga pasien yang mau konsultasi sama dia , dia sama sekali gak tau kalo keluarga pasien yang dimaksud suster itu si winda , cewek yang pernah ditolak aga jadi jodoh lakinya itu karena aga tidak menemukan kecocokan antara dirinya dan winda .
" winda kan ya ? katanya suster riri kamu mau konsultasi ya ? " tanya kana bersamaan dengan dirinya duduk dikursinya , denger pertanyaan kana yang tanpa basa – basi , anak pemilik pondok pesantren ash – shiddiq ini nganggukin kepalanya
" iya na , udah dua minggu abi aku sakit di bagian dada , sesak nafas kayaknya , kalo bisa tolong kamu coba periksa dulu ya " kalimat yang kedengerannya lebih seperti permintaan itu keluar dari mulut winda , alasan inilah yang membuat dia sampe mendatangi rumah sakit mewah ini , kalo bukan karena ayahnya sakit , winda gak akan mau bertemu muka sama kana
" maaf win , aku bukan spesialis jantung , tapi spesialis syaraf , jadi sebaiknya kamu konsultasi sama dokter yang menangani masalah jantung , kebetulan dokter aria ada kok hari ini , jadi kamu bisa langsung ke ruangan beliau " saran kana barusan ternyata belom bisa diterima baik dengan sel – sel otaknya winda
" kamu gak mau bantu periksa ? kamu itu dokter , seharusnya kamu mau membantu " tanpa kana sangka – sangka , suara winda terdengar sedikit meningkat , biarpun udah diseru begitu , kana nyoba buat gak terpancing emosi sama sekali
" aku bukannya gak mau bantu , tapi aku gak bisa bantu , meriksa jantung itu bukan bagian dari bidang aku . kamu kira semua dokter di dunia ini cuma menangani sakit jantung aja ? kamu gak tau kalo ada dokter spesialis jantung di dunia ini ? kalo aku nyaranin kamu ke dokter aria , itu karena dokter itu yang tau masalah sakit jantung atau sebangsanya . kalo kepala atau syaraf – syaraf di badan abi kamu sakit atau ada masalah , baru aku bisa bantu " dengan sabar kana ngejelasin perkara ini sama winda ,
Setelah sempat terdiam beberapa saat , akhirnya winda nganggukin kepalanya dan berpamitan dari sana , kini winda berhadapan sama dokter aria , dokter blasteran jawa – spanyol ini nyatat poin – poin penting dari semua yang dijelasin winda . sementara itu , kana ngehela nafas dan meremin matanya , baru aja beberapa detik matanya terpejam , kana ngebuka matanya lagi karena dia denger ada ketokan dipintunya , belom sempat dia mau nanya
" habibah ? lagi ada pasien ya ? " tanya aga yang baru aja ngebatalin niatnya buat masuk keruangan kerjanya ,
" gak kok bib , masuk aja " sadar kalo barusan aja lakinya yang ngetokin pintu , si dokter spesialis syaraf ini beranjak dan ngebukain pintu buat aga ,
" habibi tadi ketemu winda , dia bilang abinya sakit , sebelom pulang nanti kita jenguk ya " ajak aga sambil duduk dikursi didepan meja kerja istrinya , posisi mereka saat ini malah mengingatkan mereka sama situasi kana pertama kali datang kesini , berniat ngelamar kerja jadi dokter dan berujung harus ngelewatin masa pelatihan selama satu tahun .
" mesti dibawain makanan gak bib ? "kana bertanya karena setau dia kalo jenguk orang sakit , paling tidak dibawain makanan , itu pun untuk sekedar nyenengin pasien .
" terserah habibah aja mau bawain makanan atau nggak , kalo mau ya bawain aja , kalo gak juga gak apa – apa , tapi maaf habibi gak bisa ikut nemenin , soalnya bentar lagi habibi ada operasi transplantasi batang otak salah satu pasien habibi " katanya aga bersamaan dia ngulurin kunci mobil BMW I8 miliknya ke kana , seakan paham sama apa yang dibilang sama suaminya , kana langsung mengangguk dan menerima kunci mobil suaminya itu
" syukran ya habibi " jawaban kana sukses ngebuat aga tersenyum – senyum dan juga mengecup cepat bibir istrinya ini lalu berpamitan keluar dari ruangan kerja bininya ini . sedangkan kana cuma bisa ngegelengin kepala ngeliat kelakuan suaminya ini .
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boss My Husband
RandomKana , si calon dokter spesialis syaraf yang awalnya dilatih selama setahun oleh aga , si pemilik rumah sakit dimana kana melamar bekerja , tidak menyangka bakal dinikahi oleh dokter yang melatihnya .