CHAPTER 37

3.9K 257 1
                                    


Camille masih menatap Edwin yang lemas itu. Laki - laki itu terus murung sepanjang harinya. Ia melangkah menuju tempat duduk Edwin.

"Ayo keluar. Aku tidak kuat melihatmu seperti ini" kata Camille. Laki - laki itu mengangkat kepalanya dan menatap gadis itu sebentar. Camille hanya menyunggingkan senyum sampai laki - laki itu bangun.

Keduanya mulai melangkah mengitari taman depan sekolah. Camille sengaja mengajak temannya itu berkeliling. Para murid pun banyak yang menatap mereka berdua.

"Hei Ed, apa yang kau pikirkan? Rilekslah sebentar, sapalah mereka semua" bisik Camille.

Edwin masih tidak bersuara. Ia membiarkan gadis yang ada di depannya itu terus mengoceh. Camille yang berbicara pun langsung menghentikan omongannya sendiri.

Ada banyak sekali pertanyaan yang akan diajukannya pada Edwin setelah mereka mendapat bangku di sekitar sini.

Mata Camille langsung mendapati sebuah bangku kayu kosong yang terdapat di samping gerbang sekolah. Ia langsung berlari dan menuju ke sana. Camille duduk dan memandang ke arah Edwin yang masih berjalan.

"Kemarilah. Aku punya banyak sekali pertanyaan" Edwin tidak menjawab, ia mengikuti perintah gadis itu. Laki - laki itu duduk di sampingnya.

"Ed, apa kau masih memikirkannya?"
"Hmm" jawabnya cepat.
"Apa kau sudah melakukan apa yang diminta Jason saat itu?"
"Hmm"
"Apa jawabannya?" Camille penasaran.

Edwin benar - benar melakukannya?

"Bahaslah topik yang lain. Hiburlah aku Cam, seperti yang biasanya kulakukan padamu" Edwin menoleh.

Camille bingung harus mengatakan apa. Ia tidak tahu harus menghibur dengan cara seperti apa setelah melihat ekspresi Edwin.
"Kau sepertinya meragukannya, bukan?" katanya seolah - olah membaca pikiran Camille.

"Ah? Tidak. Aku justru takut melihat ekspresimu saat ini"
"Kalau begitu lupakan. Akan kuceritakan semuanya sepulang sekolah nanti" kata Edwin lalu pergi.

Camille hanya memandang laki - laki itu pergi. Ia tidak bisa melakukan apa - apa sekarang.

***

Shane berjalan di belakang Camille menuju gerbang sekolahnya. Ia terus mengikuti Camille dari belakang. Tapi tiba - tiba gadis itu berhenti.

Sepertinya ia menyadari bahwa Shane sudah mengikutinya dari belakang. Ia berbalik dan menatap Shane lekat - lekat.

"Apa?" Panggil Shane polos.
"Kenapa kau mengikutiku?"

Shane mendekat ke arah gadis itu.
"Siapa yang mengikutimu?"
"Lalu kenapa kau di sana?"
"Mobilku juga terparkir di parkiran yang sama denganmu kan?" Camille tidak menjawab lalu melangkah ke mobilnya diparkir.

Ia mulai masuk dan mulai menyalakan mobilnya. Tiba - tiba mobil Shane berhenti di depannya. Kacanya terbuka dan sudah terlihat wajah tampannya itu.

"Hati - hati manis" lalu Shane menekan klakson mobilnya dua kali dan melesat pergi. Tanpa disadari bibir Camille mulai menyunggingkan senyumannya. Perlakuan sederhana Shane bisa membuat hatinya senang sebentar bagi Camille.

Gadis itu sudah sampai di apartemennya. Rupanya sudah ada Chloe di ruang keluarganya.

"Kau sudah pulang?" Sapanya dari dalam.
"Aku sudah di sini dan kau masih menanyakannya?"
"Apa ada kabar baru?" Camille menghempaskan tubuhnya ke sofa yang sedang diduduki Chloe saat ini.

"Sepertinya Edwin sudah tahu siapa pelaku sebenarnya"
"Siapa? Bukankah memang ayah Jaden?"
"Jaden bilang kalau kita ingin tahu pelaku sebenarnya, kita harus menanyakannya pada ayah Edwin"
"Kenapa ayah Edwin?" Camille hanya mengangkat bahu. "Lihat saja. Sebentar lagi mungkin Edwin akan datang. Aku hendak mandi. Gerah sekali" Camille beranjak dan masuk ke kamarnya. Chloe mulai berpikir tentang kejadian yang sebenarnya.

PAYBACKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang