CHAPTER 11

5K 329 0
                                    


Shane sudah menyetir mobil menuju rumahnya. Semalam ia menginap di apartemen Camille. Ia malas tidur di rumahnya yang besar itu sendirian.

Ayahnya juga belum pulang dari pekerjaannya, jadi tidak ada yang akan mengetahuinya.

Mobilnya ia parkir di depan rumah karena ia akan pergi lagi untuk berangkat sekolah. Lalu ia memasuki rumahnya itu.

Saat sedang melewati ruang makan, Shane terkejut melihat siapa yang sudah duduk disana menikmati sarapan pagi.

Ayahnya sudah pulang. Entah kapan, tapi yang pasti ia sudah ada di meja makan sekarang.

Shane yang melihatnya hanya menoleh sebentar lalu terus melanjutkan jalannya menuju kamarnya.

"Darimana saja kau? Tidak pulang semalaman? Ini kah yang kau lakukan selama kutinggalkan?"

Suara ayahnya itupun langsung terdengar. Shane langsung tidak jadi melangkah, ia berhenti disana.

"Bukan urusanmu. Aku tidak pulang juga baru hari ini. Jangan kaget begitu"
"Beginikah calon penerus Bradley? Pulang pagi tidak tahu waktu" suara ayahnya yang dingin itu mengganggu telinganya.

"Ah jadi kau mengkhawatirkanku? Kupikir kau sudah tidak peduli. Dari dulu kau bahkan tidak pernah peduli padaku, dan baru sekarang kau mengkhawatirkan ku seperti ini. Oh mungkin karena kepergian ibu, ya?"
"Kau jangan menganggap sekarang sedang berbicara dengan temanmu"
"Tidak, aku tidak menganggap seperti itu. Kau masih kuanggap sebagai ayahku. Ayah yang telah membesarkanku dengan kasih sayang berupa materi" jawab Shane sinis lalu berjalan meninggalkan ayahnya menuju kamarnya.

Ia masih harus pergi ke sekolah sekarang. Ayahnya hanya diam mendengar perkataan putranya itu.

***

Camille duduk di bangku panjang yang ada di taman belakang. Sebenarnya ia tidak sedang sedih. Hanya ingin duduk disana karena susananya sangat menenangkan.

Lalu Edwin datang tanpa sepengetahuannya. Ia langsung duduk di sebelah gadis itu.

"Kau sedang sedih?" Edwin bertanya dengan hangat seperti biasa.

"Tidak, aku hanya senang pergi kesini. Sangat tenang"
"Ohh. Oh ya, temanmu yang waktu itu. Kau sudah lama mengenalnya?" Tiba - tiba Edwin membahas itu.

"Ya, dulu ia tinggal di Indonesia dan sudah menjadi sahabatku sejak di bangku kelas satu. Bukannya aku sudah bilang padamu? Kenapa kau tiba - tiba membahasnya?"
"Tidak. Tidak apa - apa. Datanglah hari sabtu ini ke rumahku. Aku mengadakan acara ulang tahun. Kau tahu kan dimana rumahku?" Edwin mengalihkan.

"Tentu saja. Aku pasti datang"
"Kau memang harus datang. Ngomong - ngomong masalah tempat ini, sepertinya kau juga punya hak milik, ya? Kulihat beberapa kali kau duduk disini. Dan sepertinya Shane tidak merespon apa - apa" Edwin tersenyum pada gadis itu.

"Ah tidak. Aku suka sekali tempat ini. Memang benar, kalau ia memarahiku dia akan kuhabisi. Enak saja melarang orang lain duduk disini. Ini kan tempat umum?"
"Kau ini. Aku senang sekali karena kau berani padanya. Apalagi kau seorang perempuan, mungkin kau the one and only yang berani menantangnya" Edwin mengelus kepala gadis itu.

Camille langsung terkejut melihat perlakuan itu. Hatinya seperti sedang berbunga - bunga saat laki - laki yang ia sukai itu memperlakukannya seperti itu.

"Shane sebenarnya baik, ia hanya dingin itu saja. Entahlah, apa memang seperti itu kelakuannya sejak kecil?"

Camille mulai ingin mengetahui lebih banyak tentang Shane pada Edwin. Ia tahu pasti Edwin mengetahui segalanya tentang Shane.

PAYBACKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang