CHAPTER 50

4.1K 265 0
                                    


"Aku tidak ingin memanjakanmu lagi. Sepertinya semakin lama kau semakin seperti bocah Shane Bradley. Bersikap dewasalah! Sudah pernah kukatakan padamu kalau kau merindukannya, datanglah"

"Dia menolak untuk kembali Olive!" Teriak Shane.

Wajahnya memerah dan terlihat mengatakannya dengan sungguh - sungguh. Kedua mata Olive melebar sampai - sampai gadis itu terdiam.

Benarkah?

"Camille menolakku dan ia ingin benar - benar pergi dariku asal kau tahu!" Shane mengatur nafasnya, emosinya terpampang jelas di wajahnya yang merah padam itu. Olive menatap lekat - lekat adiknya dan berusaha menasihatinya.

"Aku tidak begitu kaget mendengar gadis itu pergi, kau sendiri kan yang menyuruhnya seperti ini? Kau sendiri kan yang mengatakan kalau Camille hanyalah hal sepele? Lalu kau menyesalinya?"

Shane hanya tertunduk dengan air mata yang lagi - lagi keluar. Olive terkejut melihat apa yang disaksikannya.

Shane menangis?

"Kalau begitu aku akan menuruti seluruh permintaan ayah! Aku akan melakukan apa yang kau minta waktu itu. Sekarang keluarlah! Tinggalkan aku sendiri" bentak Shane.

Adiknya itu kecewa bercampur marah melihatnya berdiri di sini. Olive pun masih tidak menyangka, apa Shane benar - benar mencintai gadis itu sampai - sampai ia bisa menangis seperti ini?

Ditatapnya adiknya terus. Wanita itu menghembuskan nafasnya dan pergi meninggalkan adiknya di kamar sesuai apa yang dimintanya barusan. Olive saja tidak tega melihat kondisi adiknya saat ini.

Kakinya sudah melangkah keluar dan duduk di sofa ruang keluarganya. Ia menatap lurus ke depan sambil berpikir. Sepertinya campur tangannya benar - benar dibutuhkan saat ini. Ia harus melakukan sesuatu.

Otaknya mulai diputar.

***

Shane mabuk?

Camille tidak begitu terkejut setelah mendengar apa yang dikatakan Edwin barusan, karena ia sudah tahu hal semacam ini sudah pasti akan terjadi. Dan alasannya adalah dirinya sendiri.

"Kini apa lagi yang kau lakukan Camille Anderson sampai ia bisa melakukan hal semacam ini? Jullian dan aku tidak pernah melihat anak itu sampai teler seperti semalam. Olive bahkan kaget melihat keadaannya. Dia begitu memprihatinkan" jelas Edwin kesal.

Camille yang mendengarnya pun sebenarnya terus memikirkan laki - laki itu satu malam suntuk.

"Jawab aku, apa kau tidak lelah menangisinya? Lalu sekarang apa yang kau perbuat?"

Bibir Camille terasa sangat berat untuk menjelaskan yang sebenarnya. Edwin masih terus menatap Camille yang tidak bersuara sejak tadi. Pertanyaannya seakan - akan dianggap sebagai angin lalu saja oleh gadis itu.
"Cam"

"Kemarin Shane tidak masuk sekolah sama sepertimu. Dan dia" Camille menghentikan perkataannya. Edwin sudah menunggunya melanjutkan tanpa bersuara sedikitpun. "Dia memintaku untuk kembali padanya" lanjut Camille dengan rasa sesak di dadanya.

Ia memberanikan diri menatap laki - laki yang berdiri di hadapannya itu. Wajahnya tidak berubah sama sekali. "Lalu apa yang terjadi? Kau menolaknya?" Tebak Edwin dengan sangat akurat.

Badannya terasa lemas mendengar kalimat laki - laki itu barusan. Ia menebaknya dengan tepat sampai - sampai ia sendiri tidak bisa menjawab 'ya' saat ini.

"hmm" jawabnya dengan pelan.

Edwin kaget. Terlihat jelas di matanya kalau laki - laki itu terkejut. Camille tidak kuat memandangnya dan sudah siap dengan apa yang akan terjadi selanjutnya.

PAYBACKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang