CHAPTER 31

4.1K 247 0
                                    


Camille bangun dari tidurnya. Pukul berapa sekarang? Dengan cepat ia melihat ke arah jam tangannya.  

"Ah, kupikir aku terlambat" lalu ia menatap ke sekelilingnya. Ia baru ingat kalau dia sedang berada di dalam tenda yang dibuatkan oleh Shane semalam.

Camille tersenyum lagi dan segera bangun. Ia melangkah ke dalam, dan dilihatnya Shane sudah sibuk di dapur. Perlahan ia melangkahkan kakinya ke dapur.

"Kupikir kau sudah pulang" Camille mulai duduk di meja makan. "Tidak. Aku masih bingung akan membuatkanmu apa untuk sarapan" jawab Shane sambil menunduk melihat ke dalam kulkas.

Camille berdiri dan menuju pintu kulkas itu. Dagunya di letakkan di atas pintu kulkas tersebut dan melipat kedua tangannya sambil terus memandang laki - laki yang sedang berpikir sambil tersenyum. "Memangnya kau bisa memasak?"
"Jangan meragukan keahlianku. Siapa tahu aku bisa memasak lebih enak daripada daging berlumpur mu waktu itu" katanya sambil mengambil beberapa bahan dari dalam kulkas. Camille hanya tertawa pelan lalu kembali berdiri.

Lalu Shane mulai memotong bahan - bahan yang tadi sudah diambilnya. "Apa kau akan bertanggung jawab dengan tendaku yang berantakan itu?"
"Ya, nanti aku akan menyuruh asistenku untuk merapikannya. Kau pergilah membersihkan diri sana" Camille menurutinya dan segera menuju kamar mandi.

10 menit kemudian ia sudah berpakaian rapi. Tapi saat keluar dari kamarnya, ia tidak melihat Shane di dapurnya. Namun, makanan sudah disajikan di atas meja makannya. Matanya mendapati secarik kertas yang ada diujung meja. Camille segera mengambilnya.

'Makan yang banyak. Aku tidak mau kau mati saat berada di sekolah nanti. Maaf tidak bisa menemanimu sarapan. Aku juga seorang murid yang harus mempersiapkan diri ke sekolah' bibirnya mengembang lagi. Ya tuhan, laki - laki ini benar - benar membuat senyumanku terus mengembang semalaman! katanya dalam hati.

Rasanya Camille ingin bersyukur telah mengenal Shane.

Akhirnya gadis itu mulai duduk dan menikmati masakan laki - laki kesayangannya itu.

Di tengah - tengah pelajaran, tiba - tiba Edwin di panggil keluar kelas oleh Ms. Aubrey, guru musik di Mc. Kenzie. Sontak seluruh mata para murid di kelasnya langsung menoleh ke arah laki - laki yang sudah berjalan itu. Shane tidak heran kalau Edwin dipanggil oleh gurunya itu. Ia benar - benar pemusik yang tenar di sekolahnya.

15 menit kemudian, Edwin kembali tanpa masuk ke dalam kelas. Ia langsung meminta izin pada Mr. Clarkson yang mengajar di kelas untuk memanggil seseorang.

"Aku minta maaf karena mengganggu sebentar, Camille Anderson. Bisakah kau ikut padaku sebentar? Ms. Aubrey memintamu datang" Camille kaget.

Kenapa namanya yang disebutkan?

Kali ini seluruh murid gantian memandanginya. Tak lama terasa kursinya ditendang dari belakang. Camille berbalik.

"Kenapa diam saja? Pergilah. Asal jangan berani kau macam - macam dengan Ed. Kau baru saja membuatku sebagai laki - laki paling bahagia semalam" kata Shane datar. Camille hanya memasang wajah kesal lalu mulai berdiri. Ia melangkah keluar bersama Edwin sekarang.

"Kenapa Ms. Aubrey ingin menemuiki?"
"Apa kau bisa memainkan gitar?"
"Ya, kenapa?"
"Syukurlah. Aku asal menyebutmu saja tadi di kantor kalau kau bisa memainkan gitar" kata Edwin lega.
"Bisa - bisanya, kau pasti sangat lega sekarang. Ada apa memangnya?" Camille masih penasaran.
"Akan ada acara pentas seni dua minggu lagi dan Ms. Aubrey memintaku untuk berduet gitar. Aku langsung asal menyebutkan kalau kau bisa memainkan gitar" Camille mengangguk tanda mengerti.

"Bagaimana kemarin? Apa kau sudah bertanya pada Sally?"
"Aku bahkan bertemu dengan Tuan Keith langsung"

Edwin menghentikan langkahnya. Ia menoleh ke arah gadis itu.

PAYBACKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang