" winda udah gak ada "
Baik kana maupun aga sama sekali tidak menyangka akan mendapatkan berita seperti ini dari kareena ketika keduanya baru saja tiba dirumah sakit PrIH , keduanya memang baru tiba di jakarta kemarin sore setelah satu bulan berada di arab saudi . kedua dokter dengan bidang spesialis yang sama ini saling menatap satu sama lain . aga dan kana tidak perlu bertanya lebih lanjut apa yang dimaksud dengan kalimat " winda udah gak ada " itu ,
" innalillahi wainna ilaihi raji'un , lo tau dari mana emang ?" tanya kana sembari mengulurkan paperbag yang berisi berbagai macam cokelat khas arab yang memang dia dan aga beli di madinah pada kareena , tentu saja kareena kegirangan karena mendapatkan cemilan favoritnya itu dari kana yang baru saja pulang dari melakukan ibadah haji
" kemaren gua diminta buat ngecek jenazahnya winda di rumah sakit " jawaban kareena kembali membuat aga dan kana terdiam dan saling menatap satu sama lain , otak encer milik aga segera saja menyimpulkan kalau winda meninggal tidak secara alami , karena orang yang meninggal secara alami wajar , pasti tidak akan dibawa kerumah sakit .
" maksud lo dia bunuh diri ? " sekarang giliran aga yang bertanya , pertanyaan aga barusan menimbulkan dua reaksi yang berbeda , ketika kareena menganggukkan kepalanya tanda membenarkan kesimpulan aga , kana malah menatap suaminya ini dengan tatapan terkejut .
" iya , gua juga sempet ngeliat jenazahnya , ada luka goresan pisau di pergelangan tangannya , terus , kata dokter forensik yang meriksa jenazahnya , pergelangan tangannya itu nyaris putus " penjelasan kareena membuat aga juga kana kompak menggelengkan kepalanya , baik aga maupun kana tidak habis pikir kenapa winda memilih bunuh diri .
Tidak cuma aga yang masih saja terdiam setelah mendengar berita meninggalnya winda dari kareena , kana pun juga terdiam , niat kana untuk berada disini lebih lama terpaksa batal , mengingat kalau sekarang ini sudah jam setengah sembilan , artinya setengah jam lagi , kegiatan visit rutin sebentar lagi akan dilakukan , setengah terpaksa , kana akhirnya berpamitan pada suaminya untuk pergi ke rumah sakit IRH yang sudah resmi beroperasi selama satu bulan satu minggu
" habibi , udah jam setengah sembilan , habibah pamit berangkat ya " sambil beranjak dari sofa dan berjalan menuju suaminya yang sudah duduk di kursi putar yang sudah satu bulan tidak diduduki oleh pemiliknya ini , lamunan aga tentang kabar meninggalnya winda segera buyar , refleks si dokter ini menoleh dan menganggukkan kepalanya
" iya habibah , hati – hati ya habibah , nanti malam kita takziah kesana ya " aga yang melihat istrinya beranjak dari sofa yang sejak setengah jam lalu diduduki langsung saja mengajak perempuan ini untuk takziah , kana yang mendengar ajakan takziyah di pondok pesantren Ash – Shiddiq , tepatnya di rumah ustad aris dan ustadzah retni .
Tanpa mengulur waktu lebih lama disini karena dia cuma punya waktu sekitar dua puluh tujuh menit lagi , kana segera berjalan menuju lift yang ada diujung lantai dua ini , setelah melewati sepuluh ruangan praktek dokter , akhirnya kana sudah berada didalam lift yang sudah langsung terbuka . si dokter spesialis syaraf ini pun segera menekan tombol close dan juga tombol Lobby . kurang dari tiga menit , kana sudah sampai di lobi dan segera saja berjalan menuju mobilnya yang terparkir disamping mobil aga .
Berpindahnya lokasi kerja kana dari PrIH menuju IRH , membuat aga tidak lagi bisa satu mobil dengan istri tercintanya itu , seiringan dengan kakinya yang semakin mendekat kearah mobil , kana segera mengeluarkan kunci mobil BMW M8 . empat menit kemudian , mobil rakitan jerman ini melesat meninggalkan rumah sakit PrIH dan menuju rumah sakit IRH yang jaraknya cukup dekat , tepat jam delapan lewat empat puluh lima , BMW M8 ini sudah terparkir di parkiran khsusu dokter .
" dokter kana , tunggu dulu dok " suara salah seorang suster yang berdiri di balik meja resepsionis menginterupsi langkah kaki kana , sebelum si dokter ini bergerak menuju meja resepsionis , si suster yang bernama yanita ini sudah lebih dulu menghampiri beliau
" ada apa sus ? " dengan tatapan heran , kana bertanya pada si suster ini , sembari menjawab pertanyaan kana barusan , si suster ini mengulurkan dua berkas yang kelihatan masih baru , kana tidak perlu bertanya , dirinya sudah tahu kalau berkas itu merupakan berkas milik pasien baru
" ini berkas registrasi pasien yang baru dok , tadi jam delapan udah daftar lewat aplikasi " si suster yanita ini segera menjelaskan pada kana kalau ada dua pasien yang mendaftar melalui aplikasi khusus yang baru saja dibuat , kana mengulas senyum dan menganggukkan kepalanya .
" makasih ya sus " sembari mengucapkan terima kasih , kana kembali berjalan menuju lift untuk tiba dilantai tiga . begitu arlojinya menunjukkan angka sembilan tepat , kana segera saja memulai kegiatan morning – visit pada beberapa pasien yang berada dibawah tanggung jawabnya .
Setelah memeriksa delapan pasien yang mengalami berbagai macam penyakit syaraf , kana langsung kembali ke ruangannya , setibanya disana , si dokter ini segera memeriksa dan memasukkan satu persatu data pasien barunya ini di website khusus dokter spesialis . bersamaan dengan selesai kana memasukkan data pasien barunya , dia mendengar suara ketukan pada pintu ruang prakteknya yang terbuat dari kaca doff ini , sembari menyimpan data pasien yang baru , kana pun mengizinkan pasiennya untuk masuk ke ruangannya .
" selamat pagi dok , apa kabarnya dok ? " si pasien ini dengan ramah menyapa si dokter spesialis syaraf ini , kana yang disapa ramah seperti itu pun mengangguk sambil membuka soft – file catatan medis milik si pasien yang sudah pernah memeriksakan penyakitnya pada kana pada minggu kedua kana bekerja di rumah sakit IRH ini
" saya kabarnya baik , ibu sama si adek gimana kabarnya ? " kana kembali menanyakan kabar pasiennya yang baru berusia dua belas tahun ini , mungkin dikarenakan pembawaan kana yang memang ramah , hangat , cepat akrab dan semi keibuan ini , pasien rawat jalannya ini pun menjawab pertanyaan kana dengan ramah
" baik juga dok , bulan kemaren dokter lagi gak kerja ya ? " si pasien yang segera bersiap – siap untuk melakukan pemeriksaan rutin untuk penyakit neuropati perifer yang dia derita sejak satu bulan kemarin , kana mengulas senyum dan menganggukkan kepalanya untuk merespons pertanyaan si pasiennya ini
" iya , saya bulan kemaren naik haji sekalian liburan sama pak dokter , jadinya bulan kemaren saya gak kerja " lagi – lagi dengan ramah kana menjawab pertanyaan si pasien ini sembari memulai kontrol rutin pada pasien ini . sesi kontrol rutin ini berlangsung cukup cepat , hanya berlangsung selama satu jam .
" obat yang saya kasih kemarin sudah diminum habis ? " kana bertanya sambil menggerakkan kesepuluh jemarinya diatas keyboard untuk mengetikkan sesuatu , sembari mengajukan beberapa pertanyaan , kana terus saja mencatat pemeriksaan yang baru saja dia lakukan tadi pada si pasiennya ini
" udah dok , udah saya minum habis " dengan nada yakin si pasien yang baru saja menjalani proses kontrol rutin ini pun menjawab pertanyaan yang diajukan kana , karena dia memang meminum semua obat yang diberikan kana secara rutin tiga kali sehari selama satu bulan .
Kana tidak langsung memberi respons apapun pada jawaban pasiennya ini , melainkan dia memperhatikan dulu layar laptopnya saat ini selama beberapa saat , setelah sempat terdiam selama beberapa menit lamanya , dikarenakan hasil pemeriksaan rutin yang baru ini ternyata masih sama dengan pemeriksaan yang lama , akhirnya kana memutuskan untuk tetap memberikan obat yang sama pada si pasiennya ini . sambil menjelaskan hasil pemeriksaan rutin yang dia lakukan pada pasien rawat jalannya ini .
" karena hasil pemeriksaannya masih sama , jadi obatnya masih dilanjut aja ya , tapi juga kayaknya ada beberapa jenis makanan yang kamu gak boleh makan sampai penyakit kamu ini pulih ya " jelas kana sembari menuliskan resep obat pada ipad khusus dokter spesialis yang bekerja di rumah sakit IRH ini , setelahnya si dokter ini langsung mengirimkan resep obat itu pada bagian apotek di lantai dua puluh delapan , bersamaan dengan mereka menganggukkan kepala masing – masing , ibu dan anak ini segera berpamitan keluar dari ruang praktek kana .
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boss My Husband
RandomKana , si calon dokter spesialis syaraf yang awalnya dilatih selama setahun oleh aga , si pemilik rumah sakit dimana kana melamar bekerja , tidak menyangka bakal dinikahi oleh dokter yang melatihnya .