CHAPTER 17

5.5K 327 2
                                    


Camille bangun dari tidurnya karena penciumannya itu sangat tajam terhadap makanan. Bau makanan sampai ke kamarnya. Ia mengingat - ingat kembali, dan kemungkinan masakan ini berasal dari dapur.

Setelah nyawanya terkumpul, gadis itu bangun dan berjalan keluar kamarnya. Benar, Olive sudah berdiri di dapurnya menyiapkan makanan. Di meja makan sudah tersedia roti isi, dan susu putih.
"Wah, kau pandai memasak ya rupanya" puji Camille sambil mengambil segelas air putih.

Olive langsung menoleh ke arahnya lalu kembali pada masakannya.

"Ya aku ingin membalas kebaikanmu karena sudah mengizinkanku tinggal disini"
"Sebenarnya tidak perlu, aku kan tulus membantumu. Baiklah kalau begitu, aku mandi dulu" ujar Camille meletakkan gelasnya dan berjalan menuju kamar mandi.

Setelah selesai mandi dan berpakaian, Camille langsung pergi ke dapurnya lagi. Olive sudah duduk disana menunggunya sambil memainkan ponselnya.

Saat menyadari Camille datang, ia langsung meletakkan ponselnya itu dan mengajak gadis itu makan bersama.

"Roti isi ini kesukaan adikku, kuharap kau menyukainya juga" Olive mulai melahap roti isinya itu.

"Hmm ini memang enak, kau sepertinya ahli membuatnya" puji Camille.

"Tidak juga, sejak diajarkan ibuku, aku jadi suka membuat ini sendiri. Setidaknya mengenang kalau dia sudah tiada"
Camille langsung terdiam dan menatap Olive. "Maaf, ibumu sudah meninggal?" Tanyanya berhati - hati.

"Ya, dua tahun yang lalu. Tak apa, aku tahu kau pasti akan turut sedih" Camille langsung mencerna kalimat Olive.

Dua tahun yang lalu? Seketika ia sadar, kalau wanita yang duduk di sebelah Shane saat rapat di televisi waktu itu adalah dirinya.

Jadi dia adalah Olivia Bradley? Kakak Shane? Nafsu makannya langsung hilang.

"Apa kau adalah Olivia Bradley?" Camille memberanikan diri bertanya pada wanita yang ada di depannya itu.

Lalu Olive hanya tersenyum dan mengangguk.

Astaga, Camille baru menyadarinya sekarang.

"Kau baru mengetahuinya, ya?" Olive seakan - akan membaca pikiran Camille saat ini.

"Eh iya" jawab Camille langsung canggung.
"Tak apa - apa. Maaf aku tidak memberitahumu nama lengkapku sebelumnya. Aku hanya tidak ingin orang lain merasa canggung padaku"
"Pantas saja wajahmu sepertinya tidak asing, ternyata kau adalah kakak dari salah satu teman di kelasku"
"Kau? Sekelas dengan Shane?"
"Ya. Dia bahkan duduk di belakangku" jawab Camille sambil berusaha menghilangkan rasa canggungnya itu.

"Oh begitu. Bagaimana sikapnya jika di sekolah?" Sepertinya kakaknya itu mulai ingin mengetahui kelakuan adiknya.

"Dia sangat dingin pada orang asing, nada bicaranya sedikit kasar, dah teman - temannya hanya Jullian dan Edwin. Tapi aku percaya, pasti dia sebenarnya sangat baik" Camille langsung teringat laki - laki itu.

"Ya, sebenarnya ia dulu tidak begitu. Seperti yang kau ketahui ibuku meninggal dua tahun lalu, dan itu juga memberikan perubahan pada Shane. Ia menjadi seperti ini, dan kebetulan disaat yang hampir bersamaan ia juga kehilangan sahabatnya" Tiba - tiba Camille teringat Jaden.

Ternyata Olive pun tahu kalau adiknya itu dekat dengan Jaden.

"I see. Aku tahu benar bagaimana rasanya. Mungkin kalau aku jadi dia, aku bahkan akan bertindak lebih parah" sahut Camille lalu tersenyum. "Oh ya, biarkan aku saja yang membereskan semua ini. Kau istirahat saja, tadi kau mungkin lelah sudah membuat sarapan ini" tambahnya. "Baiklah" sahut Olive lalu tersenyum pada gadis yang ada di depannya itu.

PAYBACKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang