CHAPTER 7

7K 368 2
                                    

Camille terdiam sepanjang perjalanan menuju bandara. Hari yang ditakutinya pun datang. Ayahnya akan pulang kembali ke Indonesia.

"Tidak usah terlalu dipikirkan, Cam. Kau pasti bisa tinggal disini sendiri. Telepon lah Mom dan Daddy jika ada apa - apa, atau tante Abby" ayahnya berusaha menenangkannya.

"Hmm baiklah. Kau percaya padaku kan?"
"Tentu saja" ayahnya tersenyum lalu membelai rambut putri sulungnya.

Kini keduanya sudah sampai. Perasaan Camille pun bercampur aduk saat akan ditinggalkan ayahnya itu. Antara sedih karena akan berpisah, dan senang karena ia akan tinggal sendirian dan tidak ada yang mengawasinya lagi.

"Jangan rusak kepercayaan ku, Cam. Jaga diri baik - baik. Kalau ada perlu sesuatu hubungi saja Dad, oke?"

Camille langsung memeluk ayahnya itu. Ayahnya pun mengelus bahu putrinya itu. Ia tahu kalau Camille akan baik - baik saja.

"Hati - hati, Dad"

"Hmm. Dah"

Ayahnya melepas pelukannya kemudian tersenyum dan pergi.

Camille melambaikan tangannya. Ia langsung keluar dan kembali ke mobilnya. Buru - buru ia meninggalkan bandara itu dan kembali ke apartemennya. Ia tidak mau berlama - lama sedih melihat ayahnya yang pergi itu.

Sesampainya di apartemen, Camille langsung membuat susu cokelat hangat. Ponselnya bergetar saat hendak berdiri.

"Hallo?"

"Hei Cam! Apa kau sedang di apartemen?" Tanya laki - laki lawan bicaranya itu. Camille tidak mengenal nada bicaranya.

Edwin? Shane? Bukan keduanya.

"Engg, siapa ini?" Tanyanya

"Aku Jaden. Tadi aku meminta nomor telepon mu lewat Chloe"

Ternyata Jaden.

"Aah Jaden rupanya. Ya, aku baru saja pulang mengantar Dad. Kau akan kesini?"
"Ya, dimana apartemenmu?" Camille menjelaskan letak apartemennya.

"Yaya aku mengerti. Aku kesana sekarang"
"Oke. Dah"

Camille menutup teleponnya.

Ia langsung berjalan menuju dapurnya dan membuat susu cokelat dua gelas.
Lalu ia membuat makanan untuk ia makan bersama Jaden nanti.

Tak lama pintu apartemennya diketuk. Camille melangkah dan membukanya.

Jaden sudah berdiri disana.

"Masuklah" ajak Camille.

Laki - laki itu pun langsung masuk dan duduk di ruang keluarganya.

"Kau sedang apa?"
"Aku membuat makanan sebentar. Tidak enak jika ada tamu tetapi tidak ada yang dihidangkan" Kata Camille agak keras dari dapur.

Jaden hanya diam sambil mengamati ruangan apartemennya itu. "Kemarilah, ayo kita makan" Laki - laki itu berjalan menuju dapurnya.

Sudah ada cream sup, susu cokelat, dan telur mata sapi di atas meja makannya.

Jaden langsung mengambil posisi.
"Kau pandai memasak rupanya" puji Jaden sambil tersenyum ke arah Camille.

"Tidak juga. Makanlah. Bill nya menyusul" Jaden hanya tertawa.
"Kenapa kau tiba - tiba ingin kemari?"

Camille meniup supnya yang masih panas itu.

"Aku tahu kau pasti merasa sedih saat kepulangan ayahmu. Jadi kupikir lebih baik kesini untuk menghiburmu sejenak."
"Chloe tau kau kemari?"
"Tentu saja. Kau takut sekali, ya"
"Hmm kupikir ia tidak tahu. Aku tidak mau dia salah paham saja. Oh ya, kau belum menceritakan padaku bagaimana kehidupanmu yang sekarang" Jaden masih mengunyah makanannya.

PAYBACKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang